Dari sisi pembeli, ada sisi plus minusnya berbelanja secara social shopping. Sisi plusnya menurutku, yakni personal touch-nya berupa interaksi dua arah. Pembeli bisa bertanya secara detail dan puas sebelum memutuskan berbelanja barang tersebut. Misalnya detail dari suatu baju, ukuran sepatu, request cara pengiriman, terkadang juga nego harga hahaha. Memang tidak semua penjual sabar melayani pembeli, tapi sebagian besar penjual mau merespon semua pertanyaanku sehingga aku tidak ragu membeli produk mereka. Yang kedua, yaitu saya bisa memilih metode pembayaran dan pengiriman. Kadang-kadang ada juga pembeli yang mau mengantar ke rumah dan dibayar di tempat. Saya pernah membeli tiket konser Cranberries dan penjualnya sungguh baik dengan memberikan diskon dan mau dibayar di tempat.
Minusnya, jika penjualnya pelit merespon atau tidak kunjung membalas pesan. Wah kalau model penjualnya seperti ini biasanya sudah saya tinggal dan beralih ke toko lainnya. Saya juga pernah mengalami pesanan yang tidak kunjung dikirim padahal sudah transfer. Baru setelah komplain berkali-kali baru dikirim. Ada juga barang yang dikirim kurang sesuai dengan yang dipesan, rata-rata berupa pakaian. Untuk itu saya agak berhati-hati jika membeli pakaian secara online karena kuatir antara yang terlihat di gambar dan wujud aslinya kurang sesuai.
Sementara dari sisi penjual sebenarnya juga ada plus minusnya menggunakan metode social shopping. Saya juga memiliki toko buku bekas koleksi pribadi dimana saya memajang produknya via blog, halaman facebook, dan instagram. Sejauh ini yang sering saya hadapi adalah pembeli  yang 'PHP' (pemberi harapan palsu). Sudah nanya-nanya lama hingga tanya ongkos kirim dan sebagainya, eh ternyata kemudian menghilang.
Nah pada acara bertemakan “What No One Tells You About Social Shopping"di D.LAB by SMDV, Jalan Riau No 1 ini, Fanny menyebutkan keterbatasansocial shopping selain permasalahan kekuatiran akan keamanan sistem pembayaran, yakni permasalahan payung hukum. Berbeda dengan marketplace atau situs e-commerce, maka pengaduan untuk transaksi via media sosial sulit dilakukan karena membuat pemilik akun media sosial tidak berbadan hukum dan bisa saja merupakan akun fiktif.
Lantas bagaimana agar dapat melakukan social shopping yang aman?
Cara Berbelanja dan Bertransaksi  via UANGKU
Salah satu cara aman melakukan social shopping dengan memiliki akun di UANGKU. Layanan uang elektronik berbasis aplikasi (mobile wallet) ini menghubungkan individu yang ingin melakukan pembayaran secara mudah dan aman pada saat melakukan social shopping. UANGKU yang memiliki tagline FUNancially Better dikelola PT Global Pay Indonesia, berada di bawah naungan PT Smartfren Telecom, Tbk, dan telah mendapat ijin dari Bank Indonesia sehingga aman digunakan.
Bagi pembeli sebenarnya tidak wajib mengunduh aplikasi UANGKU. Asalkan sudah memiliki akun dan mendaftarkan nomor ponselnya, maka ia sudah bisa berbelanja dengan payment request UANGKU. Akan tetapi bagi mereka yang ingin memanfaatkan fasilitas lebih dan pengalaman berbelanja yang asyik, maka perlu mengunduh aplikasinya di Apps Store dan Google Play. Aplikasinya tidak berat dan proses mendaftar juga menggunakannya terbilang mudah.
Untuk transaksi keuangan, Kalian bisa membayar aneka tagihan, seperti tagihan listrik, air, membayar asuransi, biaya langganan TV kabel, membeli pulsa telepon dan lain-lain. Fitur-fitur lainnya dalam aplikasi UANGKU yaitu fitur transfer antar pemilik rekening UANGKU, membayar dengan QR Code, dan fitur lainnya seperti daftar diskon QR, penarikan uang (withdraw cash) dan sebagainya. Nah, yang berkaitan dengan social shopping adalah fitur payment request UANGKU atau jaminan sistem penyimpanan dana oleh pihak ketiga, dimana dana akan diterima penjual setelah pembeli menerima barang yang dipesan.