Selain nikmat diteguk saat pagi hari atau saat hujan mengguyur, kopi racik ini memiliki khasiat kesehatan. Saya merasa lebih segar dan bugar sejak meminum kopi ini juga jarang masuk angin, pilek dan batuk.
Setelah ayah pensiun, sajian pagi kopi racik mulai menghilang. Entah dimana ayah membelinya, saya belum pernah lagi menjumpainya di kota Malang. Akan tetapi rasa khas dan aromanya itu tetap berkesan.
Saya mencoba bereksperimen untuk menghasilkan kopi racik seperti resep Mbok Randa Kuning. Saya rebus jahe, kayu manis, dan serai dan air rebusan ini saya campurkan dengan kopi bubuk. Memang rasanya segar dan hangat, namun masih belum mirip dengan yang kopi racik yang pernah saya teguk.
[caption id="attachment_418757" align="aligncenter" width="421" caption="Kopi Jawa Bahan Utama Kopi Racik (Sumber: garudasocialmiles.com)"]
Saya hilangkan kayu manis dan kemudian saya tambahkan cengkeh. Sebagai pemanisnya saya gunakan gula merah. Aroma dari jahe, serai, cengkeh sama-sama kuat. Rasanya nikmat. Tapi rasa kopi racik itu belum kembali.
Masak tidak ada yang menyimpan resepnya? Kata saya dalam hati. Saya googling dan kemudian menemukan daftar empon-empon yang digunakan untuk meramu kopi racik. Rupanya tidak ada serai, cengkeh, atau kayu manis. Adanya jahe emprit atau jahe berukuran mungil, kencur, jinten, kapulaga, dan keningar. Pantas rasanya khas dan saya belum bisa meramunya karena saya belum pernah memasak menggunakan jinten, kapulaga, dan keningar.
Kopi racik memang nikmat dan khas. Resep legendaris dari wanita sederhana yang bertahan hingga bertahun-tahun. Di balik secangkir kopi racik ada sejarah menarik dari Kediri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H