Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

HUT ke-28 Arema, Tetaplah Menjadi Kebanggaan Kera Ngalam

11 Agustus 2015   08:02 Diperbarui: 11 Agustus 2015   08:35 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Logo HUT ke-28 Arema (sumber: ongisnade.co.id)"][/caption]

Tidak terasa sudah 28 tahun Arema mewarnai dunia sepak bola tanah air. Meskipun tidak terlalu tertarik dengan olah raga sepak bola, namun harus saya akui Arema yang sejak beberapa waktu lalu berubah nama menjadi Arema Cronus menjadi salah satu ikon kota Malang dan kebanggaan kera Ngalam.

Mungkin ada di antara pembaca yang bertanya-tanya apa itu kera Ngalam? Warga Malang punya bahasa gaul yaitu boso walikan atau bahasa kebalikan. Kera Ngalam jadinya ya arek Malang. Entah siapa yang memulai tradisi boso walikan. Saya sendiri termasuk yang kurang pandai menggunakan boso walikan, tahunya hanya kosakata sehari-hari, seperti ayas (saya), kera (arek), ker (rek),ongisnade (singo edan) dan kodew (wedok atau perempuan).

Antusias kera Ngalam terhadap perayaan HUT ke-28 Arema yang jatuh pada hari ini (11 Agustus) sudah terjadi sejak beberapa hari lalu. Di berbagai grup yang sebagian besar kera Ngalam, ulang tahun Arema menjadi obrolan yang hangat. Dan salah satu yang ditunggu-tunggu, juga menjadi bahan harap-harap cemas apakah bakal terjadi kemacetan di kota Malang adalah konvoi yang diberi nama konvoi simpatik. Bahan obrolan lainnya yang hangat diperbincangkan yakni perkiraan hasil pertandingan lawan Persib yang bakal berlangsung nanti malam pukul 19.00 sebagai puncak peringatan HUT Arema.

Mengapa Arema itu asyik diperbincangkan? Karena ada banyak hal menarik tentang klub yang berdiri tahun 1987 ini, dari prestasinya, suporternya, hingga simbolnya yang berupa singo edan.

Arema menjadi pelekat kera Ngalam perantauan seperti saya. Memang bagi warga perantauan, ikon dari kotanya bisa menjadi pelepas kangen.

Meski tidak begitu suka olah raga, setiap ada pertandingan sepakbola yang menampilkan Arema, saya pun terpaku di televisi untuk memberikan dukungan. Hal serupa juga dilakukan oleh kakak perempuan dan Ibu yang juga mendadak peduli dengan Arema setiap ada pertandingan. Kata keduanya, kasihan jika mereka kalah, apalagi jika jauh-jauh bertandang ke luar kota. Alhasil selama pertandingan kakak, ibu, termasuk saya berkomat-kamit berdoa agar Arema menang atau setidaknya seri jika lawannya seperti Persija dan Persipura.

Pertandingan beberapa waktu lalui yang seru dan menyita perhatian adalah pertandingan lawan Persija di ISL QNB League 2015 yang kemudian tak berlanjut. Saya dan suami berada di pihak berlawanan. Ia yang dibesarkan di Jakarta tentunya mendukung Bambang Pamungkas cs. Dan ia tertawa mengejek ketika Bambang Pamungkas berhasil membobol gawang Arema Cronus. Ya..ya..ia lupa waktu itu nonton di gudang suporter Arema. Ada saya, kakak dan suaminya yang semuanya pendukung Arema. Akhirnya pertandingan ditutup dengan seri 4:4, akhir yang membahagiakan bagi pasangan suami istri seperti kami yang berbeda kubu.

Ada banyak cara mendukung Arema selain mendoakan klub tersebut menang setiap bertanding. Ada yang rajin berburu merchandise ada juga yang rajin menonton pertandingan mereka di stadion hingga rela menghabiskan dana untuk mengikuti pertandingan yang dihelat di luar kota.

Suami kakak rajin berburu kaus dan merchandise Arema jika pulang kampung. Motor kakak perempuan pun dihiasinya dengan dua stiker Arema. Sedangkan kedua sepupu, Aris dan mas Dodo’ bersedia menyisihkan uang dan menyaksikan pertandingan Arema di stadion dari jaman sekolah hingga telah bekerja.

 [caption caption="Sepupu Bersama Kaus Tim Kebanggaannya (sumber: foto milik sepupu)"]

[/caption]

Kata keduanya, atmosfer pertandingan dan suporter Arema yang militan membuat mereka terharu. Apalagi jika lawan Persebaya, klub dari kota tetangga, Surabaya, yang suporternya terkenal bonek alias bondo nekat (modal nekat).

Jika kedua sepupu sangat antusias jika ada pertandingan Arema lawan Persebaya, berbeda dengan saya. Jika ada pertandingan antar keduanya, saya memilih buru-buru pulang dari sekolah takut ada huru-hara. Saya pernah dilempar petasan oleh rombongan suporter sepakbola yang iseng ketika menunggu angkot bersama teman-teman. Sejak itu saya merasa was-was jika melihat rombongan suporter sepakbola.

Tapi ketika saya cerita ke sepupu, ia berdalih itu suporter tim lawan. Yen suporter Arema iku bondo Mbak, ga bonek, santun arek-areke, (Kalau suporter Arema itu pakai modal Mbak, tidak modal nekat saja, anak-anaknya juga santun), belanya.

Kesan baik tentang suporter Arema mulai muncul ketika duduk di bangku terakhir SMA. Ada teman wanita sekelas yang rupanya seorang aremanita, suporter wanita Arema. Ia bercerita jika ia gemar menonton pertandingan arema dan antarsuporter seolah terjadi ikatan persaudaraan yang erat. Apalagi jika mars Arema dikumandangkan oleh Arema Voice diikuti aremania/aremanita, suasana di stadion itu sulit dilukiskan. Mars Arema...Arema Voice, apalagi itu?

Rupanya rasa penasaran saya terjawab ketika mendapat tugas menjaga stan pameran tahunan. Kebetulan sebelah stan saya adalah stan Arema. Stan mereka sangat ramai dibanjiri pengunjung.Mereka menampilkan foto-foto Arema dan suporternya, juga piala penghargaan. Ada banyak pengunjung yang bertahan di stan tersebut untuk berbincang-bincang dengan pengurus suporter dan manajemen Arema. Dari ajang pameran tersebut, saya berkenalan dengan penjaga stan yang rupanya salah satu koordinator aremania. Saya juga sempat bersalaman dengan Ovan Tobing, salah satu pendiri Arema dan manajer Arema saat itu. Bapak yang berambut gondrong itu tak hanya kharismatik, namun juga hangat kepada aremania dan para pengunjung stan.

Dari situ, saya sedikit mengenal tentang perkumpulan suporter Arema yang guyub. Di berbagai pertandingan rupanya ada pemimpin sorak-sorai seperti dirigen di sebuah paduan suara. Dirigen tersebut memiliki istilah khusus, yaitu Yuli Sumpil. Sorak-sorai itu diiringi dengan drum sehingga sorak sorai aremania terdengar menggelegar dan membuat ciut nyali lawan. Bahkan menurut sepupu perempuan, Luluk, yang sekarang bergabung menjadi aremanita, tiap daerah di kota Malang punya drum sendiri, yang menguatkan betapa lekatnya Arema dengan kera Ngalam.

Aris tak mau kalah. Ia mengaku penggemar Arema Voice. Beberapa album kasetnya telah ia koleksi. Lagu-lagunya banyak yang asyik didengar seperti Lagu Cinta Damai, Api Jiwaku, Singai Bola, dan Ayas Kera-kera Ngalam. Ada juga dua film tentang Arema, yang salah satunya berjudul Darah Biru Arema

 

Tentang Arema

Arema adalah klub sepak bola kota Malang yang berdiri 11 Agustus 1987. Oleh karena lahir pada Agustus dan berzodiak Leo maka klub ini menggunakan julukan Singo. Tambahan kata ‘edan’ sebenarnya mengundang kontroversi. Ayah saya termasuk yang tidak suka dengan istilah tersebut karena edan berkonotasi negatif sehingga pemainnya kadang bertanding kurang terarah. Tapi saya termasuk yang berpandangan positif dan menganggap istilah ‘edan’ itu seperti gila-gilaan yang bisa bermakna pantang menyerah.

Karena singo edan itu sudah melekat pada Arema sementara Arema telah menjadi salah satu ikon Malang maka di seberang Stasiun Kota Baru Malang terdapat Monumen Singo Edan yang baru diresmikan beberapa waktu lalu. Banyak kera Ngalam dan wisatawan yang berfoto bersama patung singo edan ini.

[caption caption="Patung Singo Edan (dokpri)"]

[/caption]

Nah, hingga usianya yang menginjak angka 28, Arema memiliki segudang prestasi, seperti juara pertama Galatama 1993, Copa Indonesia 2005 dan 2006, serta juara ISL 2010. Memang belakangan ini prestasinya menurun, namun ada tanda kebangkitan setelah berhasil menjadi juara di ajang Sun Rise of Java Cup di Bali pada awal Agustus 2015.

Para pemain Arema yang terkenal di antaranya adalah Imam Hambali, Nanang Hidayat, Panus Korwa, Singgih Pitono, Aji Santoso, Joko Susilo, Cristian Gonzales, Ahmad Bustomi, dan Firman Utina. Para pemain ini di antaranya juga masuk dalam anggota tim nasional.

Meskipun Aremania lahir di Malang, suporter ini juga tersebar di beberapa kota di Indonesia hingga ke negara tetangga. Ada aremania di Balikpapan, Surabaya, hingga di Kuala Lumpur.

Selama rangkaian peringatan ulang tahun yang memiliki slogan Eksis Bersama ini juga diadakan Ajang Arema Football Festival pada 7-9 agustus yang diikuti 66 tim amatir. Pada hari H-nya atau hari ini akan digelar konvoi simpatik yang diadakan di dalam kota dan kabupaten Malang dan kemudian berakhir di depan Stasiun Malang di dekat monumen Singo Edan. Setelah itu konvoi akan berlanjut ke arah Stadion Kanjuruhan untuk kemudian dipuncaki dengan pertandingan melawan Persib Bandung.

Tentang usianya yang semakin dewasa, ada banyak harapan dari para suporter. Selain harapan agar Arema tetap berprestasi, ada juga harapan agar tidak ada perpecahan di antara aremania/aremanita dan harapan agar suporter dan Arema menghormati tim dan suporter lawannya.

[caption caption="Si Pus pun Ikut Perayaan (sumber:foto milik sepupu)"]

[/caption]

 

Info tentang Arema:

- http://wearemania.net

- http://aremafc.com

- http://ongisnade.co.id

- twitter: @AremaCronus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun