Sudah beberapa hari pasangan pulang agak malam. Bukan lembur, melainkan asyik melakukan fitness di lantai teratas di kantornya yang tersedia cuma-cuma bagi karyawan. Ia membeli kaus dan celana untuk olah raga, lalu memesan susu protein. Tapi belum sebulan ia berhenti. Katanya bosan dan kurang menyenangkan lagi karena temannya berguguran. Saya tertawa karena awal-awalnya ia nampak begitu bersemangat. Ya, olah raga itu perlu suasana menyenangkan agar tak jadi beban.
Saya juga termasuk yang moody dalam urusan berolah raga. Jika suasana dan lingkungan tempat olah raganya menyenangkan, maka saya bakal betah dan rajin berolah raga.
Pengalaman berkesan berolah raga yang menyenangkan adalah saat berlatih yoga pada masa kuliah. Waktu itu usai praktikum, seorang kawan mendekati saya dan berkata ibunya mengajak ikut beryoga. Saya terheran-heran, ibunya yang mengajak dan mengapa bukan dia yang ikut. Dia beralasan yang ikut perempuan semua, jadi dia tidak bisa ikut.
Kawan yang suka memanggil saya dengan sebutan 'Kucing' itu rupanya naksir dengan pelatihnya, mahasiswi kedokteran yang cantik. Kucing, jangan lupa latihan yoganya di Unair jam 14, pesannya. Akhirnya saya datang juga ke aula kedokteran Unair dan kebingungan karena tidak ada yang kukenal. Tapi rupanya ibu kawan saya orang yang grapyak sehingga saya pun kemudian dikenalkan dengan ibu-ibu lainnya pengikut yoga. Busyet ibu-ibu semua, saya yang termuda, ujar saya dalam hati. Untunglah pelatihnya yang terdiri atas kakak beradik itu sebaya dan memang rupawan. Sayangnya ternyata si kakak yang ditaksir kawan sudah menikah, hahaha kasihan deh.
Berlatih yoga berarti olah raga menekuk-nekuk tubuh agar lentur. Waduh olah raganya jam 14 dan tidak boleh ber-AC atau kipas angin agar keringat keluar. Duh apa saya bisa ya? Kalau lihat kanan kiri pesertanya ibu-ibu rumah tangga sih rasanya saya punya teman yang senasib.
Limabelas menit pertama gerakannya masih mudah. Eh gerakan berikutnya mulai menyiksa. Ayo mbak Puspa, badannya lebih ditarik agar bisa cium lutut, ujar si pelatih sambil menepuk-nepuk punggung saya. Hah hah ini sudah berusaha. Masak kalah dengan ibu ini? goda si pelatih sambil menunjuk seorang peserta yang lentur mencium lutut. Waduh serius ibu-ibu sudah pandai cium lutut? Saya merasa terintimidasi. Saya paksa-paksakan badan agar bisa lentur. Duh apakah ibu-ibu itu punya trik tersendiri ya bisa lentur?
Saat latihan keseimbangan saya menang sedikit. Tak sampai dua menit sudah banyak yang goyah hehehe. Total satu jam kami berlatih yoga. Meskipun terkesan olah raga yang tidak banyak bergerak rupanya keringat banyak mengucur. Acara berlatih yoganya juga menyenangkan karena kami sama-sama pemula dan banyak bercanda. Kami saling ejek dengan bergurau untuk memacu semangat.
Acara yoga bersama ibu-ibu itu ternyata jauh lebih menarik daripada yang saya prediksi. Setelah hampir dua bulan dan kemudian latihan berhenti, saya merasa sedih. Teman-teman di kampus tak percaya ketika saya bercerita saya berlatih yoga dengan emak-emak. Wah Puspa pintar nih, menyeleksi calon mertuanya, canda kawan-kawan.
Saat kerja di kantor ada senam setiap jumat. Senamnya bergantung pelatihnya, kalau dapat instruktur yang energik maka bikin bersemangat, kalau dapat pelatih yang gemarnya poco-poco waduh sehabis senam jadinya malah ngantuk. Baru ketika senam diwajibkan maka kegiatan olah raga ini menjadi tidak menyenangkan. Serasa menjadi kewajiban dan tidak semenyenangkan dulu. Untunglah saya kemudian mengenal komunitas yang mengadakan women self defense.
Wah ini nih yang ditunggu-tunggu. Setiap Sabtu pagi menjadi acara yang menyenangkan. Berangkat dari halte Cempaka Putih pukul 6 pagi, saya tiba di Halte Monas sekitar pukul 7 lewat, kemudian dilanjutkan berjalan kaki menuju belakang Museum Gajah menuju rumah si pelatih.
Sensei Fahmy, demikian kami memanggilnya. Rata-rata pesertanya sebaya, hanya beberapa yang telah lanjut usia. Mereka sama seperti saya, penasaran dengan apa yang latihan yang disebut women self defense. Intinya sebagai perempuan perlu belajar cara mempertahankan diri.
Setelah pemanasan mulailah kami diajarkan beberapa gerakan. Gerakan ini nampak sederhana namun efektif melumpuhkan serangan. Kami kemudian menghafal gerakan dan berpraktik secara berpasangan.
Setiap minggu ada gerakan baru. Agar tidak lupa, pelajaran minggu lalu diulang dan dipraktikkan. Kami belajar menangkis aksi pencopetan, jambret hingga bagaimana menghadapi aksi pelecehan dengan menggunakan gerakan tangan, kaki juga 'senjata' seperti pensil dan berbagai barang yang umumnya dibawa kaum perempuan.
Suatu Sabtu pagi kami kedatangan tamu dari sebuah perguruan yang berprinsip latihan fisik secara berat dan disiplin adalah kunci dari pertahanan. Melihat cara berlatih kami, mereka seolah meremehkan dan kemudian unjuk gigi kekuatan mereka. Tendangan dan pukulan mereka memang keras dan bisa melumpuhkan mangsa. Setelah itu mereka meminta kami berlatih fisik secara keras ala mereka.
Setelah 'perguruan' tersebut pergi baru kami bercerita kesan-kesan kami akan latihan tersebut. Sebagian besar lebih menyukai latihan yang biasa kami lakukan karena lebih menyenangkan dan tidak membuat kami terbeban.
Saya sedih ketika latihan tersebut usai karena materi semuanya telah diberikan. Ada buku yang kemudian ditulis berdasarkan latihan-latihan tersebut yang kemudian menjadi kenangan berkesan.
Daripada senam, saya lebih suka berlari, olah raga favorit saya sejak dulu. Berlari sendiri dengan iringan musik hingga dada mulai terasa sesak. Dulu tempat favorit dan paling berkesan adalah perumahan dekat kosan yang memiliki parit lebar. Sekitar pukul 5 pagi biasanya saya berlari dimana saat itu masih agak gelap dan cahaya lampu membuat air di parit menjadi berkilauan. Ketika matahari mulai terbit panoramanya begitu indah. Tapi saat ini berlari dekat rumah kurang menyenangkan karena track-nya kurang panjang, kecuali lari di dekat markas Kopassus yang rindang dan banyak temannya.
Ada satu lagi olah raga yang asyik dan menyenangkan yaitu menari. Saya tidak bisa menari tradisional selain tari saman karena gerakan saya kata teman-teman cenderung kaku seperti ranting pohon hahaha. Meski nampak sederhana tari Saman ini perlu konsentrasi dan kekompakan sehingga cukup membuat berkeringat.
Sejak kenal hip hop dan tari kontemporer, saya menyukai pertunjukan dan film-film bertema tarian seperti pertunjukan hip hop yang dulu dihelat tiap tahun oleh Kedutaan Perancis dan pertunjukan tari kontemporer di Taman Ismail Marzuki. Film seperti Step Up dan So You Think You Can Dance juga rajin saya tonton dan beberapa di antaranya saya coba tiru gerakannya.
Cara asyik berolah raga adalah berolah raga dengan berwisata, bisa treking ke hutan atau air terjun, mendaki gunung, rafting, hingga snorkeling. Asyik kan berburu keringat juga menikmati panorama indah.
Asyiknya Water Zumba Bareng Coca Cola dan Kompasiana
Hari Kamis sore (25/8) tepat pukul 16.00 sekitar 12 kompasianer siap di dalam kolam renang Swiss-Belhotel Pondok Indah. Perempuannya hanya kami bertiga, saya, Nisa dan mbak Yayat.
Saat kali pertama masuk kolam renang, wuiih dingin banget. Baru setelah melakukan beberapa gerakan zumba, badan kemudian beradaptasi. Yang awalnya berat bergerak di air, lama-lama terbiasa meski lebih enteng jika melakukan gerakan zumba di daratan. Oleh karena agak berat bergerak maka kalori yang dikeluarkan juga dua kali lipat dibandingkan melakukan di darat. Olah raga water zumba juga pas bagi kesehatan jantung dan pernafasan. Setelah water zumba, ada lagi permainan mencari koin yang seru.
Bu Winny bercerita jika ia dulu mengalami kelebihan berat badan. Setelah enam bukan rajin berolah raga selama 30 menit/hari maka tubuhnya kemudian menjadi lebih ringan dan segar.
Di dalam slide presentasi, disebutkan pilar program Coca Cola yang mengkampanyekan Indonesia aktif bergerak itu di antaranya latihan fisik itu obat, edukasi sistem sekolah, dan gerakan publik. Selama ini latihan fisik hanya diresepkan ke lansia, seharusnya juga ke generasi muda sejak kanak-kanak. Dari survei di 20 sekolah Jakarta, lebih dari 48% anak-anak hanya melakukan gerakan fisik dua kali seminggu. Untuk itu Coca Cola mengajak 167 guru dari 20 sekolah tersebut untuk mengembangkan cara belajar mengajar yang kreatif melibatkan aktivitas fisik yang menyenangkan, mengadakan sport day dan fitness test untuk siswa serta memberikan sosialisasi kepada orang tua dan guru akan pentingnya aktif bergerak untuk kesehatan. Coca Cola juga memberikan berbagai peralatan olah raga ke 20 sekolah tersebut.
Taman-taman yang telah dimanfaatkan oleh warga berolah raga di antaranya Taman Langsat, Taman Gandaria, Taman Tebet, Taman Buni, Taman Kembang Sepatu, Taman Amir Hamzah, dan Taman Gebang Sari.Sudah lebih dari 100 ribu warga yang telah memanfaatkan ruang publik tersebut untuk berolah raga.
Sehat itu memang menyenangkan. Yuk aktif bergerak sebagai langkah mudah berinvestasi kesehatan.
Oh iya akun media sosial saya www.facebook.com/rara.lbz dan www.twitter.com/dewi_puspa00 , siapa tahu mau add sebagai friend meskipun isinya kebanyakan tautan tulisan hehehe.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H