Libur lebaran sudah tiba. Apabila Kalian tidak punya rencana berlibur lebaran kenapa tidak ke kota Cirebon? Atau apabila merasa lelah terjebak kemacetan selama arus mudik, Kalian bisa lho menyempatkan diri beristirahat di kota Cirebon sambil menikmati berbagai destinasi wisatanya yang menarik. Bukan hanya bisa membawa oleh-oleh berupa rengginang, terasi, rebon, di kota udang ini wisatawan juga akan mendapat tambahan wawasan sejarah dari berbagai peninggalan situs bersejarahnya.
Hari itu (10 Juni) langit Jakarta masih gelap. Fajar juga masih belum menyingsing. Ketika warga Jakarta masih menikmati sahur bersama keluarga, saya telah melintasi jalanan Jakarta dari ujung Jakarta Timur menuju Bentara Budaya Kompas, Jakarta Barat. Sejam kemudian saya pun tiba. Di depan pagar gedung tersebut sudah ada kompasianer Erni Pakpahan, Deny Oey, mba Ira Lathief dan Pak Djulianto Susantio.
Selang limabelas menit kemudian para peserta Koteka Trip bertajuk "Smart Traveler Pegang Kendali Wisata di Cirebon" pun berdatangan, hingga lengkap 10 orang plus perwakilan Kompasiana dan Bank Danamon. Setelah pengumuman pembagian kelompok, kami pun satu-persatu memasuki mobil elf. Saya masuk dalam grup Kendali dimana pesertanya terdiri dari Detha Arya Tifada, Khairunisa Maslichul, Noval Kurniadi, dan Sitti Nurjanah.
Jika kompasianer berkumpul kalau tidak ngobrol ya ngetweet (Dokumentasi Pribadi)
Tim Danamon mengawal kompasianer (Dokumentasi Pribadi)
Semalam sebelum hari keberangkatan saya tidak bisa memejamkan mata, takut kebablasan dan terlambat. Rencananya sepanjang perjalanan mau tidur, tapi ternyata susah. Akhirnya saya pun asyik mengobrol dengan Erni.
Perjalanan agak tersendat hingga memasuki Gerbang Tol Cikarang Utama. Setelah melewati gerbang tol tersebut, jalanan pun lancar. Berkat Tol Cikopo Palimanan (Cipali) maka perjalanan ke Cirebon lebih cepat. Sekitar pukul 09.30 kami sudah memasuki Cirebon. Elf terus melaju menuju kota Cirebon. Rute satu hari trip Cirebon ini adalah Masjid Agung At Taqwa, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, dan Gua Sunyaragi.
Berkeliling Dua Masjid Ikonik Cirebon
Masjid Raya At-Taqwa Cirebon yang megah (Dokumentasi Pribadi)
Amazing Trip Cirebon diawali dengan kunjungan ke Masjid Raya At-Taqwa yang megah. Masjid ini didirikan tahun 1918 dan kemudian direnovasi sehingga indah dan menjadi salah satu ikon Cirebon. Di sini juga terdapat Islamic Center-nya kota Cirebon. Masjid berikutnya adalah Masjid Sang Cipta Rasa yang didirikan tahun 1480 kemudian dipugar tahun 1978. Maksud dari nama masjid tertua Cirebon tersebut adalah bangunan yang digunakan untuk mengagungkan Tuhan.
Bangunan di kompleks Masjid Cirebon yang unik dengan kaligrafi dan simbol-simbol Islami (Dokumentasi Pribadi)
Suasana di masjid Cirebon yang adem, sakral,dan damai (Dokumentasi Pribadi)
Arsitektur masjid yang juga disebut Masjid Cirebon ini klasik, perpaduan gaya Demak, Majapahit dan Cirebon. Atapnya tidak memiliki kemuncak seperti lazimnya masjid di Jawa. Yang makin membuat klasik adalah keberadaan gerbang berwarna merah bata dengan hiasan kaligrafi. Suasana di masjid ini damai dan begitu tenang. Memang cocok untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Keraton Kasepuhan dengan Simbol Macan Putih
Selamat datang di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokumentasi Pribadi)
Keraton Kasepuhan yang luas dan cukup terawat (Dokumentasi Pribadi)
Saya kagum dengan Keraton Kasepuhan yang megah dan nampak terawat. Lokasinya dekat dengan Masjid Cirebon. Saat itu sedang dilakukan peresmian Museum Pusaka yang ada di kompleks keraton tersebut sehingga ada beberapa ruangan yang tertutup bagi pengunjung.
Masuk dari Siti Inggil (Dokumentasi Pribadi)
Museum Pusaka yang diresmikan 10 Juni (Dokumentasi Pribadi)
Keraton Kasepuhan merupakan keraton yang menarik dengan ikon dua macan putih yang konon terkait dengan Prabu Siliwangi.  Kesultanan Cirebon merupakan kelanjutan dari  Kerajaan Pajajaran.
Taman Dewandaru dan Ikon Arca Macan Putih (Dokumentasi Pribadi)
Arsitektur keraton ini unik, ada hiasan porselen China di dinding dimana di antaranya berkisah tentang perjanjian lama, juga ada lingga yoni dari budaya Hindu. Kami pun masuk dari Siti Inggil, kemudian terdapat pendopo, mushola, Mande Pandawa Lima, Taman Bunderan Dewandaru dan bangunan induk keraton. Secara keseluruhan bangunan ini terawat dan multikultur, hanya pemandunya saat itu tidak mengenakan beskap sehingga nuansa jalan-jalan ke keratonnya kurang mantap.
Keramik China dengan kisah perjanjian lama (Dokumentasi Pribadi)
Keraton Kanoman dengan Sumur KeramatSelanjutnya Kompasianer mengunjungi Keraton Kanoman dengan naik becak. Hawa begitu panas dan gerah, apalagi masa berpuasa sehingga untuk menghemat tenaga maka kami pun naik becak berdua-dua. Kami melewati pasar tradisional yang meriah oleh berbagai barang. Ada penjual udang dan seafood membuat saya tergiur. Di balik pasar, nampak situs bersejarah.
Naik becak yuk ke Kanoman (Dokumentasi Pribadi)
Keraton Kanoman ada di balik pasar tradisional (Dokumentasi Pribadi)
Bangsal Jinem Keraton Kanoman (Dokumentasi Pribadi)
Singgasana yang unik dengan hiasan karang warna-warni (Dokumentasi Pribadi)
Keraton Kanoman nampak sederhana. Kami disambut dengan penjaga yang ramah. Ia mengajak kami duduk di Bangsal Jinem yang biasa digunakan untuk ruang sidang keluarga. Kompleks Keraton Kanoman seluas enam hektar ini didirikan tahun 1679 oleh Sultan Anom I. Â Seperti Keraton Kasepuhan ada piring porselen China penghias dinding. Singgasana Keraton Kanoman unik dengan karang berwarna-warni. Warna-warni tersebut memiliki simbol kemakmuran, suci spiritual untuk warna hijau dan putih. Ada ruang gamelan, ruang pusaka juga sumur keramat. Di antaranya ada sumur murah jodoh dan sumur kejayaan bagi prajurit sebelum berperang. Kompasianer pun membasuh muka dengan air sumur berharap segera dapat jodoh hehehe.
Yang belum dapat jodoh berkumpul di sumur keramat, eh gara-gara kepanasan (Dokumentasi Pribadi)
Taman Sari Gua Sunyaragi yang Bernuansa SakralTaman Sari Gua Sunyaragi merupakan destinasi terakhir. Â Saya terpukau dengan kompleks gua buatan ini yang merupakan tempat para keluarga keraton Cirebon beristirahat dan mencari ketenangan.
Naik angkot berdesakan menuju Sunyaragi (Dokumentasi Pribadi)
Gua Sunyaragi yang sakral (Dokumentasi Pribadi)
Gua Sunyaragi berasal dari bahasa Sansekerta, sunya dan ragi dimana masing-masing berarti sepi dan raga.Gua Sunyaragi terdiri atas ruang pesanggrahan dan gua berbentuk gunung-gunungan. Gua ini telah berusia lebih dari tiga abad, dimana dibangun sekitar tahun 1700-an.
Konsep panggungnya kurang selaras (Dokumentasi Pribadi)
Memasuki kompleks Gua Sunyaragi, pengunjung disambut dengan area seperti panggung dengan kursi penonton melingkar. Ada kursi empuk berwarna-warni yang menjadi sasaran pengunjung berfoto. Sebenarnya keberadaan kursi tersebut agak kontras dan kurang serasi, tapi mungkin menjadi daya tarik bagi pengunjung remaja.
Bangunan ini mirip gerbang candi (dokpri)
Gua Argajumut untuk tamu penting (dokpri)
Duduk di sini adem banget (dokpri)
Selanjutnya ada bangunan seperti gerbang candi , kamar kaputren, kamar rias, Mande Beling tempat sultan beristirahat, Bangsal Jinem sebagai tempat menerima tamu dan berbagai gua. Ada Gua Petheng, Goa Kalenggengan, Gua Argajumut, Gua Pawon, Gua Pengawal dan sebagainya. Suasana di sini adem sekaligus sakral.
Bangsal Jinem tempat raja menerima tamu atau bercakap dengan pangawalnya (dokpri)
Pegang Kendali Kelestarian dan Keberlanjutan Lokasi WisataSmart traveler tentunya tidak hanya gemar berjalan-jalan dan koleksi foto perjalanan. Apa sebenarnya smart traveler terutama di kawasan cagar budaya dan situs arkeologi? Yuk simak penjelasan dari Djulianto Susantio, kompasianer sekaligus arkeolog.
Setelah tiap kelompok menyampaikan presentasi, maka giliran Kompasianer mendapat tambahan ilmu menjadi smart traveler. Pak Djulianto di awal paparannya menjelaskan tentang arkeologi. Arkeologi adalah studi tentang kebudayaan masa lalu melalui peninggalan budaya atau kebudayaan materi. Pekerjaan arkelogi terdiri atas ekskavasi, analisis, penafsiran, publikasi dan museum. Hasil arkeologi Islam di Indonesia terbatas dibandingkan arkeologi Hindu dan Buddha. Hasil arkeologi Islam rata-rata berupa keraton, masjid, dan makam.
Pak Djulianto menjelaskan tentang arkeologi dan bagaimana menjadi smart traveler (dokpri)
Ira lathief menjadi moderator (dokpri)
Dibandingkan
wisata lainnya, jenis wisata arkeologi tergolong kurang diminati. Masih ada situs bersejarah yang kurang terawat dan ada yang terlupakan. Nah, sebagai smart traveler perlu mendukung destinasi wisata arkeologi  dengan konsep pariwisata berkelanjutan. Jangan sampai setelah itu destinasi wisata tersebut ramai dikunjungi dan malah rusak. Pak Djulianto mengingatkan untuk tidak berbuat vandalisme, juga mematuhi aturan dan terencana seperti ke Prambanan harus melalui rute yang ditetapkan, dan wacana pembatasan wisatawan untuk destinasi sejarah tertentu. Selain itu,
smart traveler dapat mempromosikan lewat tulisan dengan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan, serta memberikan kritik dan solusi untuk pengembangan dan kelanjutan obyek wisata tersebut.
Mencicipi Masakan Khas Cirebon dan Berbelanja Buah Tangan
Berlibur ke Cirebon perlu mencicipi Empal Gentong. Kami berbuka puasa di Empal Gentong Hj. Dian yang merupakan rumah makan berlantai dua.
Selepas melepas rasa haus dengan es jeruk maka Tahu Gejrot menjadi menu pembuka yang memompa selera makan. Bumbunya lebih nampol dan pedas dimana meresap ke setiap tahunya.
Bersama seporsi Empal Gentong, santap malam ini juga ditemani Sate Kambing Muda khas Pantura. Wah mantap deh. Sate Kambingnya empuk dan ada guratan rasa manisnya. Empal Gentongnya kaya akan isian daging, gurih dan nikmat. Empal Gentong ini agak-agak mirip Gulai, tapi lebih encer. Wow setelah menyantap berbagai makanan itu rasanya kenyang dan puas.
Tahu gejrot yang pedasnya nampol (dokpri)
Empal Gentong yang gurih nikmat (dokpri)
Sate kambingnya sedap (dokpri)
Saya juga sempat mencobai Es Degan dengan manis berasal dari Sirup Tjampolay rasa Pisang Susu.Segar banget dan rasa manisnya itu khas. Sirup Tjampolay ini sirup asli buatan Cirebon yang pabriknya telah hadir sejak tahun 1936. Sirup ini biasanya jadi buah tangan wisatawan.
Es degan dengan sirup tjampolay (dokpri)
Kalau saya ke Cirebon suka berburu rebon, terasi dan rengginang. Karena dekat pantai maka hasil lautnya berlimpah, termasuk udang. Tak heran jika Cirebon dijuluki kota Udang.
Gara-gara rengginang Cirebon ini saya jadi suka jajanan tradisional dari beras ketan ini. Rengginang Cirebon umumnya berasa terasi dan keju, bentuknya bulat kecil. Enak dijadikan kudapan. Krauk...krauk gurih.
Saya suka dengan rengginang khas Cirebon rasa terasi dan keju (dokpri)
Batik Cirebon juga indah (dokpri)
Selain makanan, batik Cirebon tak kalah menawan. Motif yang terkenal adalah Megamendung, Byur, Wadasan, Semarangan dan Geometri.
Pegang Kendali Liburan dengan Danamon
Danamon memanjakan para penggemar jalan-jalan dengan ragam fiturnya. Jika selama ini kompasianer sudah kenal dan merasakan benefit kartu Danamon Flash, dimana bisa digunakan untuk membayar tiket commuter linedan  Trans Jakarta, dan berbelanja makanan/minuman/buku, serta berekreasi di Waterboom Jakarta, maka ada beberapa fitur Danamon lagi yang cocok bagi smart traveler. Apa saja? Traveler dapat membeli tiket kereta api melalui website KAI dengan menggunakan Danamon Online Banking, cash back pulsa Rp 24 ribu setiap pembelian paket data HOTROD XL Rp 120 ribu melalui layanan e-Channel Danamon pada 24-25 Juni juga Ponsel D-Cash.
Rangga, perwakilan Danamon, menunjukkan fitur Ponsel D'Cash yang membantu para traveler jika dompetnya sudah sekarat, sementara ia tidak terdaftar sebagai nasabah Bank Danamon. Dengan bantuan ponsel, maka ia akan bisa menarik tunai dana transfer dari rekannya, nasabah Bank Danamon, di ATM Bank Danamon yang memasang logo D'Cash.
SMS dari Danamon dan Kode OTP untuk tarik tunai tanpa kartu (dokpri)
ATM Danamon dengan logo D-Cash untuk tarik tunai tanpa kartu (dokpri)
Saya mendapat kesempatan mencoba fitur tersebut. Setelah dimintai no ponsel saya maka saya mendapat pesan SMS saya mendapat Rp 100 ribu via
Ponsel D-Cash dimana valid selama dua jam,. Saya pun menuju ATM Danamon berlogo D-Cash dengan menekan tombol samping layar untuk menarik tunai tanpa kartu. Selanjutnya saya memilih menu "Transaksi Tarik Tunai Tanpa Kartu", memasukkan no ponsel saya sebagai penerima, memasukkan passcode, dan jumlah nominal. Setelah itu saya menerima kode OTP (
one time password) Â via email yang harus saya masukkan. Uang 100 ribu pun kemudian bisa ditarik.
Langkah Tarik Tunai Ponsel D-Cash Danamon (dok. Danamon)
Ponsel D'Cash ini merupakan fitur baru dari
D-Mobile Danamon. Sifatnya praktis karena penerima dana tidak perlu memiliki rekening Danamon, juga bebas biaya administrasi. Traveler dapat berbagi dana sebesar Rp 100-500 ribu dengan limit transaksi Rp 1 juta/hari.
Duit Rp 100 ribu pun di tangan (dokpri)
Nah mumpung sudah memasuki libur lebaran, yuk pegang kendali berlibur ala
smart traveler.
Akun FB/Twitter: @rara.lbz//@dewi_puspa00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya