Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money

#Di Balik Secangkir Kopi Ada Senyum Petani Kopi

14 Juni 2015   23:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pengayakan dan Pengeringan Tradisional Vs Mesin

Dari edufarm kami diajak untuk melihat proses pengeringan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode pengeringan manual melalui sinar matahari dan menggunakan mesin.

Metode pengayakan dan pengeringan manual diadakan di KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto. KUB yang dipimpinnya membawahi sekitar 2100 petani dari empat kecamatan. Ia mengaku telah bekerja sama dengan Nescafe sejak empat tahun yang lalu.

 

Pak Konstiyanto memperkerjakan ibu-ibu untuk mengayak kopi untuk memisahkannya dari gelondong dan dedak dengan honor perharinya berkisar 40-60 ribu. Sedangkan proses pengeringan sendiri menggunakan sinar matahari. Bijih kopi dialasi oleh terpal dan kemudian dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 12 persen. Biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar satu hari.

 

Pada proses pengeringan dengan mesin kami diajak menuju ke KUB Bintang yang dipimpin Suhantono. KUB ini membawahi sekitar 3 ribu petani dari empat kecamatan. Pada KUB ini kami melihat gudang tempat kopi dikumpulkan dari para petani dan di sudut lainnya adalah tempat untuk melakukan proses pengayakan dan pengeringan biji kopi.

 

Proses pengayakan dan pengeringan kopi melalui mesin secara sederhana yaitu kopi masuk silo (tempat penampungan) untuk proses pengayakan pertama untuk memisahkan antara gelondong dan bijih kopi. Selanjutnya masuk ke silo berikutnya dioven dan kemudian dilakukan pengayakan berikutnya. Proses terakhir adalah pengecekan kadar air secara sampel yaitu maksimal 12% dan proses penimbangan.

 

Dari hasil pengayakan dan pengeringan tersebut akan tersotir bijih kopi yang cacat. Bijih yang cacat bisa dijual ke tempat lain. Sedangkan kulit dan ampas dari proses pengeringan ini bisa digunakan sebagai pupuk setelah mengalami proses fermentasi. Setiap harinya Pak Suhantono dapat mengirimkan sekitar 63 ton ke pabrik Nestle.

 

Dari Lampung, Nescafe mendapatkan 23 ribu ton untuk diekspor dan enam ribu ton untuk proses produksi sendiri. Hasil ini akan semakin berlimpah apabila semakin banyak petani kopi yang bersedia belajar bersama Nescafe. Nescafe senang mendapat kopi berkualitas dan petani bisa tersenyum bahagia dan lebih sejahtera.

Pabrik Nescafe Lebih Dekat

Pada hari kedua kami berkunjung ke Pabrik Nescafe di Panjang, Lampung. Dari penginapan, perjalanan menempuh tak kurang dari satu jam. Setelah menyerahkan kartu identitas untuk ditukarkan dengan kartu tamu, kami pun bersiap berkeliling pabrik Nestle. Ada tulisan Nescafe berukuran besar dengan gajah sebagai satwa khas Lampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun