Lantas seperti apa sih cerita atau pesan yang disampaikan dalam tiap film pendek tersebut?
Film pertama yang diputar berjudul."2 Hari" karya SMAN 1 Muaraenim. Film ini berkisah tentang kekuatiran Christabela memasuki sekolah baru. Ia murid pindahan dari Jakarta. Ia mengira sekolah barunya lebih buruk dari sekolah lamanya. Rupanya di sekolah baru ini meski baru dua hari, ia belajar praktik kejujuran dan tidak adanya diskriminasi terhadap siswa. "Pelangi tidak jadi pelangi kalau cuma satu warna kan?" demikian pesan film "2 Hari" yang mengusung keberagaman.
Selanjutnya giliran film pendek karya SMA Khadijah Surabaya. Film bertajuk "Mata Hati Djoyokardi" ini merupakan film dokumenter tentang perjuangan seorang kakek berusia 83 tahun menghidupi anak perempuannya yang mengalami cacat mental. Ia tidak punya penghasilan yang tetap namun ia tak berputus asa dan selalu bekerja keras.Kisah Pak Djoyokardi juga dilengkapi dengan perspektif dari tetangga dan Ketua RT yang menyebut sosok tersebut meskipun miskin namun hatinya luar biasa.
"Kihung (Jalan Menikung)" bercerita tentang perjuangan berat anak-anak Desa Kihung menuju sekolahnya. Jembatan swadaya dari warga rusak, sehingga siswa-siswi tersebut harus menyeberangi sungai yang berarus cukup deras. Desa Kihung memang memiliki infrastruktur yang terbatas dimana jalannya masih berupa tanah licin. Untuk itu anak-anak tersebut berharap pemerintah bersedia membangun jembatan agar mereka tidak mengambil risiko menyeberangi sungai setiap menuju/kembali sekolah.
Film pendek berikutnya berhasil membuat penonton tertawa dan mengaduk-aduk emosi. "Ijinkan Aku Menikahimu" berkisah sepasang kekasih yang hendak menikah di Rembang, Purbalingga. Rupanya pernikahan tersebut harus batal karena permohonan ijin menikah ditolak karena calon mempelai wanita keturunan simpatisan PKI.
Menurut tim SMA 1 Rembang, film ini terinspirasi dari stempel yang dibuat pemerintah terhadap simpatisan PKI sehingga merugikan anak cucunya. Cerita ini terinspirasi dari kejadian nyata, namun mereka kemas dalam rupa drama percintaan. Untuk menambah muatan lokal, bahasa percakapan Yono dan Yati menggunakan bahasa ngapak-ngapak yang khas.
Mengapa mengusung terminal? Oleh karena terminal memiliki stigma negatif dengan banyaknya aksi kriminal. Di balik itu tetap ada sisi kemanusiaan.
Setelah film pendek karya SMA selesai diputar, maka kini giliran karya mahasiswa. Yang menarik ada satu finalis yang mengusung animasi. Ia adalah Gerald dari Universitas Bina Nusantara dengan "Different".
Ceritanya sebenarnya sederhana tentang jalinan romansa yang dibatasi oleh status, dimana si perempuan gadis yang kaya dan si pria berasal dari kalangan tak berpunya. Hingga suatu ketika ada semacam keajaiban hingga keduanya dapat bersama-sama.