[caption caption="Sampul Buku Rojak Karya Fira Basuki"][/caption]
Kehidupan itu seperti rujak. Ada sisi manis, asam, asin, pedas, dan juga pahit. Apalagi jika dalam kehidupan sehari-hari, kita bersinggungan dengan orang-orang yang berbeda karakter dan budaya. Kehidupan penuh rasa ini dialami oleh Jan, wanita peranakan Tionghoa-Melayu, yang menikah dengan pria ningrat Jawa dalam buku Rojak karya Fira Basuki.
Jan menyadari risiko yang akan dihadapinya ketika bersedia dinikahi oleh Setyo Hadiningrat. Orang tuanya telah memperingatkannya, meski Ibunya akhirnya menyerahkan putusannya pada putri sulungnya. Ibunya dalah peranakan Tionghoa-Melayu yang hidup bersama pria Hokkien. Jadi ibunya dan dirinya telah merasakan rojak di dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Masalah mulai timbul ketika ibu mertuanya tinggal bersama mereka di apartemen di Singapura. Ayah mertuanya baru meninggal. Yang menyedihkan, kekayaan mertuanya selama ini semu. Rumah besar bak istana dan isinya yang gemerlapan rupanya hanya tumpukan utang. Ibu mertuanya yang telah kehilangan kekayaan dan pelayannya pun dengan terpaksa tinggal bersama keluarga putra tunggalnya tersebut.
Ada perang dingin di antara wanita yang berlatar budaya berbeda. Jan terpaksa mengalah dan berkeluh kesah kepada ibu kandungnya jika pertahanan dirinya runtuh. Namun, permasalahan utama Jan rupanya bukan ibu mertuanya, ada riak-riak lainnya dalam kehidupannya yang berupaya menenggelamkan kehidupan rumah tangganya, bukan asam atau asin melainkan pedas dan pahit.
Kisah Jan-Setyo mungkin juga dialami oleh mereka yang menikah campur. Pernikahan berbeda suku saja biasanya ada kompromi yang disepakati, apalagi jika berbeda kewarganegaraan. Cara mendidik anak dan mengurus rumah tangga saja bisa menjadi perdebatan sengit jika tak ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Biasanya permasalahan rumah tangga akan menjadi semakin runyam jika ada pihak ketiga, baik dari pihak keluarga, maupun orang asing yang kemudian menjadi bagian keluarga tersebut.
Cerita ini cukup kompleks dimana tidak saja menggambarkan upaya tiap-tiap karakter untuk berkompromi dengan perubahan di sekelilingnya, namun juga mengisahkan tentang kehidupan asisten rumah tangga di Singapura, dan sisi lain kehidupan warga Singapura yang jarang diketahui. Kisah dalam buku ini menarik karena dikemas dalam sisi pandang tiap-tiap karakter yang menjadi puzzle dan kemudian menjadi satu rangkaian cerita yang mengalir.
[caption caption="Berbagai Rasa Menyatu di Rojak (sumber: capture dari buku)"]
Saya suka penggambaran kehidupan seperti rojak yang artinya bukan hanya masakan dengan rasa asam,manis, pedas, asin, dan pahit menyatu. Rojak dalam bahasa singlish juga berarti aneh, hancur, dan berantakan. Rojak mudah ditemui di Singapura karena di negeri ini warganya bercampur baur dari berbagai ras dan budaya, terutama Melayu, Tionghoa, dan India.
Saya baru tahu jika rujak itu bukan hanya milik masyarakat Indonesia. Jika rujak ala Indonesia terdiri atas buah-buahan seperti nanas, bengkuang, jambu, kedongdong, dan mangga muda dengan bumbu kacang, gula merah dan cabe, maka rujak di India serba merah yang umumnya terdiri atas gorengan (kentang, cumi-cumi, daging) dengan saus kacang seperti batagor. Di Singapura, rujak atau rojak, terdiri atas buah dan sayuran seperti mentimun dan kangkung, kadang ditambahi sotong, dengan bumbu petis. Hemmm jadi pengin makan rujak.
Â