Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pak Ageng dan Kisah-kisah Saat Makan Bersama

26 Agustus 2016   12:08 Diperbarui: 26 Agustus 2016   12:13 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana santap di KFC Grha Cijantung pada jam lengang. Ada banyak anak yang sibuk bermain seluncuran dan kejar-kejaran (dokpri)

Mangan Ora Mangan Kumpul adalah buku karya Umar Kayam favorit keluarga kami. Buku tersebut merupakan kumpulan kolom dengan tokoh Pak Ageng dan keluarganya. Ada banyak hal-hal menarik dibahas Pak Ageng dengan 'keluarga tambahannya' di Yogya dan 'keluarga intinya' di Jakarta sambil bersantap. yang terjadi di meja makan, terutama tentang hal-hal menarik di sekitar mereka.

Untunglah keluarga saya sama dengan Pak Ageng, bukan tipe yang kaku dimana harus diam selama bersantap di meja makan. Kami diperbolehkan mengobrol asal tidak bercanda hingga tersedak. Obrolan kami macam-macam dari seputar sekolah, ulah teman-teman yang kocak ataupun nakal, juga tentang acara sekolah yang ingin sekali kami ikuti. Kami tahu acara semacam camping, tur ke luar kota perlu persetujuan dari orang tua sehingga biasanya kami obrolkan saat santap bersama.

Sejak ayah pernah diopname lama dan kemudian menggandrungi kisah-kisah Pak Ageng dengan penggeng ayamnya, keluarga kami menjadi lebih dekat. Dulu ayah pendiam, dan jarang terdengar kata-katanya selama makan bersama. Akan tetapi setelah kenal Umar Kayam, ia jadi lebih santai dan sering terinspirasi dengan makanan yang ada dalam buku Umar Kayam. Kami anak-anaknya sih senang dengan semakin bervariasinya makanan saat santap malam. Ada penggeng ayam dan sate usus yang sering disebut-sebut dalam kisah Pak Ageng. Ada brongkos yang membuat kami bertanya-tanya makanan apa itu.

Ibu juga jadi semakin gemar bereksplorasi akan makanan sehingga saat santap malam menjadi sesuatu yang kami tunggu-tunggu, kejutan makanan apa yang hadir kali ini. Lalu mulailah ayah berkomentar ini-itu tentang makanan, sambil menyisipi kisah-kisah masa kecilnya. Kami tak kenal kakek nenek kami dari pihak ayah juga leluhur ayah. Jadinya kami hanya bisa membayangkan dari cerita-cerita ayah saat makan malam.

Makan malam menjadi berarti karena hanya saat malam hari kami bersantap secara lengkap. Saat sarapan hanya saya yang menemani ayah karena jam kerja ayah sama dengan jam masuk sekolah saya yang cukup pagi, bahkan saya sering berangkat bersama ayah. Lumayan menghemat ongkos hehehe. Sedangkan saat siang hari jam pulang kami beragam karena kesibukan masing-masing. Saya sibuk di ekskul atau belajar kelompok, kakak asyik bermain sepakbola atau merumpi tentang band-band cadas, sedangkan kakak sulung sudah masuk kuliah.

Selain bersantap bersama keluarga inti, saya paling suka duduk di meja makan nenek. Rumah nenek bersebelahan dengan rumah kami, tinggal membuka pintu penghubung. Di meja nenek selalu ada kopi hitam kental yang selalu terisi, kerupuk, sesisir pisang dan camilan.

Biasanya sore hari, apalagi saat gerimis saya suka mengobrol bersama nenek sambil tentunya icip-icip pisang goreng. Nenek ini hampir selalu punya peliharaan kucing. Bahkan pernah mencapai 13 kucing. Alhasil santap sore atau sarapan pada akhir pekan bersama nenek juga dimeriahkan oleh kehadiran kucing-kucing. Mungkin mereka asyik mendengarkan obrolan kami karena beberapa di antaranya tak menyingkir dan asyik bergelung di dekat kami.

Ketika saya kuliah kemudian bekerja di luar kota, saya selalu merindukan masa-masa makan siang bersama ayah dan ibu juga santap spesial bersama nenek. Saat kuliah, setiap saya pulang dua minggu sekali, ibu dan nenek memanjakan saya dengan memasak makanan kesukaan saya. Kata kakak, saya makan seperti unta, pulang kurus kering dan balik ke kos dengan perut buncit. Saya tertawa geli mendengar ejekan kakak, mungkin ada benarnya juga. Jadwal makan selama jadi mahasiswi memang tidak rutin, apalagi jika banyak tugas praktikum. Alhasil makan di rumah itu bak kemewahan tersendiri.

Kebiasaan makan bersama saya lestarikan hingga menikah. Awal-awal menikah, kami berdua rutin makan pagi dan makan malam bersama karena kantor pasangan tak jauh dari rumah kontrakan.

Ketika kami pindah, maka setiap pagi pasangan tak lagi sempat sarapan lengkap. Terkadang hanya minum teh hangat, sedangkan roti isinya dibawa ke kantor. Sementara untuk makan malam kami sempatkan untuk makan bareng, kecuali suami lembur kerja.

Oleh karena saat kuliah sudah terbiasa ngekos, maka saya dan pasangan bersikap fleksibel. Makan malam tidak harus mewah, kata suami yang penting ada sayur, tempe atau tahu dan sambal. Awal-awal nikah memang saya masih suka bereksplorasi tapi semakin ke sini biasanya saya memasak yang praktis dan hanya memasak yang rumit-rumit saat akhir pekan.

Masak berdua tak kalah seru dengan makan bareng, saya siapkan bumbu suami pun yang membakar jagung untuk perayaan tahun baru berdua (dokpri)
Masak berdua tak kalah seru dengan makan bareng, saya siapkan bumbu suami pun yang membakar jagung untuk perayaan tahun baru berdua (dokpri)
Terkadang jika kami berdua sama-sama lelah, kami memasak bareng. Memasak bareng itu sama menyenangkannya dengan makan bareng. Pekerjaan berat seperti mengulek bumbu saya serahkan ke suami. Ia sering mengeluh jika mengulek bawang merah sehingga saya pinjamkan kaca mata hitam hehehe. Masakan hasil tim ini memang tidak selamanya berhasil sih, pernah juga gosong dan tak karuan. Jika itu terjadi kami pun segera memanggil tukang nasgor yang lewat, atau membuat prata dengan isian keju parut dan susu kental manis. Wuih prata yang hangat itu enak disantap saat lapar.

Tentang prata ini kami berdua menyukainya gara-gara susah makan selama ke India. Yang cocok di lidah hanya prata, baik yang original ataupun berkeju. Sejak itu saya dan suami sering menyediakan prata di kulkas, baik buatan sendiri ataupun siap dimasak. Kadang kami isi dengan tuna, daging asap, atau dengan keju. Atau jika kami benar-benar malas bergerak akhirnya cukup bersantap dengan cornflakes dan susu. Asal bersantap berdua rasanya makanan apapun bisa masuk hahaha.

Suami sering saya libatkan dalam acara ulang tahun sahabat semasa kuliah (dokpri)
Suami sering saya libatkan dalam acara ulang tahun sahabat semasa kuliah (dokpri)
Suami sudah menjadi anggota tambahan Kumpul-kumpul Meja Bundhar karena seringnya mengikuti acara kumpul-kumpul gang sahabat kuliah (dokpri)
Suami sudah menjadi anggota tambahan Kumpul-kumpul Meja Bundhar karena seringnya mengikuti acara kumpul-kumpul gang sahabat kuliah (dokpri)
Setelah menikah memang kami jarang bersantap di luar. Biasanya makan di luar gara-gara diajak teman-teman kuliah dan saya selalu mengikutsertakan suami agar ia kenal dengan sahabat-sahabat saya semasa kuliah. Alhasil karena seringnya suami ikut acara kami, ia bisa dianggap anggota tambahan KMB, kumpul-kumpul meja bundhar, nama kelompok kami karena dulu kami suka nongkrong di meja bundhar setelah puyeng dengan tugas-tugas kuliah.

Jika sedang kangen dengan keluarga biasanya saya main ke rumah kakak atau sebaliknya, keluarga kakak yang berkunjung. Aksi makan bersama keponakan itu seru karena ada aja kejadian yang lucu.

Jika saya dan suami bersantap dengan keluarga kakak pasti ada kejadian lucu seperti keponakan yang nyanyi di atas meja dan sebagainya (dokpri)
Jika saya dan suami bersantap dengan keluarga kakak pasti ada kejadian lucu seperti keponakan yang nyanyi di atas meja dan sebagainya (dokpri)
Sedangkan makan di luar berdua baru kami lakukan jika pergi jalan-jalan dan ingin mengeksplorasi sebuah tempat makan. Kadang yang terjadi adalah perdebatan karena masing-masing dari kami ingin bersantap yang berbeda. Kalau saya memilih yang hemat sedangkan suami suka coba-coba. Biasanya setelah berdebat seru ujung-ujungnya makan di itu-itu juga. Atau jika tidak berani memperkirakan total biaya makan di sebuah restoran, akhirnya kami memilih restoran siap saji seperti KFC. KFC di Grha Cijantung suka jadi pilihan karena dekat dari rumah, tempat makannya cukup luas, dan menu makanannya cukup banyak.

Di KFC Cijantung sering meriah oleh kehadiran anak-anak yang asyik bermain seluncuran atau mereka yang mengadakan pesta ulang tahun. Ada banyak keluarga yang membawa anak di sini. Sama dengan keponakan saya yang suka bermain di area anak KFC ditemani ayahnya sementara ibunya dan saya mengantri pesanan. Ada banyak menu yang disukai keponakan saya seperti sup, puding, dan paket anak. 

Jika habis bepergian dan merasa lapar, kami bersantai dulu di KFC Bandara (dokpri)
Jika habis bepergian dan merasa lapar, kami bersantai dulu di KFC Bandara (dokpri)
Kalau saya yang penting ada es krim nikmat ini (dokpri)
Kalau saya yang penting ada es krim nikmat ini (dokpri)
Suami suka bereksplorasi jika makan di KFC, tidak sekedar ayam goreng, kadang ia memilih menu rice box, burger, atau yakiniku. Minumnya ia juga suka coba-coba menu baru. Sedangkan saya biasanya pilih paket hemat atau kadang-kadang juga coba-coba menu berbeda seperti twister dan spaghetti. Dan sambil makan mulailah kami bercerita ini-itu karena waktu makanlah kami bisa bebas bercerita apa saja tanpa banyak gangguan. Biasanya pasangan bercerita tentang isu di kantor atau seputar games. Ia memang mania games. Sedangkan saya sibuk bercerita tentang film, buku, dan kucing-kucing yang mampir ke rumah kami.

Masa santap bersama ini memang kami rindukan, apalagi kami menjalani long distance relationship (LDR) sekitar tujuh bulan baru-baru ini. Saat bulan puasa adalah hal yang terberat karena kami biasa sahur dan berbuka bersama. Saat saya sahur, eh suami di sana baru abis berbuka. Rasanya puasa tahun ini terasa kurang bersemangat karena hidup di dua benua berbeda. Oleh karenanya ketika suami kembali ke tanah air kami mencoba lebih banyak menyisihkan waktu untuk berdua.

Suasana santap di KFC Grha Cijantung pada jam lengang. Ada banyak anak yang sibuk bermain seluncuran dan kejar-kejaran (dokpri)
Suasana santap di KFC Grha Cijantung pada jam lengang. Ada banyak anak yang sibuk bermain seluncuran dan kejar-kejaran (dokpri)
Bersantap bersama mungkin kesannya sepele tapi seperti nasihat banyak orang, termasuk mba Ns. Rahayu Setiawati Damanik, kompasianer dan psikolog, dan Hendra Yuniarto, GM KFC Indonesia,  yang menjadi narasumber di nangkring bersama KFC 20/8 silam, anak-anak yang terbiasa bersantap bersama keluarga akan lebih dekat dengan orang tuanya, begitu juga pasangan yang sering bersama juga akan lebih harmonis. Benar juga sih.

mba Ns. Rahayu Setiawati Damanik, kompasianer dan psikolog, dan Hendra Yuniarto, GM KFC Indonesia, yang menjadi narasumber dan Yosh Aditya sebagai moderator dan MC di nangkring bersama KFC 20/8
mba Ns. Rahayu Setiawati Damanik, kompasianer dan psikolog, dan Hendra Yuniarto, GM KFC Indonesia, yang menjadi narasumber dan Yosh Aditya sebagai moderator dan MC di nangkring bersama KFC 20/8
Ketika membaca lagi buku Umar Kayam saya teringat dengan santap makan malam keluarga saya di Malang dengan ayam panggang ala 'penggeng ayam Pak Ageng' dimana bumbunya kemerahan dan sedikit berminyak serta sate usus yang empuk nan gurih. Duh waktu nulis ini saya malah kepikiran dengan lezatnya penggeng ayam. Sepertinya saya perlu mengenalkan menu penggeng ayam nih ke suami.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun