"Lho, sudah pulang? Yuk bantu Mama masak, Mama mau masak udang". Aku mengangguk, hari itu ada rapat guru sehingga kami pulang lebih awal. Setelah mengganti seragam dengan baju sehari-hari, aku pun sibuk membantu Ibu mengupas kulit udang. Ibu menyambut gembira udang kupas itu, lalu memintaku membantu memetik sayur.
Selain pelajaran eksata, aku suka pelajaran memasak. Memang aku tidak pandai memasak, tapi aku menyukai melihat bahan mentah, sayuran, adonan tepung dan sebagainya berubah bentuk menjadi sesuatu yang lezat. Melihat Ibu menaburkan bumbu ke dalam panci memasak bak melihat Ibu peri memberikan ramuan sihir. Voila, berubahlah makanan dalam panci itu menjadi santapan yang lezat.
Sejak kecil sepulang sekolah aku suka membantu Ibu memasak. Ibu mengajariku membuat adonan dadar jagung alias bakwan, ia juga memberitahuku cara mengupas telur rebus, merajang sayuran dengan tipis dan rapi, serta membuat bola-bola daging tanpa blender. Sering kali ia juga membiarkanku membantunya menggoreng tempe, pisang, atau membuat puding. Untuk yang terakhir ini biasanya kakak laki-lakiku suka nimbrung. Ia suka menuangkan adonan agar-agar yang panas ke cetakan. Biasanya ia suka tak sabar menyantapnya. Saat agar-agar masih seperti kain atau baru memasuki proses pembekuan, ia segera mengambil sendok dan menghabiskan bagiannya.
Memasak memang hal yang menyenangkan. Pada momen-momen spesial biasanya kami menghabiskan waktu dengan memasak. Kegiatan yang murah dan mendekatkan kami. Pada hari-hari biasa kami memasak hal yang mudah dan sederhana, sedangkan pada momen khusus kami memasak sesuatu yang beda, bikin kue atau masakan yang spesial. Momen khusus itu biasanya saat peringatan tanggal lahir, saat puasa Ramadhan dan jelang hari raya, saat liburan sekolah, dan saat hari kasih sayang.
Jika kakak pertama suka akan bola-bola cokelat, kakak laki-lakiku suka sekali memasak capcai. Ia lincah sekali mengiris aneka sayuran lalu menumis bumbu kemudian mengaduk-aduk bunga kol, wortel dan bakso. Aku biasanya hanya membantunya mencincang bawang putih dan menyiapkan adonan maizena.
Cake karamel dan rujak petis adalah menu favorit Mama. Jika ada arisan ia suka membuat cake karamel dan pada hari libur ia menyiapkan rujak petis. Kami dengan suka cita membantu ibu menyiapkannya. Sepupuku membantu memecahkan telur. Aku mengaduk telur dan gula dengan mixer, sedangkan kedua kakakku masing-masing menyiapkan adonan karamel dan memanaskan oven. Proses mengaduk semua bahan dan kemudian menuangkannya ke dalam loyang adalah bagian Mama. Ketika cake yang dipanggang mulai harum semerbak kami pun merasa lapar mendadak.
Ayah sendiri juga tak mau kalah, ia terkadang mengejutkan kami dengan memasak. Ia memintaku dan kakak mengambil bumbu, cabe dan tomat. Kami kemudian memerhatikan ayah mengulek bumbu, cabe dan tomat itu menjadi sambal, menumisnya lalu mencampurkannya dengan tahu goreng yang ia uleg kasar. Hasilnya, tahu goreng cincang pedas yang sedap.
Tidak selalu acara memasak bersama kami sukses. Saat membuat roti kukus kali pertama, hasilnya bantat. Roti bakpaoku pernah adonan isiannya meluber keluar karena kebanyakan isi. Kue kering untuk hari raya juga pernah gosong. Kami kecewa tapi juga tertawa. Memasak bersama jadi salah satu sumber kehangatan keluarga kami.
Setelah kami dewasa, kami masih suka memasak bersama jika berkumpul di kampung halaman. Biasanya jelang lebaran kami bersama-sama menyiapkan lontong dan ketupat, membuat puding dan es podeng, juga memasak telur petis, sayur labu, dan opor ayam.