Perempuan terkesan lemah dan pasrah. Bagaimana jika mereka memutuskan melawan ketika teraniaya? Gambaran perempuan-perempuan tegar tersebut tergambar dalam film berjudul Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak.
Film dibuka dengan tibanya kepala perampok, Markus (Egi Fedly) ke rumah Marlina (Marsha Timothy). Ia berencana merampok ternaknya dan harta bendanya. Ketika mengetahui suami Marlina baru meninggal, ia pun juga berencana memerkosanya.
Markus dengan santainya memerintahkan Marlina untuk menyiapkan sup ayam untuk makan malam. Teman-teman perampok sebentar lagi tiba, mengambil ternak dan berpesta pora di rumah Marlina. Dua lainnya sibuk mengangkut ternak, sedangkan kelimanya siap menikmati makan malam.
Marlina merasa geram. Ia mencari cara untuk menyingkirkan perampok tersebut. Ketika ia berhasil menyingkirkan kelimanya, ia merasa was-was. Dua perampok lainnya dipastikan akan mengejarnya. Ia pun bergegas melapor ke kantor polisi. Ia membawa sandera, kepala Markus yang dipenggalnya. Selama perjalanan, mayat Markus tanpa kepala menghantuinya.
Layar bioskop yang memutar film Marlina memang terbatas, jumlahnya kalah oleh film superhero, padahal dari segi kualitas, menurutku jauh lebih bagus Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak.
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babaktermasuk film yang ditunggu-tunggu pemutarannya. Sejak film ini berhasil tayang di Festival Film Cannes 2017pada Director's Fortnight kategori film panjang, pujian mengalir untuk kualitas film dan akting para pemainnya. Film ini juga banyak mendapat ulasan bagus ketika tayang di Festival Film Melbourne, Festival Film New Zealand dan Toronto International Film Festival 2017. Bahkan pada ajang Festival Film Sitges film ini meraih dua penghargaan, aktris terbaik yang diraih oleh Marsha Timothy dan Special Mention Awarduntuk Focus Asia. Penghargaan lainnya juga diperoleh dari The QCinema Film Festival Filipina Asian NestWave dan Five Flavours Film Festival di Polandia sebagai film terbaik.
Menurutku film ini memang patut meraih pujian dari kritikus mancanegara. Pasalnya segala unsur film digarap dengan detail dan sepenuh hati. Sehingga hasilnya adalah sebuah film yang indah dan memiliki pesan kuat.
Spoiler Alert!
Setiap orang yang menonton bisa jadi punya intepretasi sendiri. Mungkin karena aku perempuan maka aku melihat film ini menunjukkan para perempuan yang tegar. Bukan hanya Marlina yang tegar dan berupaya memperjuangkan nasibnya, ada Noni kawan Marlina, seorang Ibu yang keponakannya hendak menikah, dan anak perempuan bernama Topan.