"Merengguk Asa di Teluk Jakarta" membahas kehidupan manusia perahu yang hampir seluruh kehidupannya berpusat di perahu dan tidak tinggal di daratan.
Dari laut semua berawal. Oleh karena dibesarkan dari keluarga nelayan maka mereka pun juga kemudian tumbuh sebagai nelayan. Rata-rata dari mereka berasal dari pendatang seperti Indramayu. Setelah berpindah-pindah mereka pun tinggal di kawasan Kali Adem. Penghasilan mereka tak menentu. Sementara itu laut semakin tercemar oleh limbah dan sampah sehingga ikan pun susut.
"I Love Me" dari Institut Kesenian Jakarta bercerita tentang seorang remaja yang gemar memotret aktivitas anak jalanan dan kondisi sekelilingnya dengan smartphone. Saat baterainya habis ia kesulitan meminjam charger ataupun power bank karena adanya faktor kecurigaan. Ternyata masih ada yang tulus menolongnya, yaitu penjual nasi goreng.
Dari MMTC Yogyakarta, "Omah" menceritakan seorang ayah yang membujuk anaknya untuk pulang karena ibunya merindukannya. Agus, si anak, sudah tidak pulang selama tiga tahun.
"Di Ujung Jari" dari Ubinus mengisahkan fenomena generasi milenial yang tak lepas dari gadget. Sosok dari film ini baru menyadari dunia yang beda sejak ponselnya hilang.
Akhirnya pemenang pun diumumkan. Juara 3, 2, 1 dari katagori pelajar adalah "Terminal", "Mata Hati Djoyokardi" dan "Ijinkan Aku Menikahinya". Masing-masing mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 4 juta, Rp 6 juta dan Rp 8 juta plus voucher menginap di hotel Amaris.
Wah selamat, siapa tahu selepas kompetisi ini mereka unjuk gigi mengikuti kompetisi tingkat mancanegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H