Para pengunjung nampak terpaku dan mengagumi robot berlengan panjang setinggi tujuh meter. Robot itu mengulurkan salah satu tangannya yang membawa sekuntum bunga. Aku tersenyum lebar karena teringat adegan dimana robot itu berpose demikian. Ya, ia adalah Laputan Robot yang sedang menyambut Sheeta, gadis kecil keturunan keluarga Laputa, dalam film studio Ghibli terkenal Laputa: Castle in the Sky. Robot itu salah satu di antara sekian replika yang tersaji dalam The World of Ghibli Jakarta Exibition yang diadakan di Ritz Carlton Pacific Place Ballroom, Jakarta, hingga 17 September.
Laputan robot merupakan replika robot pelindung yang ada di dalam film animasi besutan Hayao Miyazaki. Badannya berwarna kehijauan dan ia dikelilingi rerumputan dan pepohonan yang menyejukkan mata. Ia adalah robot pelindung keluarga Laputa yang tinggal di kastil di pulau yang melayang.
Bersebelahan dengan robot raksasa tersebut terdapat replika flappter, yaitu pesawat berbentuk seperti capung. Pesawat ini dulunya milik kawanan pembajak yang kemudian digunakan tokoh utama anak-anak, Sheeta dan Pazu dalam anime yang sama. Anime tentang pulau misterius Laputa ini dirilis tahun 1986, tapi kemudian baru populer ketika ditayangkan di televisi Jepang tahun 1988. Sejak itu Laputa: Castle in The Sky menjadi salah satu anime Ghibli yang populer dan nama Hayao Miyazaki sebagai sutradara dan pendiri studio animasi Ghibli pun terangkat.
Menurutku sih tidak terlalu sulit karena replika tersebut diangkat dari anime populer Ghibli seperti Nausica of the Valley of the Wind (1984), Laputa: Castle in The Sky (1986), My Neighbor Totoro (1988), Kiki's Delivery Service (1989), Porco Rosso (1992), Mononoke Hime/ Princess Mononoke (1997), Spirited Away (2001),Howl's Moving Castle (2004), Ponyo on The Cliff By The Sea (2008), The Secret World of Arriety (2010), dan When Marnie was There (2014).Anime Ghibli sendiri juga diakui kualitasnya oleh kritikus animasi dunia dengan lolosnya enam anime Ghibli sebagai nominasi Oscar namun sayangnya baru Spirited Awayyang berhasil meraih piala Oscar dalam kategori best animated feature filmpada tahun 2003.Â
Sembari menikmati replika yang digarap begitu detail dan main tebak-tebakan adegan, kami juga mendapat banyak cerita di balik pembuatan anime Ghibli oleh Shin Hashida, Chief Produxer dan Event & Exhibition Planning Studio Ghibli. Di setiap replika ia berhenti dan kemudian bercerita tentang hal-hal menarik terkait dalam film tersebut.
Anak-anak dan pekerja perempuan di Jepang menjadikan Kiki sebagai salah satu idola karena banyak dari mereka, terutama yang hidup berjauhan dengan orang tuanya, merasa senasib sepenanggungan dengan Kiki. Di awal cerita Kiki memang dikisahkan homesick dan berjuang untuk beradaptasi sebagai penyihir magang di sebuah pulau yang sangat jauh dari tempat asalnya.
Di eksibisi ini ada rumah Mei Kusanabe, sosok Totoro dengan payungnya yang menyambut pengunjung dan nekobus (catbus) bersama senyum jailnya yang khas. Mereka karakter yang terkenal lewat My Neighbor Totoro. Ingat senyuman neko ini saya jadi ingat, Chesire Cat, sosok kucing dalam Alice in The Wonderland. Tentang Totoro ini Shin bercerita jika Ghibli populer berkat Totoro. Bahkan, Ghibli sering dikaitkan dengan Totoro.
Selain itu, ada juga Yubaba's Bathouse dan Strange Town dalam Spirited Away; Â dinding Ponyo, pesawat dan kursi pantai dalam Porco Rosso; Ohmu, monster dalam Nausicaa of The Valley; dan Kastil Howl. Ponyo ini dibuat Hayao berdasarkan anak perempuan menggemaskan di dekat rumahnya. Ohmu, monster dalam Nausicaaini didasari kekuatiran Hayao akan kerusakan lingkungan.Â
Menurut Shin, Nausicaa ini karya Hayao yang penting karena lewat anime ini ia menginspirasi para penikmat anime untuk lebih mencintai lingkungan. Sejak itu kesadaran anak-anak muda untuk merawat lingkungan memang meningkat. Hayao memang banyak menyelipkan pesan mencintai lingkungan, seperti di film Mononoke Hime dan Pom Poko. Â
Isu lingkungan dan anak perempuan yang tangguh merupakan topik-topik favorit Ghibli. Ghibli juga suka memasukkan pesawat, terutama desain pesawat karya Giovanni Battista Caproni dari Italia. Pesawat Italia ini hadir pada Porco Rosso dan menginspirasi sosok Jiro Horikoshi dalam membuat Zero, pesawat tempur Jepang yang ditakuti dalam perang dunia II dalam anime Wind Rises (2013). Salah satu karya Caproni adalah pesawat yang dikenal dengan nama Ghibli atau angin panas dari Sahara. Nama inilah yang kemudian menginspirasi Hayao Miyazaki dan menggunakannya sebagai nama studio animasinya. Â
Yang paling mengagumkan dari replika Ghibli ini adalah Howl's Moving Castle yang berukuran 8,5 meter. Shin mengaku kagum dan menyebut replika terbaik dan tersulit dalam eksibisi ini.
Bob kemudian bercerita jika ia sangat puas dapat menyelesaikan kastil ini yang begitu rumit dan detail. Kastil ini beberapa bagiannya bisa bergerak dan mengeluarkan asap. Ia mengerjakan kastil Howl dalam kurun waktu hampir sebulan. Selain kastil Howl ia juga dipercaya memimpin pembuatan replika Porco Rosso dan Laputa. Seluruh replika dan poster sponsor memang dikerjakan oleh tim dari Indonesia, termasuk logo The World of Ghiblidan poster film Ghibli yang tayang sejak April.
Saya beruntung masuk dalam daftar undangan media yang diajak tur pada hari pertama The World of Ghibli Jakarta Exibition gara-gara sering nulis tentang anime Ghibli di Kompasiana dan blog pribadi. Menurut Wilawati, CEO Kaninga Pictures dan project officer The World of Ghibli Jakarta, eksibisi ini merupakan hadiah bagi para fans setia Ghibli. Ketika melihat antusiasme penggemar Ghibli dalam pemutaran Spirited Away tahun lalu, terbesit ide untuk membuat acara besar bagi penggemar Ghibli, yaitu eksibisi dan festival film Ghibli.
Pada acara pembukaan ini juga dihadiri Wakil Duta Besar Jepang Kozo Honsei, Presiden Direktur Studio Ghibli Koji Hoshino Ghibli dan dimeriahkan oleh penampilan Jkt 48 dan Sherina yang membawakan tembang soundtrack film Spirited Away, The Cat Returns dan Princess Mononoke.
Beberapa Replika Belum Jadi, Fans Gigit Jari
Seharusnya The World of Ghibli Jakarta sudah bisa dinikmati sejak 10 Agustus pukul 10.00 WIB. Sayangnya beberapa replika belum jadi dan belum siap untuk dipamerkan. Oleh karena keterlambatan panitia dalam mengumumkan pengunduran jadwal acara, maka banyak fans yang kecewa berat apalagi pada hari pertama tersebut eksibisi dibuka umum hanya dibatasi pukul 13.00-15.00 WIB. Mereka pun menghujani media sosial @TheWorldofGhibliJkt dengan banyak lontaran kekecewaan, apalagi yang datang dari luar kota. Akhirnya panitia memberikan kompensasi berupa tiket dimana pengunjung yang belum bisa menikmati keseluruhan acara untuk hadir kembali.
Hingga hari ini belum semua replikai bisa dihadirkan. Panitia menjanjikan keseluruhan obyek eksibisi bisa dinikmati mulai Senin, 14 Agustus. Namun, saat saya bertanya ke panitia mereka agak kurang yakin dan menyarankan agar saya kembali lagi di atas tanggal 16 Agustus 2017. Saya terheran-heran akan keterlambatan ini karena pengumuman acara ini sudah sejak akhir Maret silam.
Panitia beralasan mereka perlu waktu untuk membuat replika yang benar-benar detail, nyaman dan aman bagi pengunjung. Pasalnya, ada beberapa replika yang didesain bisa dimasuki oleh para pengunjung untuk memberikan pengalaman lebih.
Wah mudah-mudahan Senin depan The World of Ghibli Jakarta sudah benar-benar siap menyambut para fans setianya. Jika enggan datang ke eksebisinya juga bisa memilih nonton animenya yang diputar di CGV Pasific Place. Berikut jadwal pemutarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H