Aku harus ikut berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini dengan lagu dan biolaku. Untuk itu, aku pun harus terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan bangsa ini - Wage
Sembari merayakan hari pahlawan, Kalian bisa menonton film biopik salah satu tokoh yang berpengaruh dalam pergerakan nasional di layar lebar. Ia adalah Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya, yang kisah hidupnya tertuang dalam film berjudul Wage.Â
Kisah hidup komponis besar ini diwujudkan dalam sebuah film setelah melalui riset yang memakan waktu tujuh tahun. John de Rantau (Mestakung, Denias Senandung di Atas Awan), selaku sutradara film, beserta timnya mengambil referensi berbagai sumber sejarah yang jarang diketahui oleh kalangan awam, sejak Wage masih anak-anak hingga ia dipanggil menghadap ke Yang Maha Kuasa.
Film dibuka dengan kegaduhan saat Wage Supratman (Rendra Bagus Pamungkas) hendak memainkan komposisi lagu berjudul Indonesia pada Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928. Aparat kepolisian Belanda mendobrak masuk dan hendak membubarkan acara tersebut. Namun pimpinan kongres pemuda dengan sabar membujuk mereka.
Setelah itu adegan beralih ke flashback, masa Wage masih kecil dan ayahnya berdinas sebagai anggota KNIL. Jiwa pemberontaknya sudah terlihat. Ia tidak suka ayahnya bekerja di bawah kompeni. Ketika berpindah ke Cimahi, ibunya meninggal. Ia pun kemudian tinggal bersama kakak sulungnya, Roekijem Supartidjah (Putri Ayudya) yang suaminya seorang Belanda di Makassar.
Makasar memberikan banyak pengaruh pada kehidupan Wage, terutama kakak iparnya, WM van Eldik. Ia mendapat tambahan nama Rudolf dari kakak iparnya agar dapat sekolah di ELS. Kakak iparnya ini juga mengajarinya bermain biola dan kemudian mengajak Wage bergabung dengan band jazz bernama Black and White.
Lagu ciptaan Wage Supratman merupakan lagu nasional yang paling banyak dikenal dan diperdengarkan. Iramanya yang menghentak dan liriknya yang menggugah membuat pelantun dan pendengarnya bersemangat.
Film ini mencoba meluruskan sejarah tentang Wage Supratman. Oleh karena cukup detail maka durasinya lumayan panjang, yaitu berkisar dua jam.
Ada banyak sisi menarik dari Wage yang jarang diketahui oleh publik diulik dalam film ini. Di antaranya adalah karakter Wage yang ternyata keras kepala dan gigih, bagaimana kakak iparnya sangat berperan dalam kehidupan Wage hingga dewasa, kegemaran Wage membuat kisah roman, ancaman yang terus mengikuti Wage, dan bagaimana hubungan Wage dengan kakak Kartini, Sosro Kartono. Â
Sayangnya filmnya dibikin seperti buku sejarah, sehingga dinamikanya kurang terasa. Semua kisah ingin dimasukkan dan dibuat detail jadinya alur terasa lamban dan bertele-tele. Bagi yang kurang suka kisah biopik dan kisah sejarah, bisa-bisa merasa bosan. Hanya ketika memasuki bagian konflik antara Wage dan Fritz, terasa ada greget.
Dari unsur sinematografi dan musik, film Wage layak diacungi jempol. Cara pengambilan gambar dan visualisasi kemudian kostum dan latar Makassar, Bandung, Jakarta, dan Purworejo menggambarkan kondisi Indonesia di awal abad 20 dan sekitar tahun 1920-an. Musiknya indah, baik ketika Wage masih menjadi pemain biola dan tergabung dalam Black and White, ataupun ketika ia mulai membuat berbagai lagu nasional, seperti RA Kartini, Dari Timur ke Barat, dan Indonesia Raya.
Untuk akting, Rendra yang berangkat dari teater bermain prima. Ia begitu menjiwai perannya sebagai Wage. Meski tidak pernah bermain biola, ia nampak luwes menggesek biola. Teuku Rifku Wikana juga menunjukkan aktingnya yang makin terasah.
 Ada berbagai kekurangan dalam film ini, tapi segi kelebihannya juga mengimbangi. Menurutku film ini pas ditonton pada masa-masa saat ini, ketika peringatan hari pahlawan. Ada bagian yang mengharukan dan mempertebal semangat nasionalisme. Oh ya bagi yang belum tahu lagu Indonesia Raya tiga stanza, Kalian akan diperdengarkan iringan musik dari biola dan syairnya.
Detail Film:
Judul           : Wage
Sutradara       : John de Rantau
Pemeran       : Rendra Bagus Pamungkas, Putri Ayudya, Teuku Rifku Wikana, Wouter Wezzer, Prisia Nasution, Ricky Malau, Oim Ibrahim, Bram Makahekum
Genre          : Biopik (biografi)
Skor            : 7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H