Sambil menyantap rujak, saya memperhatikan suasana di lapangan parkir selatan Summarecon Mal Serpong yang menjadi tuan rumah FKS ke-5 yang dihelat sejak 14 Agustus ini. Dari pintu gerbang sekaligus loket, panggung utama, deretan stan, dan petugasnya bernuansa Sumatera Utara, yang lekat akan budaya Batak.
 [caption caption="Loket untuk Mengisi Kartu Pembayaran"]
Sejak memasuki arena festival kuliner Serpong, pengunjung telah disambut suasana khas Sumatera Utara. Stan-stannya kompak menggunakan atribut khas Batak. Di panggung utama terdapat tiga rumah bolon dengan petugas yang mengenakan pakaian tradisional Batak. Ada juga tiruan Tugu Brastagi atau tugu revolusi di bagian tengah arena FKS. Petugas-petugasnya dari penjaga stan hingga petugas kebersihan pun tampil selaras dengan pakaian khas Batak. Ulos-ulos pun dipajang di berbagai tempat sehingga suasana khas Batak makin kental.
 [caption caption="Petugas Berbusana Khas Batak"]
[caption caption="Tiruan Tugu Brastagi"]
Tak terasa rujak manis saya telah banyak berkurang buahnya. Saya siap untuk memesan menu makanan lainnya. Namun, melihat deretan stan dengan aneka kuliner yang nampak lezat tersebut membuat saya bingung memutuskan.
[caption caption="Medan Terkenal Akan Duriannya"]
Ada 63 stan di FKS 2015 ini, sebagian di antaranya adalah stan khusus masakan khas Batak seperti Cakue Medan Eko Yap, Nasi Udang-Ayam Medan Wen-Wen, Kue Putu Bambu Medan, Nasi Goreng Teri Medan, Bihun Bebek 75 Pluit Sakti, Martabak Medan & Roti Cane, Lapo Ni Tondongta Senayan, Bakmi Keriting Siantar Tan, Nasi Campur Atek, Lap Choi dan Mie Sop Ayam Medan, dan Oleh-oleh Khas Medan. Sedangkan stan lainnya memajang aneka masakan nusantara dari berbagai daerah. Ada Pecel Pindang Ponorogo, Raja Rawon, Tuna Bakar Rica, Pisang & Singkong Goreng Sambel Roa, Tahu Gejrot Srabi Notosuman, Nasi Goreng Kebun Sirih, dan sebagainya.
 [caption caption="Deretan Stan Kuliner Batak"]
[caption caption="Ada Nasi Goreng Teri Ada Kue Putu Bambu Medan"]
Dari belasan stan masakan khas Batak, ada sebagian yang non halal. Nasi Campur Atek, Lapo Ni Tondongta termasuk masakan yang memasang papan non halal karena adanya tambahan daging babi. Oleh karenanya pengunjung perlu melihat keberadaan label non halal yang dipasang depan stan. Jika tidak ada label tersebut, maka berarti halal.