Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Para Perempuan Tegar dalam "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak"

25 November 2017   18:47 Diperbarui: 25 November 2017   18:54 3218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marlina menggambarkan sosok perempuan pejuang (dok. Cinesurya)

Marlina dan Noni sama-sama punya masalah (sumber; Cinesurya)
Marlina dan Noni sama-sama punya masalah (sumber; Cinesurya)
Tiap-tiap perempuan tersebut memiliki permasalahan masing-masing. Marlina yang tahu perbuatannya salah tapi ia tidak merasa bersalah, Noni (Dea Panendra) yang terbebani karena bayi yang dikandungnya tak kunjung lahir, seorang Ibu paruh baya yang bersedia pergi jauh-jauh membawa kuda agar keponakannya bisa menikah, dan Topan si anak perempuan kelas dua SD yang tak beribu dan tegas dalam menjaga warung makan.

Proses menyelesaikan konflik dibahas dengan lambat tapi tidak terasa membosankan. Setiap detail dan setiap adegannya disajikan menarik.

Penonton disuguhi panorama Sumba yang landscape-nya berkelok-kelok, gersang sekaligus indah. Sinematografinya dari panorama yang dibidik maupun pengambilan gambarnya benar-benar memanjakan mata.

Dari segi skoring juga kaya. Senandung lagu dan petikan alat musik tradisional menegaskan nuansa khas Sumba.

Sedangkan dari sisi akting, hampir setiap pemerannya memberikan kontribusi, tak sekedar tampil. Marsha Timothy tampil total sebagai seorang janda yang tidak ingin pasrah begitu saja. Ia perpaduan sisi perempuan yang rapuh dan keberanian yang spontan untuk mempertahankan diri. Ia tampil luwes dengan dialek khas Sumba dan tidak cangung ketika menunggang kuda.

Dea sebagai Noni mencuri perhatian (sumber: Cinesurya)
Dea sebagai Noni mencuri perhatian (sumber: Cinesurya)
Sejak debutnya di Ekspedisi Madewa, Marsha mencuri perhatian. Ia kemudian tampil cemerlang di Pintu Terlarang dan meraih nominasi pemeran utama wanita terbaik  di ajang FFI 2015 atas performanya di Nada untuk Asa.

Pemeran lainnya seperti Egi Fedly si kepala perampok, Dea Panendra sebagai Noni, dan Yoga Pratama sebagai Franz, perampok yang mengejar Marlina, juga memberikan warna yang kuat pada cerita ini.

Adanya pembagian kisah menjadi empat babak ini unik, mengingatkanku pada sebuah pertunjukan teater. Film Marlina yang diproduksi Cinesurya bekerja sama dengan Kaninga Pictures ini semakin menguatkan ciri khas Nursita Mouly Surya yang selalu ingin bereksplorasi. Film karya Mouly bisa dibilang rata-rata unik. Aku menyukainya sejak ia menyutradarai film berjudul Fiksi yang mengisahkan seorang wanita muda yang ingin menuntaskan ide cerita yang dibagikan pria yang dicintainya dengan caranya sendiri.

Wah setelah melihat film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, bisa jadi film ini jadi kandidat peraih film terbaik, aktris terbaik, aktris pendukung terbaik, sinematografi terbaik, musik skoring terbaik, dan sutradara terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 2018.

Detail Film:

Judul : Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun