Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pedasnya Mie Setan Bikin Selera

9 Maret 2017   14:17 Diperbarui: 10 Maret 2017   02:00 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemasan Mie Setan Bromo (dokpri)

"Yes, we still make you cry!" Itulah tagline dari Bromo Mie Setan yang masih hip di kota Malang. Pengunjung harus sabar menunggu pesanan cukup lama karena antrian yang bejibun. Dengan level kepedasan 1-5, penikmat makanan pedas ditantang seberapa kuat lidah mereka mengantisipasi kepedasan.

Dua keponakanku sejak sore mempromosikan mie setan. "Ayo..ayo Tante, nyoba mie sing pedes...". Ketiga ponakanku yang mungil-mungil bersama ibunya lalu dengan ceria menuju jalan Bromo 1 A, tidak jauh dari Stadion Gajayana Malang.

Cukup lama mereka menunggu, lalu membawa dua bungkusan untukku dan ibu. Ibu mendapat level kepedasan satu, sedangkan aku ditantang menyantap level tiga. Salah satu keponakanku berkoar-koar ia juga menyantap mie setan level tiga.

Wadah kemasan mienya cantik dengan bagian atasnya memajang tagline. Mereka juga memiliki media sosial dan dipajang berderet di kemasan.

Kemasan Mie Setan Bromo (dokpri)
Kemasan Mie Setan Bromo (dokpri)
Mie Setan ini sebenarnya sudah hadir sejak tahun 2014 dan semakin terkenal sejak tahun 2016 dengan semakin banyaknya wisatawan dan pemburu kuliner. Kepopuleran mie ini juga ditunjang oleh trennya masakan pedas.

Oh ya level satu saja menggunakan 12 cabe, level dua pakai 25 cabe. Jadinya mie level tiga yang ada di depanku menggunakan 35 cabe. Wow, jadi makin tertantang.

Mie Setan ini mirip dengan cwui mie atau mie pangsit kering. Mienya bertekstur lembut dengan taburan bawang goreng, daun bawang cincang, dan taburan ayam yang seperti bubuk. Bedanya, mie ini juga bertabur cabe rawit yang dirajang halus. Di bagian bawah mie, cabe tersebut juga ada dan sepertinya bakal semakin pedas jika dicampur rata.

Oke deh waktunya menyantap. Ibu yang menyantap mie level satu sudah bersungut-sungut. Ia mengiranya level satu tidak pedas dan kecewa karena mienya ternyata pedas. Ayah jelas menolak karena ia kurang suka masakan pedas.

Eh berbeda dengan respon ibu, aku malah menyukainya. Mienya memang mirip dengan Cwui Mie Malang. Enak dan pedasnya itu menambah selera.

Cabenya hadir tak malu-malu (dokpri)
Cabenya hadir tak malu-malu (dokpri)
Ibuku berkali-kali bilang jika tidak habis alias kepedasan tidak apa-apa. Eh memang pedas sih, tapi masih bisa kuatasi. Enak...dan kemudian habis deh. Langsung kuseruput air putih segelas. Eh pedasnya belum hilang, lalu mencari minuman manis dan selesai. Pedasnya sudah raib.

Salah satu keponakan pun kemudian muncul dan takjub melihatku habis. Ia menggodai neneknya yang tidak habis. Ia bercerita jika ia sedang kepedasan karena menyantap mie lebel tiga. Ia berdecap-decap kepedasan. Karena kasihan, kuberi jeli sebungkus. Eh tak lama ia kembali muncul dan masih kepedasan. Lantas kusodorkan permen kenyal yang disambut gembira. Ternyata aku tertipu, keponakanku itu tak menyantap level tiga, melainkan level satu dan itupun hanya sesendok. Hahaha dasar! Ya tidak apa-apa, permen dan jeli itu memang bakal kuberikan mereka besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun