Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nobar Film Misteri Ala Layar Tancap

16 Maret 2017   10:27 Diperbarui: 16 Maret 2017   10:54 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yuk Berlayar Tancap Dulu (dok KOMIK)"][/caption]

Layar tancap memiliki kenangan tersendiri. Dulu waktu masih kecil pernah merasai berlayar tancap di sebuah lapangan dekat rumah. Filmnya tidak penting karena bagi anak-anak yang menyenangkan adalah keramaian dan banyaknya penjual makanan. Setelah jajan ini itu masih susah juga untuk duduk manis menonton layar, malah asyik bermain kejar-kejaran.

Pengalaman nonton di tempat terbuka kembali saya rasakan waktu acara sebuah festival di CCCL Surabaya. Pemutaran filmnya di tempat terbuka, penonton disediakan beberapa kursi. Namun karena promosinya kurang gencar, nobar film Perancis tersebut kurang meriah. Juga tidak ada penjual makanan sehingga 'rasa' layar tancapnya masih kurang.

Hingga saat ini layar tancap masih eksis meskipun frekuensi pemutarannya tidak sebanyak dulu. Sepertinya keeksisan tersebut didukung berbagai pihak yang berkeinginan untuk menghidupkan kembali layar tancap yang merupakan hiburan rakyat yang murah. Di Malang sejak tiga tahun terakhir juga ada even layar tancap berupa Malang Film Festival, demikian pula di Jakarta. Peminatnya pun lumayan banyak.

Nah, tadi malam saya kembali merasakan atmosfer layar tancap. Bersama bang Rahab, bang Topik, Aries, Bima, Arum dan Dina kami menonton layar tancap yang diadakan Kineforum dan Kedutaan Denmark di halaman depan Teater Besar, Taman Ismail Marzuki. Nordic Noir Night yang dihelat kali pertama ini menayangkan sebuah film misteri berjudul The Keeper of Lost Causes (Kvinden i buret).

Penonton sudah ramai pasca matahari terbenam. Apalagi ada sajian cuma-cuma yang bisa dinikmati sembari nobar. Ada pop corn, pisang goreng, roti canai, kentang goreng, es krim, es cincau jahe, dan masih banyak lagi. Wah melihat jajanan enak gratis ini sepanjang pemutaran ada saja penonton yang ngantri hihihi. Acara pemutaran film ini dibuka oleh Duta Besar Denmark Casper Klynge.

Film The Keeper of Lost Causes ini sebenarnya sudah tayang di Denmark sejak tahun 2013, akan tetapi baru ditayangkan di berbagai negara sejak tahun 2016. Film yang diangkat dari sebuah novel laris karya Jussi Adler-Olsen ini merupakan kisah trilogi tentang Departemen Q dimana polisi yang bertugas di departemen tersebut memilah-milah mana kasus lama yang diberhentikan dan mana yang masih perlu diselidiki.

Film ini merupakan film pertama dimana kedua film berikutnya, The Absent One dan A Conspiracy of Faith juga telah tayang di Denmark dan mendapat apresiasi positif. Benang merah dari ketiga film tersebut adalah tokoh dua detektif dan kasus-kasus pelik yang berada di Departemen Q.

Dikisahkan Carl Morck (Nicolaj Lie Kaas) adalah detektif yang dianggap bermasalah sehingga ia dipindahkan ke Departemen Q. Ia mendapat partner seorang detektif muslim bernama Assad (Fares Fares). Tugas keduanya sebenarnya hanya urusan administratif, akan tetapi ketika keduanya memilah-milah kasus, keduanya terpaku pada misteri lenyapnya seorang politikus wanita, Merete Lynggaard (Sonja Richter). Ia telah menghilang selama lima tahun dan dikabarkan melakukan bunuh diri dengan menerjunkan diri dari feri.

Naluri detektif Carl Morck mengatakan ada sesuatu yang tidak beres pada kasus ini. Ia memutuskan untuk membuka lagi kasus tersebut. Keduanya membuka-buka catatan keterangan saksi dan kemudian berjumpa dengan adik korban, Uffe Lynggaard (Mikkel Folsgaard), yang ternyata bisu dan mengalami keterbelakangan mental.

Sepanjang film penonton diajak menyelami karakter detektif Carl, cara ia bersama Assad merangkai puzzle demi puzzle dan kemudian diajak menengok kisah Merete dan Uffe sebelum Merete dinyatakan lenyap secara flash back. Kisah Merete dan penyelidikan detektif itu ditayangkan beriringan sehingga penonton harus cukup jeli untuk membedakan waktu sekarang dan masa lalu.

Film yang disutradarai oleh Mikkel Norgaard ini beralur lambat dan bernuansa gelap. Rasa frustasi dari korban juga rasa marah tertahan si detektif bisa dirasakan. Film ini sendiri baru menarik pada paruh kedua ketika misteri mulai satu-persatu terkuak. Yang awalnya agak mengantuk, jadi kembali melek dan penasaran.

Seru juga berlayar tancap, apalagi cuacanya mendukung, tidak hujan. Memang sih karena terbuka dan banyak godaan makanan jadinya agak kurang fokus nonton dibandingkan ketika nonton di bioskop. Tapi tetap menyenangkan. 

[caption caption="Sebagian penonton belum beranjak setelah film selesai, menunggu pengumuman pemenang kuis (dokpri) "]

[/caption]

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun