Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dari Hantu Ibu Hingga Promosi Film di Ajang Festival Film Bandung 2017

24 Oktober 2017   09:07 Diperbarui: 24 Oktober 2017   15:14 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adinia mengaku langsung jatuh cinta dengan karakter Anya dalam Critical Eleven yang memberinya piala FFB 2017 (dokpri)

Ada kisah-kisah menarik pada ajang Festival Film Bandung 2017 yang hari Minggu (22/10) dihelat. Yang pertama tentunya aku ikut senang salah satu aktris favoritku, Adinia Wirasti, berhasil meraih gelar pemeran wanita utama terpuji. Yang berikutnya, ada banyak catatan menarik selama menghadiri festival film yang tahun ini merupakan perhelatan ketigapuluh.

Sudah sejak nominasi pemenangnya diumumkan pada 15 Agustus lalu, ada rasa penasaran siapa dan film apa yang bakal meraih penghargaan utama FFB 2017. Teman-teman yang tergabung dalam komunitas Sahabat Forum Festival Bandung pun beberapa di antaranya saling menerka-nerka. Aku pun ikut menebak, namun tahun ini aku lupa tidak membuat artikel prediksi pemenang piala FFB.

Memang perkenalanku dengan FFB agak terlambat. Aku baru memperhatikannya sejak tahun lalu ketika mulai aktif menulis ulasan film Indonesia dan kemudian diajak bergabung dengan grup percakapan Sahabat FFB. Aku jadi lebih paham akan FFB, kenapa penghargaannya disebut terpuji bukan terbaik, dan kenapa pemenangnya bisa lebih dari satu.

Selain menjadi ajang diskusi perfilman yang asyik, lewat grup ini aku pun mendapat undangan menghadiri FFB. Jika tahun lalu aku mendapat undangan atas nama perorangan, kali ini aku meminta undangan atas nama KOMIK. Syukurlah KOMIK mendapat tiga buah undangan sehingga aku, Pak Taufik dan Mba Etha bisa menghadirinya.

Foto dulu sama teman ngobrol dari komunitas Sahabat Forum Festival Bandung (dok. Febriyanti)
Foto dulu sama teman ngobrol dari komunitas Sahabat Forum Festival Bandung (dok. Febriyanti)
Tahun ini penyelenggaraan Festival Film Bandung bukan di Bandung seperti biasanya, melainkan di Jakarta, tepatnya di Studio 6 Emtek City, SCTV. Lho kok bisa? Penjelasannya ada di bagian bawah. 

Sekitar pukul 11.00 aku pun sudah tiba di lokasi. Wah senang juga bisa berkopi darat bersama teman-teman Sahabat FFB yang biasanya hanya  diketahui lewat candaan atau diskusi film di grup. Tahun lalu aku agak menyesal tidak bisa menghadirinya, jadinya mumpung dihelat di Jakarta aku pun memastikan untuk tiba.

Sebelum pukul 12.00 kami pun memasuki studio. Beruntung kami mendapat tempat duduk dekat panggung. Sebagian pengisi acara masih sibuk melakukan gladi resik. Tepat pukul 12.30 acara pun dibuka dengan tari-tarian dan Lesti yang membawakan Bubuy Bulan dan Manuk Dadali. Pembawa acara FFB kali ini adalah Andhika Pratama dan Gading Marten.

Rupanya kategori pemenangnya tidak dibacakan secara runtut. Biasanya dari kategori produksi seperti penata artistik dan kawan-kawan baru ke kategori utama seperti film terpuji. Yang dibacakan pertama oleh Titi Kamal dan Pandji Pragiwaksono adalah para pemeran pembantu terpuji yang diraih oleh Ganindro Bimo (Moammar Emka's Jakarta Undercover) dan Djenar Maesa Ayu (Kartini).

Tahun ini FFB membagikan 11 piala untuk kategori film layar lebar, tiga untuk film serial televisi, dan lima untuk film televisi (FTV), serta dua penghargaan khusus, lifetime achievement award). Penghargaan ini jumlahnya bisa berbeda-beda tiap tahunnya, dimana tahun ini tidak ada penghargaan untuk poster film dan pemeran anak terpuji.

Indro Warkop salah satu pembaca nominasi juga mendapat penghargaan khusus (dokpri)
Indro Warkop salah satu pembaca nominasi juga mendapat penghargaan khusus (dokpri)
Pembaca nominasi adalah gabungan dari pemain film layar lebar dan televisi. Di antaranya adalah Christine Hakim, Lukman Sardi, Rina Nose, Andrea Dian, Arie Kriting, dan Jefri Nichol. Beberapa di antara pembaca nominasi tersebut mendapat perhatian lebih dari para undangan. Rina Nose yang membacakan nominasi bersama Donny Michael asyik melawak. Chicco Jerikho dan Arifin Putra tampil cool berdiskusi tentang pembuatan skenario film yang bak meracik kopi dengan set panggung ala kafe. Sementara bintang web series Surat Cinta untuk Starla, Jefri Nichol dan Caitlin Halderman tampil mesra sambil mempromosikan film terbarunya, Surat Cinta untuk Starla The Movie yang bakal tayang 28 Desember. Aliando sibuk meluncurkan gombalan ke Cut Syifa dan Cut Meyriska. Sedangkan Adinia, Ernest, Arie Kriting dan Aurora Ribero asyik mempromosikan film Susah Sinyal yang juga bakal rilis. Hahaha rupanya sambil membacakan pemenang, sekalian promosi film.

Chicco dan Arifin tampil cool membahas kopi dan skenario film (dokpri)
Chicco dan Arifin tampil cool membahas kopi dan skenario film (dokpri)
Yang paling menarik di antara pembaca nominasi adalah sosok hantu dari Pengabdi Setan. Diawali dengan kursi roda yang bergerak sendiri di atas panggung. Sosok Ayu Laksmi pun hadir dengan mengenakan baju pengantin dan cadar plus lonceng seperti penampilannya sebagai sosok hantu Ibu di film horor laris ini. "Ibu hanya membacakan awarddi sini, bukan untuk menakut-nakuti," ujarnya dengan suara parau seperti di film yang membuatku tertawa geli.

Para undangan juga ikut terharu ketika Tatiek Maliyati WS mendapat penghargaan khusus, lifetime achievement award. Meskipun sudah berusia 80 tahun ia tetap bersemangat berkiprah di dunia perfilman nasional. Ia masih aktif mengajar seni peran di Institut Kesenian Jakarta. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah serial Losmen dan dr. Sartika yang skenarionya dibuatnya bersama Wahyu Sihombing. Penghargaan khusus juga diberikan ke Indro Warkop yang telah tampil di puluhan film komedi hingga kini.

Tatiek Maliyati telah 62 tahun mengajar seni peran (dokpri)
Tatiek Maliyati telah 62 tahun mengajar seni peran (dokpri)
Dari deretan pemenang kategori film, tidak ada yang benar-benar mendominasi, rata-rata film yang meraih nominasi, Filosofi Kopi 2, Galih dan Ratna, Kartini, Night Bus, Cek Toko Sebelah, Mooncake Story, dan Jakarta Undercover meraih 1-2 nominasi.  Namun penghargaan paling bergengsi diraih oleh Cek Toko Sebelah sebagai film terpuji FFB 2017 mengalahkan Athirah, Kartini, Filosofi Kopi 2, dan Istirahatlah Kata-Kata

Sekilas Tentang Festival Film Bandung

Bagaimana sih posisi FFB di antara penghargaan film lainnya seperti FFI, Indonesia Movie Award dan sebagainya? Memang ada yang menganggap FFB pesaing dari FFI, seperti Golden Globe dan Academy Awards, namun ternyata FFB bukanlah kompetitor FFI karena berangkat dari hal yang berbeda.

Dari buku panduan dan majalah FFB disebutkan, FFB berkembang spontan sebagai gerakan budaya  dari pengamat film, seniman, budayawan, wartawan, dan penulis skenario film untuk memberitahukan kepada masyarakat film apa saja yang layak ditonton. Mereka lebih suka menyebutnya 'terpuji' karena maknanya adalah sesuatu yang patut dipuji dan bukan berarti pilihan dewan juri tersebut adalah mutlak yang terbaik. Niat dari memberikan penghargaan 'terpuji' itu adalah membantu masyarakat meningkatkan pemahaman dan wawasan sebagai bahan perbandingan baik untuk film nasional maupun film impor. Oleh karenanya pemenangnya bisa lebih dari satu, seperti penghargaan untuk pemeran pria terpuji kategori serial televisi yang tahun ini diraih oleh Donny Michael dan Arbani Yasiz.

Meskipun menggunakan nama Bandung bukan berarti acaranya hanya untuk warga Bandung dan harus diadakan di Bandung. Nama Bandung digunakan karena memang lahir dari semangat pengamat film di Bandung, selain itu syuting film pertama Indonesia, karya Usman digarap di Bandung. Menurut Chand Parwez, penggagas FFB, Festival Film Bandung adalah milik Jawa Barat untuk Indonesia.

Dewi Gita tampil menghibur dengan lagu Sunda yang di-mix dengan rap (dokpri)
Dewi Gita tampil menghibur dengan lagu Sunda yang di-mix dengan rap (dokpri)
Setiap tahun, sejak tahun 1988 mereka pun memberikan penghargaan kepada sejumlah film dan sineas perfilman, baik film layar lebar, sinetron, FTV, dan film impor. Film dinilai dari sejumlah unsur, di antaranya segi tema/tajuk, maksud, gagasan, cipta, keaslian, kebaruan, dan kemantapan, serta unsur lainnya seperti pencahayaan, tata gambar, dan sebagainya. Uniknya meskipun tahun 90-an dunia perfilman nasional sedang mati suri, FFB tetap dihelat. Namun, dari tahun 1992-1993 dan 1995-1999 tidak ada pemenang film terpuji, meskipun ada juga penghargaan untuk sineas perfilman. 

Untuk tahun ini ada 114 judul film nasional yang tayang pada awal Agustus 2016 dan akhir Juli 2017 yang dinilai. Sedangkan tema yang diangkat pada acara puncak adalah Berjaya Selamanya yang merupakan bentuk apresiasi SCTV sebagai saluran TV yang menyiarkan acara langsung FFB sejak tahun 2012 yang mewakili harapan masyarakat terhadap FFB.

Hemm apakah para pemenang FFB 2017 juga bakal menang pada ajang FFI 2017 yang akan hadir bulan November mendatang?

Ernest dan para pemeran Cek Toko Sebelah bergembira filmnya menjadi film terpuji FFB 2017 (dokpri)
Ernest dan para pemeran Cek Toko Sebelah bergembira filmnya menjadi film terpuji FFB 2017 (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun