Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mudik Itu Dinanti tapi Juga Perlu Diantisipasi

26 Mei 2017   18:11 Diperbarui: 26 Mei 2017   19:08 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat lelah fisik maka berkendara roda dua menjadi berisiko tinggi, apalagi jalannya berkelok-kelok (dokpri)

Hanya suami kakak yang mengemudikan kendaraan sehingga kami beberapa kali beristirahat di rest area dan Pom Bensin. Ketika memasuki hari berikutnya, tubuh mulai terasa lengket dan gerah. Wah belum sampai juga, masih di kisaran Gemolong, Sragen. Aku terkejut ketika ada daerah yang sudah melaksanakan sholat Id. Wah mudah-mudahan masjid di rumah ikut jadwal pemerintah nih, harapku. Akhirnya setelah 26 jam berkendara, kami tiba di rumah. Setelah membersihkan diri, aku langsung meringkuk di kasur. Kaki dan badan masih berasa aneh, masih seperti sedang berkendara. Suami kakak langsung memanggil tukang pijat.

Saat lelah fisik maka berkendara roda dua menjadi berisiko tinggi, apalagi jalannya berkelok-kelok (dokpri)
Saat lelah fisik maka berkendara roda dua menjadi berisiko tinggi, apalagi jalannya berkelok-kelok (dokpri)
Ketika kakak menawarkan lagi untuk mudik dengan kendaraannya, aku menolak. Memang lebih hemat, tapi rasa lelahnya sudah dipulihkan. Kalau saat bulan biasa sih aku tak menolak, tapi kalau lagi mudik, enggak ah.

Kakak masih rajin bermudik dengan kendaraan pribadi. Tapi ia menyiasatinya dengan berangkat sebelum puncak arus mudik dan menginap di Semarang atau Yogyakarta sehingga tidak terlalu lelah.

Bermudik dengan Kendaraan Umum Lebih Nyaman

Jika dihitung-hitung bermudik dengan kendaraan pribadi memang lebih irit, tapi untuk jarak jauh seperti Jakarta-Malang yang berkisar 900-an kilometer maka kenyamanan dirasa sulit dinikmati. Untuk jarak jauh sih tetap lebih baik naik kendaraan umum, seperti pesawat, kereta api, kapal laut, ataupun bus. Risiko keselamatannya juga lebih kecil dibandingkan saat berkendara sendiri. Lelah akan membuat kurang awas sehingga bisa berujung ke kecelakaan.

Biasanya aku memesan tiket pesawat jauh-jauh hari. Jika tiket pesawat sudah mahal, maka aku kemudian berburu tiket kereta api. Tapi tiga tahun ini pola memesan tiket ini agak berubah. Jika biasanya kami panik tidak mendapat tiket, saat ini kami berdua malah lebih tenang. Masih ada tiket kereta lebaran jika kehabisan saat H-90. Saat tiket kereta dan pesawat tidak kuperoleh hingga hari H, aku mendapat tiket pesawat dengan harga normal pada H+2. Asyik. Tahun ini karena rumah masih sedang direnovasi, kami berdua belum tahu kapan waktu pas untuk mudik, bisa beberapa hari jelang lebaran, saat hari H, atau beberapa hari pasca lebaran. Orang tua saya tidak masalah, sedangkan kedua kakak biasanya lama berlibur di Malang.

Mengapa naik kendaraan umum lebih nyaman?

Oleh karena pemilik kendaraan pribadi semakin banyak maka ruas jalan bakal semakin padat. Memang pemerintah dengan bekerja sama dengan berbagai instansi seperti kepolisian, Kemenhub, Jasa Marga, BMKG dan instansi terkait lainnya telah melakukan berbagai upaya agar mudik berjalan aman, nyaman, dan lancar. Akan tetapi apabila masyarakat masih banyak menggunakan kendaraan pribadi maka kepadatan lalu lintas masih sulit dihindari.

Salah satu upaya Kemenhub bekerja sama dengan berbagai instansi adalah menyediakan mudik gratis ke berbagai kota dengan bus, kereta api, dan kapal laut. Sasaran mereka utamanya adalah pemudik beroda dua. Pasalnya pemudik roda dua adalah pengguna jalan yang paling berisiko. Pengguna roda dua tidak dikondisikan untuk perjalanan jauh pada kondisi yang begitu padat kendaraan. Lengah sedikit maka risikonya adalah nyawa. Strategi lain yang rekayasa arus lalu lintas dan memiliki berbagai skenario saat terjadi kemacetan.

Kemenhub memiliki berbagai cara untuk membuat mudik tahun ini nyaman, salah satunya memiliki strategi jika terjadi kemacetan di berbagai titik (dok. Kemenhub)
Kemenhub memiliki berbagai cara untuk membuat mudik tahun ini nyaman, salah satunya memiliki strategi jika terjadi kemacetan di berbagai titik (dok. Kemenhub)
Selain bertujuan menekan angka kecelakaan di jalan raya, mudik gratis Kemenhub juga bertujuan mengendalikan jumlah kendaraan saat kendaraan dan meningkatkan keselamatan. Tahun 2015 ada 694 korban jiwa dan tahun 2016 masih terdapat 558 korban.

Hingga saat ini korban kecelakaan lalu lintas terbesar pada saat mudik adalah pengguna roda dua. Angka korbannya memrihatinkan sehingga langkah mudik gratis dengan sasaran utama pemilik kendaraan roda dua adalah hal yang tepat. Setiap tahunnya peminat mudik gratis ini meningkat dan instansi yang bekerja sama dengan Kemenhub juga bertambah, seperti perusahaan swasta dan kalangan BUMN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun