Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Commuter Line: Saat Sibuk Bak Mimpi Buruk, Saat Lengang Begitu Nyaman

10 September 2016   13:35 Diperbarui: 10 September 2016   16:40 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun asal favorit di Stasiun Tanjung Barat yang tidak terlalu rame dan rapi (dokpri)

Beberapa waktu lalu saya juga mengalami kemudian serupa, tapi kali ini di gerbong umum dan suasananya lengang. Saya sudah tersenyum senang mendapat tempat duduk, tapi tempat duduknya berbau aneh. Bau kursinya begitu pesing seolah baru saja ada yang ngompol di situ. Huek-huek, saya pun merasa mual dan berpindah dari kursi tersebut. Jarang-jarang dapat tempat duduk, eh sewaktu dapat bau ompol hahaha.

Stasiun Sudirman yang bersih dan nyaman (dokpri)
Stasiun Sudirman yang bersih dan nyaman (dokpri)
Kisah kocak lainnya ketika saya dan Nurul memaksa diri masuk ke kereta yang sudah penuh. Saat itu bulan puasa dan hingga lewat pukul 19.00, stasiun Gondangdia masih sangat padat. Kami berdua nekat masuk gerbong yang sudah padat dan hampir saja kami tidak dapat masuk. Sambil tertawa penuh kepuasan kami merasa lega dapat masuk. 

Setengah jam lagi tiba di Tanjung Barat, tak apa-apalah berdiri dan berdesak-desakan, saya menghibur diri. Eh ketika sudah merasa tenang, kami baru sadar salah naik kereta. Kereta yang kami tumpangi ternyata mengarah ke Bekasi. Waduh. Kami buru-buru turun di Manggarai dan berlari-lari menuju peron arah Bogor. 

Belum sempat kami mengambil nafas, kereta ke Bogor sudah hampir berangkat, maka kami pun berlari memasuki gerbong dan tersengal-sengal di dalam kereta. Setelah itu kami terkikik mengingat kecerobohan dan aksi nekat kami.

Desak-desakan dan berebutan masuk ke dalam kereta saat jam pulang kerja juga beberapa kali saya alami. Pemandangan paling ‘mengerikan’ yakni di stasiun Tanah Abang untuk berpindah kereta ke arah Bogor. Rasanya di mana-mana manusia dan tak bisa bergerak. Ketika akhirnya bisa masuk ke dalam gerbong, biasanya ada ‘drama’ di gerbong wanita. 

Ada aksi dorong-dorongan, pernah juga ada cekcok yang heboh hingga saling dorong. Setelah capek melihat beberapa kali drama, maka saya lebih memilih di gerbong umum di jam sibuk. Saya tak berharap dapat tempat duduk sih, cuma enggan melihat ‘drama’ dan cekcok yang memperburuk suasana hati dan fisik yang lelah. 

Saat lengang, naik commuter line itu sangat nyaman (dokpri)
Saat lengang, naik commuter line itu sangat nyaman (dokpri)
Rupanya tindakan untuk memberikan tempat duduk ke golongan prioritas belum membudaya. Iya sih mereka lelah tapi kasihan juga melihat nenek atau ibu hamil yang berdiri berdesak-desakan. Kali terakhir naik kereta dari Tanah Abang selepas acara petualangan KGVC lalu, ada seorang penumpang yang kesusahan menarik perhatian seorang remaja agar bersedia menyerahkan tempat duduknya ke lansia. 

Ia nampak cemberut dan tak beranjak, malah ibunya yang nampak lelah kemudian memberikan tempat duduknya ke nenek tersebut. Saya berpikir positif mungkin si remaja tersebut sangat kelelahan dan mengantuk sehingga duduk di kursi prioritas.

Naik commuter line ada kalanya begitu melelahkan, terkadang saya menghibur diri sebentar lagi tiba di rumah, mandi air hangat dan menyantap martabak keju yang nikmat.Tapi saat lengang seperti waktu ikut acara Click Kompasiana jelajah Tanjung Priuk begitu menyenangkan dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun