Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemberdayaan Pangan Lokal Bikin Anti Kelaparan

5 Desember 2017   13:12 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:44 3799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Tingkat Kelaparan Global Indonesia yang masuk level serius dan perbandingannya dengan negara lain (sumber: Liputan6.com)

Matahari sedang enggan menampakkan diri sehingga kami tak mengira hari sudah tak lagi pagi. Waktunya perut sudah diisi. Kami diuji dengan berjalan kaki terlebih dahulu melewati pematang sawah di kawasan Polan Harjo, Klaten, beberapa menit. Kemudian tibalah kami di Warung Kandha Takon dengan sawah mengeliling. Kami disambut dengan beragam makanan yang membuat tak sabar untuk menikmati.

Di meja makan terhidang mangut lele dengan dengan lumuran bumbu kemerahan yang menggoda. Di sebelahnya adalah telur ceplok dan telur asin yang kaya mineral. Di tampah aneka sayuran rebus nampak segar, siap dikucuri bumbu pecel yang pedas nikmat. Ada tauge, bunga turi, krokot, dan kacang panjang. Sajian makin lengkap dengan buah salak dan minuman berwarna biru dari bunga telang. Wah menu makan siang yang mewah di tepi sawah.

Sajian makanan tersebut diolah dari kebun dan kolam yang diberdayakan oleh masyarakat sekitar yang berada di bawah naungan komunitas Gita Pertiwi. Didampingi Danone Aqua mereka melakukan berbagai program untuk pemberdayaan pangan lokal. Selain dapat meningkatkan ekonomi warga, program ini juga sejalan dengan misi Danone untuk turut berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan. Kami, peserta Danone Blogger Academy menyambut hidangan tersebut dengan sumringah. Sedap!

Aneka sayuran untuk disantap dengan bumbu pecel, ada kacang panjang, krokot, turi, tauge, dan kenikir (sumber:dokpri)
Aneka sayuran untuk disantap dengan bumbu pecel, ada kacang panjang, krokot, turi, tauge, dan kenikir (sumber:dokpri)
Hari sebelumnya kami juga diajak mengunjungi Rumah Tempe Srikandi Geneng. Kami langsung disuguhi dengan jajanan unik. Jadah Tempe. Jadah yang terbuat dari beras ketan dipadukan dengan tempe bacem. Rasanya gurih dan manis.

Jadah tempe biasanya dibawa sebagai bekal petani untuk mengganjal perut dan bisa digunakan untuk menggantikan nasi. Makanan ini kaya karbohidrat, protein, lemak nabati, vitamin, dan mineral.

Jadah Tempe biasa dijadikan bekal petani (dokpri)
Jadah Tempe biasa dijadikan bekal petani (dokpri)
Tempe yang diproduksi oleh rumah tempe ini diolah dengan cara yang higienis. Alhasil tempenya beda. Penampilannya bersih, enak dilihat, teksturnya sedikit kenyal, dan lebih tahan lama. Mau dibuat sate tempe, burger tempe, brownies tempe, monggo.

Pemberdayaan pangan lokal dan diversifikasi pangan ini sejak beberapa waktu lalu giat disosialisasikan ke masyarakat. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras. Selain itu, Indonesia dua tahun terakhir mendapat stempel sebagai negara yang tingkat kelaparannya berada di level serius. Lha ini kan ironis.

Tempe Echo Sari buatan Rumah Tempe Srikandi Geneng, mitra binaan Sari Husada (dokpri)
Tempe Echo Sari buatan Rumah Tempe Srikandi Geneng, mitra binaan Sari Husada (dokpri)
Indonesia sejak lama dikenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Negara yang agraris dan bahari. Tanahnya subur, hasil laut melimpah dan mataharinya bersinar setiap hari. Oleh karenanya ketika negeri ini disebut "terancam" kekurangan pangan, bak sebuah ironi. Namun, tingkat kelaparan Indonesia yang berada dalam level serius merupakan hal yang nyata dan perlu diwaspadai. Apalagi, dalam beberapa tahun mendatang Indonesia akan mendapat bonus demografi atau jumlah usia produktifnya jauh lebih besar daripada penduduk usia non produktif. Jangan sampai bonus demografi yang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan ini malah jadi beban karena generasi mudanya mengalami malnutrisi dan kelaparan.

Pangan sendiri merupakan kebutuhan vital manusia. Menurut Bung Karno, pangan menentukan mati-hidupnya suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak terpenuhi, maka akan terjadi malapetaka, seperti kurang gizi, gizi buruk, hingga kelaparan. Maka dari itu, Bung Karno menyarankan upaya besar-besaran, radikal, dan revolusioner untuk menjaga ketersediaan pangan.

Ancaman Kelaparan di Negeri Lumbung Pangan

Awalnya kupikir gizi buruk hanya terjadi di negeri miskin di Afrika. Aku terkejut ketika melihat dengan mata kepala sendiri kasus gizi buruk di Surabaya pada tahun 2006. Hingga sekarang masih dijumpai kasus gizi buruk di berbagai daerah, sehingga Indonesia masih berada di posisi 108 alias kasus gizi buruknya masih cukup banyak berdasarkan Global Nutrition Report 2016. Posisi Indonesia ini jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia (47), Brunei (55), dan Kamboja (95).

Banyak sawah beralih rupa menjadi pemukiman, sehingga ketahanan pangan ditanyakan (dokpri)
Banyak sawah beralih rupa menjadi pemukiman, sehingga ketahanan pangan ditanyakan (dokpri)
Dalam perbincangan dengan Akhta Suendra, supervisor Corporate Social Responsibility (CSR) Sarihusada Jogja Prambanan Factory, Early Life Nutrition- Danone Indonesia, daerah Klaten yang pertaniannya subur, juga masih rawan kekurangan gizi. Berdasarkan data Dinkes Klaten, tahun 2014 terdapat 534 balita dengan status gizi sangat kurang dan 3.295 balita dengan status gizi kurang. Sungguh memprihatinkan. Itu masih kondisi di Jawa yang dilihat dari sisi akses pangan relatif mudah. Bagaimana dengan kondisi balita lainnya di luar Jawa?

Hingga 2017 masih ada desa rawan pangan dan desa rawan pangan kronis. Lokasinya tersebar, di Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan berbagai daerah lainnya di Indonesia. Kasus kelaparan juga pernah terjadi di  Kampung Jewa, Aroanop, Distrik Tembagapura pada 2014 dan NTT pada 2015. Warga di berbagai tempat di NTT tersebut kelaparan hingga terpaksa menyantap pakan ternak.

Di Indonesia masih terjadi kasus gizi buruk (sumber: Lagizi.com)
Di Indonesia masih terjadi kasus gizi buruk (sumber: Lagizi.com)
Indeks Kelaparan Global Indonesia Masuk Level Serius

Berdasarkan laporan yang dirilis International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga riset di bidang kelaparan dan kekurangan gizi, indeks kelaparan global Indonesia/global hunger index (GHI) pada 2016 dan 2017 masing-masing mendapat skor 21,9 dan 22. Angka ini menunjukkan tingkat kelaparan di Indonesia masuk level serius.

Infografis Tingkat Kelaparan Global Indonesia yang masuk level serius dan perbandingannya dengan negara lain (sumber: Liputan6.com)
Infografis Tingkat Kelaparan Global Indonesia yang masuk level serius dan perbandingannya dengan negara lain (sumber: Liputan6.com)
Indeks kelaparan global menunjukkan kemajuan atau kegagalan suatu negara dalam mengentaskan diri dari ancaman kelaparan. Ada empat indikator yang digunakan. Yaitu, kondisi kekurangan gizi seluruh penduduk, berat badan, tinggi balita, dan angka kematian balita.

Indonesia meraih level serius karena ada 19 juta penduduk yang kekurangan gizi dan rata-rata terjadi kasus 2-3 balita dari 100 balita meninggal karena malnutrisi. Dari data IFPRI, 36 dari 100 balita mengalami stunting (tinggi badan tidak sesuai dengan berat badannya karena kurang gizi kronis), dan 13 dari 100 balita memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal.  Sementara itu, berdasarkan data organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) tahun 2015, ada 19,4 juta penduduk Indonesia yang kelaparan setiap harinya.

Indonesia masih masuk ke level serius untuk tingkat kelaparan (sumber: IFPRI.org)
Indonesia masih masuk ke level serius untuk tingkat kelaparan (sumber: IFPRI.org)
Ketahanan Pangan Indonesia Belum Aman, Bagaimana Strateginya?

Indeks kelaparan yang masih tinggi di Indonesia tersebut menunjukkan ketahanan pangan di Indonesia belum aman. Hal ini diakui Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Ia berujar ketahanan pangan di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar setiap rumah tangga dapat merasakan kecukupan pangan yang berkualitas.

Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menjelaskan Ketahanan Pangan (dokpri)
Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menjelaskan Ketahanan Pangan (dokpri)
Definisi ketahanan pangan sendiri mengalami pergeseran. Awalnya ketahanan pangan merujuk ke ketersediaan pangan di tingkat nasional dan global. Selanjutnya, maknanya bergeser menjadi lingkup rumah tangga, dimana kemudian diadopsi dalam UU No 7 Tahun 1996 tentang pangan yang diperbarui dalam UU No 18 Tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan  yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau agar dapat hidup sehat dan produktif.  

Urusan ketahanan pangan ini di bawah kendali Badan Ketahanan Pangan. Ada banyak upaya yang telah dilakukan Badan Ketahanan Pangan bersinergi dengan lembaga pemerintah, LSM, dan sebagainya untuk menjaga ketahanan pangan. Program-program yang dilakukan di antaranya pengembangan lumbung pangan kampung, peningkatan kapasitas SDM petani, pembukaan lahan, pengembangan komoditas pangan lokal, serta pemetaan wilayah kerawanan dan kerentanan pangan. Tiga dimensi ketahanan pangan yang digunakan untuk mengidentifikasi wilayah rawan pangan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan.

Contoh peta rawan pangan tahun 2015 (sumber: http://ditjen-pdtu.blogspot.co.id)
Contoh peta rawan pangan tahun 2015 (sumber: http://ditjen-pdtu.blogspot.co.id)
Diversifikasi Pangan dan Pemberdayaan Pangan Lokal

Apakah Kalian pernah mendengar gerakan "Sehari Tanpa Nasi"? Aku sering melihat baliho program tersebut sekitar tahun 2012-2014 di Depok. Setiap Selasa, PNS Depok disarankan mengganti nasi dengan karbohidrat lainnya. Serupa dengan program tersebut, Badan Ketahanan Pangan juga mencanangkan program "Isi Piringku" agar masyarakat tidak terfokus pada kebutuhan nasi, melainkan juga menambah konsumsi buah dan sayuran.

Umbi-umbian bisa digunakan untuk bahan pokok agar tidak tergantung beras (foto dari slide Prof Rindit)
Umbi-umbian bisa digunakan untuk bahan pokok agar tidak tergantung beras (foto dari slide Prof Rindit)
Menurut Arie Febrianto STP, MP, peneliti di bidang teknologi industri pangan Unibraw, masyarakat Indonesia masih sulit dipisahkan dari nasi. Rasanya tak kenyang tanpa nasi. Berdasarkan data Susenas tahun 2002, 2005 dan 2008 yang dilakukan BPS-Departemen Pertanian, ketergantungan masyarakat Indonesia akan beras sebagai bahan pangan pokok dari tahun ke tahun semakin tinggi. Pola konsumsi pangan pokok masyarakat di Indonesia telah bergeser dari pola beragam menjadi pola tunggal yaitu beras. Bahkan, beras telah menjadi pangan pokok di berbagai propinsi yang sebelumnya mempunyai pola pangan pokok lokal seperti sagu, jagung atau umbi-umbian.

Untuk mengurangi ketergantungan pada beras maka dilakukan program diversifikasi pangan pokok. Pola konsumsi pangan masyarakat diubah jangan hanya mengonsumsi beras. Pangan yang dikonsumsi harus menerapkan prinsip 3B yaitu beragam, bergizi dan berimbang.

Prof Rindit mengusulkan untuk memopulerkan Combro dari singkong yang kaya gizi (foto dari Prof. Rindit)
Prof Rindit mengusulkan untuk memopulerkan Combro dari singkong yang kaya gizi (foto dari Prof. Rindit)
Singkong dan pisang rebus pas untuk ditemani wedang secang (dokpri)
Singkong dan pisang rebus pas untuk ditemani wedang secang (dokpri)
Di Indonesia terdapat pedoman untuk mengukur diversifikasi konsumsi pangan yang dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH). Dalam konsep PPH, setiap orang setiap harinya dianjurkan mengkonsumsi pangan yaitu serealia (padi, jagung dan sebagainya), umbi-umbian, pangan hewani, minyak/lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur, dan buah.

Selain jagung dan sorgum, umbi-umbian juga mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai pengganti beras. "Pengolahan umbi-umbian sebagai tepung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis umbi-umbian, " jelas Arie. Profesor Rindit juga sepakat bahwa sudah waktunya untuk lebih banyak mengelola umbi-umbian seperti singkong. Begitu pula halnya dengan kacang-kacangan.

Menurut FAO, kacang-kacangan ini potensial dikembangkan untuk menjaga ketahanan pangan dan perisai untuk menghadapi perubahan iklim. Kacang-kacangan mampu beradaptasi dengan iklim juga kaya nutrisi. Pengembangan kacang-kacangan juga akan mengurangi ketergantungan akan impor kedelai sebagai bahan pembuat tahu dan tempe.  Kacang-kacangan yang bisa digunakan untuk mengganti kedelai yakni kacang koro benguk, kacang gude, dan kacang tunggak.

Koro bisa digunakan untuk menggantikan kedelai (dokpri)
Koro bisa digunakan untuk menggantikan kedelai (dokpri)
Diamini oleh Betty Teodora, STP, MP peneliti bidang Teknologi Hasil Pangan Unibraw, sebenarnya penelitian di bidang diversifikasi pangan dan pemberdayaan makanan lokal saat ini sudah sangat berkembang. Ada beragam jenis makanan yang bisa digunakan menggantikan beras dan terigu, yaitu tepung sorgum, tepung jagung, tepung mocaf dari  singkong, dan tepung porang dari umbi porang.

Sementara itu, makanan lokal pun mulai digiatkan di berbagai daerah seperti tiwul dan gatot instan di kawasan Gunung Kidul dan sekitarnya, serta pemanfaatan daun kelor di Probolinggo sebagai tepung membuat mie dan kue. Di berbagai daerah, makanan lokal kembali dijadikan sebagai pilihan makanan pokok seperti ubi jalar, gembili, nasek empog/sakelan (nasi jagung), papeda, bubur jemawut, sangeun (nasi dari singkong), lelek (makanan khas Tanimbar dari singkong), geblek (makanan khas Kulonprogo dan Magelang dari singkong), dan kapurung (makanan khas Sulawesi Selatan dari sagu). Di wilayah pesisir seperti Pacitan, hasil perikanan yang melimpah diolah menjadi bandeng asap, tahu isi ikan tuna, sosis ikan tuna, bakso ikan, serta otak-otak ikan. Makanan lokal seperti combro, menurut Prof. Rindit juga sebaiknya diperkenalkan agar dikenal luas karena makanan lokal tersebut kaya akan gizi.

Gatot tiwul dari masyarakat Gunung Kidul menyebar ke berbagai daerah (dokpri)
Gatot tiwul dari masyarakat Gunung Kidul menyebar ke berbagai daerah (dokpri)
Walang goreng juga kaya protein (dokpri)
Walang goreng juga kaya protein (dokpri)
Tempe isi keju untuk menambah rasa dan menaikkan harga jual (dokpri)
Tempe isi keju untuk menambah rasa dan menaikkan harga jual (dokpri)
Wingko Apel lebih kenyang dan menambah nilai ekonomis dari apel (dokpri)
Wingko Apel lebih kenyang dan menambah nilai ekonomis dari apel (dokpri)
Peran Serta Danone Menjaga Ketahanan Pangan

Danone sebagai perusahaan yang memerhatikan masalah nutrisi, menganggap ketahanan pangan adalah sesuatu yang penting. Di Klaten, misalnya, yang merupakan tempat dimana pabrik Danone Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM) dan Aqua berdiri.  Danone dengan CSR-nya turut berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di Klaten di antaranya dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari, pertanian terpadu, kebun gizi, kebun sehat, dan pemberdayaan pangan lokal, jelas Akhta Suendra yang juga diamini oleh Rama Zakaria, Sustainable Development Manager PT Tirta Investama, Danone Aqua.  

Akhta Suendra, supervisor CSR Sarihusada Jogja Prambanan Factory, Early Life Nutrition (dokpri)
Akhta Suendra, supervisor CSR Sarihusada Jogja Prambanan Factory, Early Life Nutrition (dokpri)
Rama Zakaria, Sustainable Development Manager PT Tirta Investama, Danone Aqua (dokpri)
Rama Zakaria, Sustainable Development Manager PT Tirta Investama, Danone Aqua (dokpri)
Program mewujudkan ketahanan pangan ini selaras dengan misi Danone global yaitu alimentation revolution (revolusi pangan). Tujuannya, seluruh penduduk dunia terhindar dari kelaparan dengan berupaya menyediakan produk nutrisi yang sehat dan mudah diakses setiap orang.

"Kami mencoba mendobrak mindset, bahwa pangan yang sehat haruslah mahal," tegas Akhta. Danone Indonesia memunculkan inisiatif pangan lokal sehat, murah dan sumbernya mudah diakses sehingga masyarakat biasa dapat mengonsumsinya.

Ketahanan pangan tersebut dibangun di antaranya dengan optimalisasi pangan lokal dan diversifikasinya, lanjutnya. Dengan pangan lokal, masyarakat dapat memproduksinya secara mandiri, sedangkan Danone Indonesia membantunya dari sisi higienitas dan sanitasinya, sehingga makanan tersebut sehat.

Danone membantu agar proses tempe higienis (dokpri)
Danone membantu agar proses tempe higienis (dokpri)
Tempe Echo Sari (kanan) lebih bersih dan tahan lama dibanding tempe biasa (kiri) - dokpri
Tempe Echo Sari (kanan) lebih bersih dan tahan lama dibanding tempe biasa (kiri) - dokpri
Di Kulonprogo, Sarihusada, membantu kelompok ibu-ibu memproduksi telur asin dan abon ayam, sedangkan di lereng Merapi ada kelompok yang didampingi untuk memproduksi yoghurt. Di Desa Geneng, Klaten, Sarihusada mendampingi Rumah Tempe Srikandi Geneng menghasilkan tempe "Echo Sari" yang sehat, bekerja sama dengan Forum Tempe Indonesia.

Danone Aqua juga giat memberikan dukungan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Di Klaten, CSR mereka di antaranya membantu para kelompok petani dan kelompok masyarakat yang disebut Gita Pertiwi. Salah satu program komunitas ini sudah saya sebut di atas yakni Warung Kandha Takon yang menyajikan menu makanan yang sehat dan nikmat.

Penangkaran burung hantu sebagai predator alami hama padi (dokpri)
Penangkaran burung hantu sebagai predator alami hama padi (dokpri)
Di sawah juga ditanam berbagai tanaman untuk pemberdayaan pangan lokal (dokpri)
Di sawah juga ditanam berbagai tanaman untuk pemberdayaan pangan lokal (dokpri)
Tujuan dari komunitas ini menurut Nunik Sulistyani, penggiat komunitas Gita Pertiwi, adalah memberdayakan masyarakat agar dapat memanfaatkan tanaman lokal dan hasil budidaya lokal dengan teknologi ramah lingkungan sehingga lebih bernilai ekonomi dan mewujudkan kemandirian pangan. Gita Pertiwi sendiri berupaya menjaga kelarasan dengan alam, sehingga mereka berupaya menghindari bahan kimiawi berlebihan. Mereka didampingi Danone Aqua membuat pestisida alami dan membudidayakan burung hantu sebagai predator alami.

Nunik bersama Gita Pertiwi memberdayakan pangan lokal (sumber: dok milik Bu Nunik)
Nunik bersama Gita Pertiwi memberdayakan pangan lokal (sumber: dok milik Bu Nunik)
Program Gita Pertiwi cukup beragam, di antaranya program regenerasi petani dengan memotivasi kalangan muda agar tertarik menjadi petani, memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman lokal yang dikembangkan secara alami, dan memanfaatkan pangan lokal seperti kelor, krokot, kenikir, turi dan telang yang kaya vitamin dan gizi untuk diolah sebagai sayuran atau minuman herbal. Bersama kelompoknya, Nunik juga berupaya mengembangkan budidaya kacang-kacangan seperti kacang koro untuk menggantikan kedelai sebagai bahan tempe.

Bu Nunik menjelaskan tentang pentingnya pemberdayaan pangan lokal (dokpri)
Bu Nunik menjelaskan tentang pentingnya pemberdayaan pangan lokal (dokpri)
Teh bunga telang berwarna biru oleh-oleh dari Warung kanda Takon (dokpri)
Teh bunga telang berwarna biru oleh-oleh dari Warung kanda Takon (dokpri)
Berikut video wawancara CSR Sari Husada Akhta Suendra dan Nunik dari Gita Pertiwi.


Lantas bagaimana caranya agar ketahanan pangan di Indonesia aman, bisa berdaulat pangan dan bonus demografi benar-benar jadi berkah? "Wah, untuk menuju ke sana setiap elemen masyarakat sekiranya masih harus bekerja sangat keras. Selain, ketahanan pangan jangan lupa juga keamanan pangan, agar tubuh sehat", pungkas Prof. Rindit Pembayun.

Pentingnya ketahanan pangan diiringi dengan keamanan pangan agar tubuh tetap sehat (foto dari slide Prof Rindit)
Pentingnya ketahanan pangan diiringi dengan keamanan pangan agar tubuh tetap sehat (foto dari slide Prof Rindit)
Ketahanan pangan penting untuk menuju kemandirian dan kedaulatan pangan, jelas Prof Rindit (dokpri)
Ketahanan pangan penting untuk menuju kemandirian dan kedaulatan pangan, jelas Prof Rindit (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun