Anna tersenyum lebar ketika kawan-kawannya mengagumi fotonya yang berlatar giant yellow duck. Mainan besar berwujud bebek kuning itu memang menggemaskan. Para orang dan paman bibi tak kuasa menahan rengekan anak dan keponakannya untuk berfoto bersama bebek kuning besad tersebut. Mainan plastik bebek dan boneka bulu bebek itu pun laris manis. Ia jadi mainan wajib anak-anak. Popularitasnya kemudian mengalahkan boneka beruang.
Ada yang bilang bebek ini sukses melakukan tur dunia. Ia muncul menyerbu perairan di berbagai negara. Kehadirannya membuat orang-orang merasa senang dengan melhatnya. Apalagi jika berhasil berfoto dengan latar si bebek. Oh mungkin perasaan senang itu sama seperti yang kurasakan, ujar Anna dalam hati.
Berbeda dengan Anna, Okti merasa kehadiran bebek kuning raksasa itu merupakan sebuah konspirasi. Rasanya ada yang janggal bebek itu ada dimana-mana dan semua senang dengan kehadirannya.
Okti memang anak yang rumit dan gloomy. Bacaannya isinya misteri dan teori konspirasi. Ia juga rajin membaca berbagai peristiwa dunia.
Okti tak suka akan tren, ia menganggap tren itu sebuah konspirasi yang menyusupi bawah sadar. Dan kali ini ia menganggap kehadiran bebek raksasa itu ada kaitannya dengan misteri hilangnya orang-orang, hewan, dan juga tanaman.
Benarkah dugaan Okti itu atau misteri konspirasi itu hanya khayalannya?
Ya, Okti benar tidak ada yang menyadari bebek kuning raksasa itu merupakan sebuah konspirasi. Ada yang menyusupi pikiran orang-orang lewat gelombang bawah sadar agar jatuh cinta dengan bebek kuning raksasa itu. Mereka tidak menyadari bahwa bebek itu bisa dikendalikan. Bebek itu bisa menculik orang, hewan, dan tanaman. Korban penculikan tersebut akan menjadi bahan penelitian para alien.
Bebek kuning raksasa itu sudah muncul di sebuah kawasan apartemen. Kali ini si bebek tiba-tiba muncul di sungai dekat Halte Pecenongan. Masyarakat sekeliling pun gempar. Daerah tersebut pun jadi tempat wisata dadakan. Banyak yang sibuk berfoto daripada yang naik TransJakarta. Gubernur pun tak mau kalah, ikut berfoto bersama si bebek terkenal tersebut.
Bebek kuning itu kemudian muncul di kolam Tugu Balaikota Malang dalam versi lebih mungil. Banyak yang mengira ada pihak yang memang sengaja mendatangkan bebek tersebut untuk sarana wisata. Padahal kenyatannya tidak, bebek itu diduplikasi oleh alien untuk misi tertentu. Bebek semakin merajela. Ia juga muncul di Pantai Kenjeran Surabaya dan berbagai tempat lainnya. Ketika ada anak hilang, ternak hilang tak ada yang mengaitkannya dengan kehadiran bebek tersebut.
Sebuah pemilik gedung bertingkat di kawasan Thamrin pun tak mau kalah. Ia ingin okupansi gedungnya kembali penuh, maka ia pun memulai proyek ambisiusnya. Ia pun memasang boneka Godzilla setinggi menara gedungnya. Semua media pun kemudian memasang beritanya. Masyarakat terpana dan berburu berfoto dengan latar Godzilla.
Tak ada yang memerhatikan dan tak ada yang peduli. Sekawanan makhluk aneh dengan gigi runcing tertawa mengerikan. Mereka senang dengan kehadiran komo, hiu, dan Godzilla. Mereka siap menguasai dan menjadikan para mainan raksasa tersebut sebagai pionnya.
Sementara itu ada seseorang yang asyik menghabiskan pop cornnya  usai menonton fim Godzilla versus Giant Shark. Ketika pulang dan melewati boneka besar Godzilla, ia gemetaran. Boneka itu bergerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H