[caption caption="Perjalanan Jauh Perlu Persiapan (sumber gambar: shutterstock)"][/caption]
Saya tidak pernah mengalami penerbangan delay berjam-jam lho Mbak, meskipun sering naik maskapai yang konon langganan delay itu. Soalnya saya selalu memperhatikan baik-baik hari baik dan buruk sebelum melakukan pekerjaan penting. Pernyataan seorang ibu di sebelah saya membuat mata saya membelalak. Hari gini masih ada yang percaya primbon?
Sebagian besar suku Jawa memang percaya dengan primbon, terutama dalam menentukan hari baik dan hari buruk. Saat menikah, pindah rumah, atau membuka usaha biasanya mereka melakukan perhitungan hari baik dan hari buruk yang salah satu variabelnya adalah weton.
Saat saya hendak menikah, Ibu juga meminta saya menanyakan weton calon suami. Dari situ muncul beberapa pilihan hari dan tanggal. Meskipun tidak terlalu percaya hal-hal tersebut, saya menghargai adat tersebut dan memilih tanggal yang enak di antara tiga pilihan hari dan tanggal.
Saat pindah rumah pun Ibu juga meminta saya tidak asal pindah. Selain menentukan hari baik untuk pindah rumah, Ibu mensyaratkan saya untuk membawa beras. Kalau dipikir-pikir membawa beras ide yang baik agar kami tidak pusing mencari bahan makanan. Tapi sekarang kan mudah mendapatkan makanan. Warung banyak dan bisa pesan untuk dikirim ke rumah.
Untuk peristiwa penting saya menghargai adat untuk menghitung hari baik dan buruk. Tapi untuk perjalanan, baru kali ini saya mengetahui ada yang benar-benar menjalankannya secara konsisten.
Wanita separuh baya asal Manado itu berkisah jika dulu ia juga menyepelekan primbon. Tapi ketika dewasa dan menikah ia percaya primbon tersebut bukan sekedar hitung-hitungan.
Primbon adalah buah dari pengetahuan luhur nenek moyang yang berasal dari pengalaman hidup dan juga kondisi alam. Kondisi alam meskipun nampak dinamis jika diamati setelah bertahun-tahun akan memiliki pola tertentu. Pola tersebut yang diperhatikan leluhur.
Entah bagaimana para leluhur melakukan penelitiannya, primbon tidak bisa disepelekan, ujarnya.
Diskusi ini menjadi menarik. Saya jadi ingat dulu sering membaca buku saku primbon milik Ibu. Dalam buku tersebut ada banyak hal topik, seperti kaitan waktu menstruasi dengan situasi yang bakal dihadapi, arah terbaik sesuai hari, hari baik untuk perjalanan jauh, dan sebagainya. Dimana ya buku itu sekarang, kata saya dalam hati.
Wanita itu kemudian berkata setiap akan melakukan perjalanan seperti naik pesawat, ia memperhatikan hari dan waktu. Misalkan bepergian hari Selasa maka ia akan memilih perjalanan pukul 09.00 atau 11.00 dan sangat menghindari pukul 5-7 pagi dan pukul 10 pagi karena masuk waktu tidak baik.
"Start waktunya dimulai darimana Bu?" saya ingin tahu.
Ia berkata saya sendirilah yang paham kapan perjalananmu dimulai. Bisa saat berpamitan, bisa saat membuka pagar, jelasnya.
Ibu itu melanjutkan selama konsisten menjalankan primbon, ia bersyukur tak pernah mengalami delay pesawat atau kejadian buruk.Selain primbon, ia juga mengandalkan intuisi dan pertanda alam. Jika perasaan sudah merasa tidak enak, saya tidak paksakan untuk berangkat, ujarnya. Begitu juga dengan pertanda alam, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari alam dan umumnya berguna.
Memang segala musibah dan nasib seseorang ada di tangan Tuhan, tapi kita juga wajib berusaha dan waspada. Upaya dan waspada itu salah satunya saya terapkan dengan primbon, urainya panjang lebar.
Sayang diskusi menarik ini berakhir setelah nomor antrian saya dipanggil, menyusul nomor ibu tersebut kemudian. Ada banyak buku yang membahas sesuatu yang nampak kebetulan itu sebenarnya pesan yang bermakna. Dan bukan kebetulan biasa jika ibu itu memilih duduk di samping saya sementara banyak tempat duduk lainnya yang kosong. Hemm sepertinya aku perlu membaca lagi tentang primbon.
Kepercayaan terhadap primbon memang mulai memudar. Saya setuju dengan pendapat si ibu tersebut jika menjalankan primbon salah satu bentuk upaya dan kewaspadaan, dan tentu saja nasib manusia sebenarnya ada di tangan Allah. Percaya terhadap primbon memang nampak kolot, namun jika ada yang menjalankannya, hargailah, jangan buru-buru dicibir. Oleh karena ada nilai kearifan dan pengetahuan luhur di dalam primbon tersebut.
sumber gambar: shutterstock
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H