Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Nonton Pengabdi Setan Agar Level Seramnya Berkurang

29 September 2017   13:00 Diperbarui: 29 September 2017   18:16 9804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker, kacamata, earphone perlu nih jika nonton film horor (dokpri)

Tapi posisi horor terseram yang kutonton di bioskop sekarang tergantikan oleh Pengabdi Setan versi Joko Anwar. Asli seram banget dan terpaksa aku pakai peralatan yang kusebutkan di atas hahaha.

Kengeriannya itu sudah terbangun sejak awal dari setting rumah keluarga Suwono yang terletak di dekat hutan dan makam. Tidak seperti film lawasnya, rumahnya tampak kurang terurus dan jenis rumah tua. Keluarga mereka sedang kekurangan uang karena habis untuk biaya pengobatan ibunya, Mawarni Suwono (Ayu Laksmi), yang sudah tiga tahun mengalami penyakit aneh. Sang Ibu sendiri adalah seorang biduan yang cukup terkenal pada masa mudanya.

Rini heran ibunya yang sakit tiba-tiba bangkit (sumber: IMDB.com)
Rini heran ibunya yang sakit tiba-tiba bangkit (sumber: IMDB.com)
Rini (Tara Basro) tidak berhasil mendapatkan uang royalti karena penjualan album ibunya sudah surut. Motor dan berbagai barang di rumah pun dijual. Ibu mereka pun kemudian dirawat di rumah. Namun, kondisi sang Ibu semakin memprihatinkan dan kemudian ia pun meninggal.

Bondi (Nasar Annuz), anak ketiga, mengaku takut jika takhayul yang ia baca itu benar. Ada takhayul berkaitan dengan langkah kaki keluarga yang pulang se pemakaman. Ia was-was untuk melangkah pulang kuatir ibunya bakal bangkit dari kubur. Rini pun menentramkannya. Sementara itu sang ayah (Bront Palarae) memutuskan pergi bekerja ke luar kota untuk menafkahi keluarganya.

Sejak pemakaman tersebut, kejadian aneh pun mulai terjadi. Satu-persatu anggota keluarga, Rini, Bondi, Tony (Endy Arfian), Ian (M. Adhiyat), dan sang nenek (Elly D. Luthan) mengalami gangguan supranatural. Ketika gangguan semakin memuncak mereka pun mencari bantuan. Benarkah penganggu tersebut adalah hantu Ibu atau ruh jahat yang menyerupai sosok ibunya?

Bondi dan Ian ketakutan setelah dihantui ibunya (sumber: IMDB.com))
Bondi dan Ian ketakutan setelah dihantui ibunya (sumber: IMDB.com))
Tanpa basa-basi film ini langsung membuat penonton merasakan aura keseraman. Rumah tua yang tidak terawat dengan lokasi di dekat hutan dan makam nan sunyi. Sosok wajah si ibu yang sakit nampak pucat dan menyeramkan. Make up dan akting Ayu Laksmi memang maksimal dan menyeramkan sejak sakit hingga kemudian bangkit kembali.

Film ini seolah-olah tidak memberikan jeda kepada penontonnya untuk rehat dari ketegangan. Hantu dan kengeriannya bisa hadir sekonyong-konyong tanpa melihat waktu. Ya akhirnya di pertengahan film, beberapa penonton pun menyerah dan keluar dari tempat pertunjukan. Wah sayang sekali mereka melewatkan adegan puncaknya.

Salut buat Joko Anwar yang tidak menggunakan CGI untuk para hantu tersebut. Ia lebih mengandalkan pada make up. Jalan ceritanya juga susah ditebak, di sepertiga terakhir film, alur cerita tiba-tiba berbelok membuat cerita semakin dinamis. Akhir ceritanya pun sengaja dibiarkan menggantung dan memiliki twist. Masih ada pertanyaan di sana-sini. Hemmm sepertinya bakal ada sekuelnya nih.

Menilik dari penampakan hantu dan ceritanya, Joko Anwar sepertinya mengambil banyak referensi dari film hantu lokal dan mancanegara. Ketika melihat sosok hantu Ibu saya jadi teringat film Insidious. Ada juga adegan yang mengingatkan dengan Paranormal Activity dan Conjuring. Tentang film horor, Joko Anwar sudah cukup berpengalaman dalam film horor thriller seperti serial Halfworlds, Kala, Pintu Terlarang, dan Modus Anomali.

Dari setting latar, melihat Jakarta tahun 1980-an awal itu menarik karena jalanan masih sepi, hijau, dan ternyata pada tahun 1981 sudah ada rumah susun di Klender dan berbagai tempat lainnya. Potongan rambutnya juga khas, seperti gaya potongan rambut Dimas Aditya yang memerankan anak ustad bernama Hendra.

Ian, si bungsu paling mencuri perhatian (sumber: Sidominews)
Ian, si bungsu paling mencuri perhatian (sumber: Sidominews)
Jajaran pemainnya sudah pas. Chemistry-nya oke dan penampilan akting tiap tokohnya juga natural. Yang paling mencuri perhatian adalah sosok Ibu yang diperankan Ayu Laksmi (Under The Tree, Soekarno: Indonesia Merdeka) dan anak bungsu yang tunawicara bernama Ian yang dimainkan si imut menggemaskan M Adhiyat. Sayangnya Fachri Albar di sini perannya tidak banyak.

Berbicara film horor juga tak lepas dari scoring music. Dalam film Pengabdi Setan ini Joko Anwar kembali bekerja sama dengan Bembi Gusti dan Aghi Narottama yang sebelumnya juga membuat skoring Modus Anomali, Pintu Terlarang, dan a Copy of My Mind.

Lagu yang berkesan dan menyeramkan dalam film ini adalah lagu yang mengorbitkan nama sosok Ibu, Mawarni, Kelam Malam. Setiap kali lagu ini mengalun beserta denting lonceng, maka aku pun was-was dan siap sedia.

Oh ya jika dibandingkan dengan film lawas Pengabdi Setan, film ini tidak sama persis. Ada banyak perbedaannya. Apa perbedaannya, hemmm Kalian tonton saja deh sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun