Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[PDKT] Rawon Perdamaian

16 Mei 2015   01:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_407406" align="aligncenter" width="400" caption="Rawon Buatan Putri"][/caption]

oleh Dewi Puspa, 68

Putri tersenyum mengingat perdebatan konyol yang terjadi semalam dengan suaminya, Fahmi. Masak gara-gara rebutan channel antara menonton tayangan mengenang kematian selebriti tersohor dan serial televisi bertemakan zombie mereka berperang mulut. Dan akhirnya karena sama-sama tidak ada yang mengalah, teve pun dimatikan dan mereka memutuskan tidur sambil masih bersungut-sungut.

Pagi tadi sebelum berangkat kerja, si Fahmi juga kelihatan masih dongkol dan tidak mengecup pipi Putri seperti kebiasaannya selama ini. Putri jadi merasa sedih, hemmmm coba kalau kemarin aku tidak terlalu keras kepala. Kan bisa tuh tukeran channel waktu iklan, keluhnya.

Seharian ini di tempat kerja, Putri tidak seceria biasanya. Ialebih cenderung diam. Padahal ia termasuk biang keceriaan di kantornya. Ade dan Dita, dua teman kerjanya yang karib saling berpandangan.

Saat bel makan siang berbunyi, Dita langsung mendekat ke meja kerja Putri dan menepuk lembut bahunya. "Lagi tengkar sama suami ya?" tebaknya lugas.

"Ah nggak," Putri berupaya mengelak. Lagi kurang enak badan saja, kilahnya.

Dita mengangkat bahu ke arah Ade, kurang percaya dengan jawaban sobat karibnya ini.

"Kalau lagi bertengkar, cepat baikkan sana. Masak kesukaan dia aje," saran Ade.

Mata Putri kontan bersinar. Hemmm ide menarik. Nanti sepulang kerja, aku belanja saja bumbu di dekat rumah. Di kulkas juga sepertinya masih ada daging dan ayam, Putri mengingat-ingat.

Selama perjalanan pulang ke rumah dengan naik mikrolet, Putri memikirkan masakah kesukaan Fahmi. Suaminya itu paling suka dengan bebek goreng dan sayur tauge campur tahu. Tapi ada lagi yang menjadi favorit Fahmi. Rawon.

Wah pas nih masak rawon. Rasanya lezat dan cocok disantap masa musim hujan seperti ini. Tinggal belanja keluwek deh, kata Putri dalam hati.

Meski sudah berulang kali memasak soto berkuah hitam ini, tetap saja Putri tak hafal bumbunya. Duhhh selain bawang merah, bawang putih, keluwek, bumbu lainnya apa aja ya?

Jemarinya kontan membuka browser di ponselnya dan mencari resep rawon. Masih ada banyak macam bumbu rawon. Ada serai, daun jeruk, ketumbar sanggrai, cabe, jahe, kunyit, dan lada. Putri menahan air matanya ketika mengupas dan mengulek bawang merah. Demi suamiku biar tersenyum lagi, bukan sesuatu hal besar mengulek bawang merah, ujarnya menghibur diri.

Daging sudah lumayan empuk, hasil rebusan semalam. Setelah bumbu halus ditumis maka dituangkan ke panci rebusan daging dan kembali dijerang. Aneka dedaunan pundimasukkan. Putri kemudian menutup panci, mengecilkan nyala api, dan bergegas mandi. Sebentar lagi mas Fahmi pulang, aku mau tampil cantik malam ini.

Biasanya pukul 19.00 suaminya sudah membuka pagar rumah. Dan beberapa menit sebelumnya, Fahmi sudah memberi kabar akan kehadirannya. Tapi pesan kali ini berbeda.

Fahmi >> Putri, hari ini aku lembur. Nggak usah masak, dapat jatah makan.

Begitu membaca pesan tersebut, Putri kembali sewot.

Huuh. Tahu gitu nggak perlu masak tadi.Putri meluapkan keluh kesahnya dengan menulis di status whats app-nya.

‘Masak rawon suami lembur. Di situ kadang aku merasa sedih’.

Di tempat yang berbeda, setelah kereta yang ditumpanginya tiba di Stasiun Pasar Minggu, Fahmi mengeluarkan ponsel dari sakunya dan hendak memberitahu Putri sebentar lagi ia akan sampai di rumah. Ia membaca status istrinya dan tercenung. Ia tidak ingat sama sekali pertengkarannya semalam, yang ia bayangkan adalah raut wajah istrinya yang sedih di rumah karena gagal menyiapkan kejutan.

Rawon hanya dihidangkan Putri saat-saat istimewa dan saat libur. Putri juga biasanya memintanya membantu menghaluskan bawang merah karena ia mengaku tersiksa setiap kali mengupas dan mengulek bawang merah.

Putri pasti sedih aku lembur, ujar Fahmi dalam hati. Ketika keluar dari stasiun, ia menoleh kanan kiri untuk mencari makanan kesukaan Putri. Saat dilihatnya ada penjual jagung rebus, ia berhenti dan memesan dua buah jagung rebus. Makanan ini meskipun sederhana salah satu favorit Putri.

Dua jam kemudian Fahmi baru muncul di balik pintu. Paham melihat raut wajah istrinya yang masam, ia pun tersenyum dan berkata lembut, “Tolong siapkan rawonnya semangkok Sayang. Di kereta tadi AC-nya dingin banget, jadinya terasa lapar lagi,” kata Fahmi sambil mengangsurkan plastik berisi jagung rebus ke Putri.

Putri membuka bungkusan plastik dari Fahmi dan kembali memandang suaminya kali ini dengan senyum lebar. Ia pun bergegas menyiapkan semangkok rawon dan segelas air putih hangat.

Mereka pun bertukar makanan. Fahmi melahap dengan semangat masakan rawon istrinya yang sedap dan Putri sibuk meniup-niup uap dari jagung rebus seraya menggigitinya. Mereka bersantap dengan ceria dan telah lupa jika sebelumnya sempat bertengkar.

NB :

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Community

Untuk bergabung dengan komunitas Fiksiana Community, bisa join di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun