[caption caption="Masakan Nusantara"][/caption]
Â
Di balik topi dan kaca mata hitamnya, bos KPK ini begitu melankolis. Ia lantangkan kegelisahan dan kelembutan hatinya lewat bait-bait puisi. Seperti halnya puisi ia perlakukan makanan bak karya seni.
Beragam foto lezat dan segar menghiasi laman KPK. Foto-foto itu menggugah selera. Namun rasanya KPK lahir bukan hanya membuat lidah pembaca tergiur. Kompasianer Penggemar Kuliner saya rasa bukan hanya memajang deretan makanan yang disantap anggotanya. KPK jauh lebih bermakna  dari itu. Karena makanan dan bersantap tak sekedar gaya hidup, melainkan sebuah karya seni dan warisan budaya.
Masih ingatkah diskusi ringan kita tempo hari tentang masakan nusantara. Bagaimana leluhur kita menciptakan sebuah makanan? Bagaimana mereka tahu rempah ini itu, bahan ini itu bisa menciptakan masakan yang luar biasa nikmat.Â
Sebut saja rawon misalnya. Masakan ini menggunakan beragam bumbu dan keluwek sebagai ciri khas agar menghasilkan masalan sejenis sop yang berwarna hitam. Bagaimanakah mereka paham keluwek bisa menjadi bahan makanan dan juga menghasilkan masakan lezat lainnya seperti coto Makassar dan gabus pucung.
Bos KPK ayo berbagi pengetahuan tentang rahasia rempah-rempah yang pernah bang Rahab dapatkan di sebuah acara komunitas. Mari bersama para anggota KPK, kita lahirkan buku-buku tentang masakan nusantara dan hal-hal terkait masakan nusantara, seperti aneka bumbu dan cara memasaknya yang unik. Lain kali yuk kita belajar mengenal rempah-rempah, menghafalkan rasa pala, adas, dan sebangsanya agar tidak mengandalkan bumbu masak instant.
Selamat malam Bos KPK..salam madyang.
Nb: ikuti even surat-menyurat di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H