Tumpukan sampah ini merusak pemandangan dan bisa jadi sumber penyakit, apalagi jika tidak segera dibersihkan dan diangkut. Pemandangan tumpukan sampah ini bisa Kalian temui di Segara Anakan di Pulau Sempu, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, pantai Glagah, pantai dan perairan Karimunjawa, Bunaken, dan berbagai tempat wisata lainnya. Banyak yang mulai merasa gaul dan mengikuti tren kekinian tapi tak segan mengotori alam.Â
Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan ini dikeluhkan oleh pengelola dan warga sekitar. Ada banyak tumpukan sampah yang harus dibersihkan, apalagi jika musim liburan. Rasanya tidak sebanding antara pendapatan yang diterima dan kotoran yang harus dibersihkan. Sampah-sampah plastik itu juga di antaranya mengotori perairan sehingga mengganggu ekosistem dan organisme yang tinggal di dalamnya. Di pulau Tidung, berbagai gunung di Jawa, juga di Karimunjawa, beberapa sukarelawan dan warga bekerja keras untuk membersihkan sampah pengunjung setiap liburan.Â
Pada 19 September 2015 dicanangkan gerakan budaya bersih dan senyum oleh Kemenko Maritim di Marunda. Kawasan Marunda menjadi lokasi percontohan bagaimana masyarakatnya dan lingkungan sekelilingnya sudah berubah. Dulu kawasan pemukiman nelayan dan pantai Marunda terkesan kumuh, tapi sekarang menjadi rapi dan bersih. Alhasil pantai Marunda pun berpotensi menjadi obyek wisata yang murah meriah di kawasan Jakarta Utara. Selain menawarkan keindahan pantai dan rumah si Pitung, pengunjung juga bisa menikmati sajian laut tanpa merasa kuatir mencium bau sampah. Gerakan ini kemudian dilanjutkan di Candi  Borobudur dan acara Sail Selat Karimata yang akan berlangsung 15 Oktober mendatang. Tujuannya agar pengunjung sadar agar tidak membuang sampah sembarangan di setiap acara dan di tempat wisata. Selain itu, masyarakat sekelilingnya juga diajak untuk mendaur ulang sampah, baik yang bersifat organik untuk dijadikan kompos maupun yang anorganik untuk kerajinan tangan.
Gerakan budaya bersih dan senyum terlihat remeh dan sepele tapi manfaatnya berlimpah. Tempat yang bersih bukan hanya enak dilihat tapi juga sehat, seperti pepatah kebersihan pangkal dari kesehatan. Kebersihan juga pangkal kaya? Kok bisa, karena sejak beberapa tahun silam juga bermunculan bank sampah di berbagai daerah juga pusat belajar seni daur ulang, dari plastik, kertas, kardus menjadi benda seni dan benda pakai yang bernilai ekonomi. Di Jawa Timur dan provinsi lainnya juga digalakkan gerakan green and clean, hari Jumat bersih dan gerakan pungut sampah agar cinta kebersihan menjadi kebiasaan sehari-hari. Bahkan di pantai Tiga Warna  Jawa Timur, juga ada pencatatan barang bawaan untuk menghindarkan pencemaran lingkungan dan keberadaan sampah pengunjung. Saat kembali, daftar bawaan harus sama dengan saat ia datang, termasuk bekas wadah makanan dan minuman.
Jika lingkungan bersih dan masyarakatnya sehat tentu semakin banyak yang berdaya dan mampu berkarya. Biaya negara untuk pengobatan juga bisa berkurang jika masyarakatnya semua sehat. Perairan di daratan yang bersih juga akan bisa menjadi tempat tinggal yang layak bagi flora dan fauna, menjadi obyek wisata juga menjadi sumber air minum. Saat ini air tawar yang layak minum di Indonesia semakin menipis, jika semakin banyak perairan yang terjaga kebersihannya maka sumber air minum akan terpelihara kelangsungannya.
Bagi sektor wisata budaya bersih tentu akan sangat bermanfaat. Kompleks obyek wisata yang bersih dari sampah termasuk fasilitasnya seperti tempat penjual makanan, toilet dan tempat beribadah yang bersih tentu akan membuat wisatawan betah dan nyaman. Pantai-pantai yang bersih dan perairannya yang juga bersih juga akan membuat penghuninya berupa flora dan fauna akan merasa nyaman, nantinya hasil laut juga akan bertambah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H