Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemberdayaan Pangan Lokal Bikin Anti Kelaparan

5 Desember 2017   13:12 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:44 3799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Rindit mengusulkan untuk memopulerkan Combro dari singkong yang kaya gizi (foto dari Prof. Rindit)

Matahari sedang enggan menampakkan diri sehingga kami tak mengira hari sudah tak lagi pagi. Waktunya perut sudah diisi. Kami diuji dengan berjalan kaki terlebih dahulu melewati pematang sawah di kawasan Polan Harjo, Klaten, beberapa menit. Kemudian tibalah kami di Warung Kandha Takon dengan sawah mengeliling. Kami disambut dengan beragam makanan yang membuat tak sabar untuk menikmati.

Di meja makan terhidang mangut lele dengan dengan lumuran bumbu kemerahan yang menggoda. Di sebelahnya adalah telur ceplok dan telur asin yang kaya mineral. Di tampah aneka sayuran rebus nampak segar, siap dikucuri bumbu pecel yang pedas nikmat. Ada tauge, bunga turi, krokot, dan kacang panjang. Sajian makin lengkap dengan buah salak dan minuman berwarna biru dari bunga telang. Wah menu makan siang yang mewah di tepi sawah.

Sajian makanan tersebut diolah dari kebun dan kolam yang diberdayakan oleh masyarakat sekitar yang berada di bawah naungan komunitas Gita Pertiwi. Didampingi Danone Aqua mereka melakukan berbagai program untuk pemberdayaan pangan lokal. Selain dapat meningkatkan ekonomi warga, program ini juga sejalan dengan misi Danone untuk turut berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan. Kami, peserta Danone Blogger Academy menyambut hidangan tersebut dengan sumringah. Sedap!

Aneka sayuran untuk disantap dengan bumbu pecel, ada kacang panjang, krokot, turi, tauge, dan kenikir (sumber:dokpri)
Aneka sayuran untuk disantap dengan bumbu pecel, ada kacang panjang, krokot, turi, tauge, dan kenikir (sumber:dokpri)
Hari sebelumnya kami juga diajak mengunjungi Rumah Tempe Srikandi Geneng. Kami langsung disuguhi dengan jajanan unik. Jadah Tempe. Jadah yang terbuat dari beras ketan dipadukan dengan tempe bacem. Rasanya gurih dan manis.

Jadah tempe biasanya dibawa sebagai bekal petani untuk mengganjal perut dan bisa digunakan untuk menggantikan nasi. Makanan ini kaya karbohidrat, protein, lemak nabati, vitamin, dan mineral.

Jadah Tempe biasa dijadikan bekal petani (dokpri)
Jadah Tempe biasa dijadikan bekal petani (dokpri)
Tempe yang diproduksi oleh rumah tempe ini diolah dengan cara yang higienis. Alhasil tempenya beda. Penampilannya bersih, enak dilihat, teksturnya sedikit kenyal, dan lebih tahan lama. Mau dibuat sate tempe, burger tempe, brownies tempe, monggo.

Pemberdayaan pangan lokal dan diversifikasi pangan ini sejak beberapa waktu lalu giat disosialisasikan ke masyarakat. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras. Selain itu, Indonesia dua tahun terakhir mendapat stempel sebagai negara yang tingkat kelaparannya berada di level serius. Lha ini kan ironis.

Tempe Echo Sari buatan Rumah Tempe Srikandi Geneng, mitra binaan Sari Husada (dokpri)
Tempe Echo Sari buatan Rumah Tempe Srikandi Geneng, mitra binaan Sari Husada (dokpri)
Indonesia sejak lama dikenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Negara yang agraris dan bahari. Tanahnya subur, hasil laut melimpah dan mataharinya bersinar setiap hari. Oleh karenanya ketika negeri ini disebut "terancam" kekurangan pangan, bak sebuah ironi. Namun, tingkat kelaparan Indonesia yang berada dalam level serius merupakan hal yang nyata dan perlu diwaspadai. Apalagi, dalam beberapa tahun mendatang Indonesia akan mendapat bonus demografi atau jumlah usia produktifnya jauh lebih besar daripada penduduk usia non produktif. Jangan sampai bonus demografi yang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan ini malah jadi beban karena generasi mudanya mengalami malnutrisi dan kelaparan.

Pangan sendiri merupakan kebutuhan vital manusia. Menurut Bung Karno, pangan menentukan mati-hidupnya suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak terpenuhi, maka akan terjadi malapetaka, seperti kurang gizi, gizi buruk, hingga kelaparan. Maka dari itu, Bung Karno menyarankan upaya besar-besaran, radikal, dan revolusioner untuk menjaga ketersediaan pangan.

Ancaman Kelaparan di Negeri Lumbung Pangan

Awalnya kupikir gizi buruk hanya terjadi di negeri miskin di Afrika. Aku terkejut ketika melihat dengan mata kepala sendiri kasus gizi buruk di Surabaya pada tahun 2006. Hingga sekarang masih dijumpai kasus gizi buruk di berbagai daerah, sehingga Indonesia masih berada di posisi 108 alias kasus gizi buruknya masih cukup banyak berdasarkan Global Nutrition Report 2016. Posisi Indonesia ini jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia (47), Brunei (55), dan Kamboja (95).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun