Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Jakarta Tidak Macet Total Lima Tahun Kemudian

12 November 2017   23:55 Diperbarui: 13 November 2017   00:50 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada tanda terimanya ketika menggunakan layanan Uber (skrinsut apps Uber)

Sapa suru datang Jakarte

Sapa suru datang Jakarte

Sandiri suka, sandiri rasa

Eh doe sayang (dari Lagu Sapa Suru Datang Jakarta karya Melky Goeslaw)

Siapa suruh datang Jakarta? Aku meringis jika teringat lagu jadul tersebut. Duabelas tahun aku merantau ke Jakarta dan rasanya sangat jarang bisa menikmati perjalanannya, kecuali saat malam telah larut, hari Minggu dan liburan lebaran. Jalanan ibukota selalu macet dan makin macet. Bahkan, kemacetan mulai merambah ke lingkungan tempat tinggal. Menuju tempat kerja menjadi sebuah tantangan tersendiri tiap harinya.

Ketika baru pindah di bilangan Cijantung menuju Salemba ataupun Cempaka Putih sekitar tahun 2012 aku masih bisa sedikit bersantai, berangkat pukul 06:45 WIB dan bisa tiba satu jam kemudian dengan naik motor berdua dengan pasangan. Kini boro-boro bisa tiba 1,5 jam kemudian.

Ketika ada rapat di kantor klien dan lokasinya dilewati atau dekat dengan commuter line, maka aku pun rela berdesak-desakan di gerbong commuter lineuntuk mencapai lokasi. Ya tak apa-apalah tergencet sana-sini daripada terjebak macet dan terlambat. Tapi ketika rapatnya berlangsung di lokasi yang berada di tempat yang jarang dilalui angkutan umum dan dimulai pukul 07.30 WIB, aku pun sudah tidur memikirkannya. Bagaimana strategiku ke sana, naik apa, dan jam berapa paling lambat ku berangkat? Bahkan suatu kali aku sampai tidak tidur karena aku cemas takut terlambat. Pukul lima pagi aku pun segera berangkat dengan berbagai mode transportasi. Sekitar tengah hari aku merasa mual dan masuk angin gara-gara kurang tidur.  Kombinasi rapat pagi dan kondisi Jalanan yang macet membuatku berkeluh kesah. Aku yakin banyak juga yang mengalaminya  dan merasa menderita, namun bagaimana lagi, tuntutan ekonomi membuat orang-orang bertahan.

Menurutku warga Jakarta yang setiap harinya bepergian itu hebat. Mereka orang-orang yang tabah dan kuat mental. Sebagian dari mereka rela mengorbankan kenyamanan, berdesak-desakan di gerbong kereta, mengantri panjang menunggu kehadiran bus TransJakarta, atau merasakan kemacetan Jakarta  dengan naik motor atau mobil pribadi.

Kemacetan sering membuat stress (dokpri)
Kemacetan sering membuat stress (dokpri)
Padahal kemacetan itu memberikan dampak di berbagai aspek, dari aspek ekonomi hingga aspek mental dan psikologi para pengguna Jalanan. Kemacetan bisa membuat orang tertekan, stress, kelelahan, dan tidak bahagia. Kondisi jalanan yang mampat juga membuat pemborosan bahan bakar minyak dan peningkatan polusi udara.

Jakarta setiap tahunnya memang semakin macet. Jumlah motor dan mobil terus bertambah. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, jumlah kendaraan roda dua mencapai 13,9 juta dan kendaraan roda empat berkisar 3,5 juta. Sementara menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ada sekitar 1,06 juta dan 1,1 juta mobil yang terjual pada tahun 2016 dan 2017, dimana sebagian di antaranya pemiliknya merupakan penduduk Jakarta.

Kenaikan jumlah kendaraan ini tak diimbangi dengan penambahan ruas jalan. Alhasil daya tampung jalan tak bisa mengimbangi jumlah kendaraan yang terus menanjak. Tak terbayangkan bagaimana Jakarta lima tahun kemudian apabila kondisi seperti ini berlangsung terus-menerus. Apalagi kini kemacetan tersebut tidak hanya terjadi di jalan raya ataupun jalan protokol, melainkan jalan-jalan di sekitar tempat tinggal. Terkadang bisa sampai setengah jam sendiri keluar dari kemacetam jalan sekitar tempat tinggal menuju jalan raya. Sungguh luar biasa!

Rasanya sulit jika terus menyalahkan industri otomotif yang terus menawarkan mobil murah serta uang muka dan cicilan yang ringan untuk kepemilikan roda dua. Menangani kemacetan Jakarta itu bukan hanya tugas Dinas Perhubungan dan polisi lalu lintas, melainkan perlu peran serta dari masyarakat dan lembaga lainnya.

Saat ini ada banyak hal yang telah dilakukan untuk mengurai kemacetan, di antaranya menambah jumlah angkutan umum seperti bus TransJakarta dan meningkatkan kualitas layanan commuter line, melakukan contra flow pada kondisi tertentu, dan menambah titik park and ridesehingga masyarakat melanjutkan perjalanan dengan transportasi publik. Saat ini kemacetan juga dikarenakan sedang ada pembangunan MRT dan LRT, dimana jika mode transportasi publik itu telah diluncurkan, maka akan membantu mengurai kemacetan. Salah satu upaya lainnya untuk membantu mengurai kemacetan adalah melakukan ride sharing atau istilah yang lebih keren adalah nebeng.

Ride Sharing alias Nebeng Sebagai Salah Satu Solusi

Ride sharing atau nebeng ini sebenarnya bukan hal baru di Jakarta. Sejak tahun 2009 konsep ini mulai muncul dan semakin populer tiap tahunnya untuk mengantisipasi kemacetan dan juga menghemat biaya transportasi. Dengan jasa nebeng maka anggota komunitas tersebut bisa ikut naik mobil atau motor anggota lainnya yang satu arah dengannya. Namun sayangnya konsep yang digagas oleh berbagai komunitas ini terkadang terkendala oleh waktu. Jadinya jika ingin ikut nebeng harus memesan minimal beberapa jam atau sehari sebelumnya. Jumlahnya juga terbatas, bisa jadi ketika Kalian ingin ikut bergabung untuk nebeng, kuotanya sudah penuh.  

Ride sharing dalam versi modern ini kemudian dikembangkan oleh Uber dengan teknologi real time-nya.  Dengan konsep real time maka seseorang bisa ikut ride sharingpada saat itu juga dengan menggunakan aplikasi Uber yang bisa diunduh secara cuma-cuma. Cara menggunakannya  mudah, tinggal mendaftarkan nomor ponselnya dan melakukan verifikasi, kemudian bisa langsung menggunakan jasa ride sharing. Caranya, tinggal pilih alamat yang dituju dan tempat penjemputan. Selanjutnya bisa pilih naik Uber motor, UberX, UberXL, atau UberPool.

UberPool menggunakan konsep ride sharing sehingga ada rekan perjalanan searah dan biaya lebih hemat (skrinsut apps Uber)
UberPool menggunakan konsep ride sharing sehingga ada rekan perjalanan searah dan biaya lebih hemat (skrinsut apps Uber)
Ada tanda terimanya ketika menggunakan layanan Uber (skrinsut apps Uber)
Ada tanda terimanya ketika menggunakan layanan Uber (skrinsut apps Uber)
Aku sendiri jika sedang ingin bepergian beramai-ramai dengan teman, lebih suka menggunakan UberX karena kapasitasnya untuk maksimal empat orang. Jika kapasitasnya ingin lebih maka bisa menggunakan UberXL. Namun, jika sedang sendirian dan ingin menggunakan kendaraan roda empat  karena hujan atau karena kondisi sedang kurang fit maka aku pun menggunakan UberPool, dimana akan ada rekan perjalanan lainnya yang searah. 

Aku mengenal UberPool ini dari mba Anna, kompasianer. Ia menggunakan jasa ini beberapa kali. Menurutnya hemat dan aman. Aku pun mencobanya dan memang tarifnya lebih enak jika dibandingkan aku menggunakan UberX sendirian. 

Menurutku ada berbagai kemudahan menggunakan metode ride sharing selain lebih hemat dan tentunya lebih nyaman karena tidak perlu menyetir kendaraan sendiri sehingga ketika dalam kendaraan bisa digunakan untuk membaca atau sarapan jika belum sempat. Selain itu, sangat membantu untuk perjalanan ke tempat-tempat yang susah diakses kendaraan umum. Ya, harapanku ke depan Jakarta semakin banyak memiliki transportasi publik yang nyaman dan berbagai pilihan mode transportasi publik yang aman. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun