Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kiat Rigby Makin Berkibar di Era Musik Digital

1 April 2015   11:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:41 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406713" align="aligncenter" width="575" caption="Rigby membawakan Tuhan Jangan Lama-lama"][/caption]

Perkembangan teknologi internet dan seluler mempercepat pertumbuhan musik era digital. Era musik digital ini bak dua sisi mata uang, bisa menjadi peluang besar bagi seorang musisi untuk mengembangkan karier bermusiknya, namun di satu sisi juga mampu meruntuhkan semangat bermusik karena aksi pembajakan yang semakin sulit dihindari. Lantas bagaimana kiat Rigby dan manajemen Universal Music Indonesia, selaku label yang membawahinya, untuk eksis dan makin berkibar di dunia musik tanah air?

Ada berbagai nilai lebih yang ditawarkan era digital kepada para musisi. Peluang dan tantangan yang dirasakan Rigby dan Universal Music Indonesia diungkap dalam acara Kompasiana Ngulik: Meet The Labels bersama Rigby yang diadakan Jumat (27/3/2015) di Studio Room Kompasiana.

Pada acara yang dimoderatori Nadya Fatira ini diungkap seluk-beluk tentang era digital dan pengaruhnya terhadap industri musik, baik peluangnya, tantangannya, sekaligus kiat Universal Music Indonesia dan Rigby agar tetap eksis dan makin bersinar

Nilai Lebih dan Peluang Era Musik Digital

Era musik digital memberikan banyak peluang bagi musisi dan pihak label yang pandai mencari celah dan kreatif. Berikut kelebihan dan peluang bermusik di era digital:

Demo Single Lebih Praktis dan Hemat
Rigby, band asal Yogyakarta, baru-baru ini merilis single anyarnya, Tuhan Jangan Lama-lama, di bawah label Universal Music Indonesia. Bagi Rigby, era musik digital membantu awal mereka berkarier di dunia musik. Band yang digawangi oleh lima personel, Dika (vokal),Ryo (bas), Lian (keyboard), Andy (drum), dan Tedy (gitar) ini mengaku lebih mudah, praktis, dan hemat untuk mengenalkan karya mereka ke pihak label. “Kami tidak perlu ke studio besar dan mengeluarkan biaya mahal untuk membuat demo,” jelas Dika.

Jika musisi jaman dulu biasanya harus menyewa studio terlebih dahulu untuk rekaman dan memberikan demo lagu mereka dalam bentuk kaset atau compact disk (CD) ke pihak label, kini mereka cukup dengan menunjukkan link lagu mereka di youtube, myspace dan sebagainya. Pihak label juga merasa terbantu karena bisa segera melihat demo lagu secara onlinetanpa terkendala waktu dan lokasi.

Mudah dan Cepat Dikenal Masyarakat
Saat kompetisi Meet The Labels 2013, Dika bercerita dimana mereka diminta membuat video audisi untuk dinilai dewan juri dan perwakilan label. Video audisi tersebut mereka unggah ke youtube sehingga lagu mereka tak hanya diketahui oleh juri tapi juga oleh masyarakat luas.

Diakui oleh Iman Abdillah dari Universal Music Indonesia, saat ini banyak musisi yang lahir dari kanal youtube. Musik mereka dikenal oleh masyarakat luas dan mereka kemudian berkibar di kancah industri musik secara indie. Mereka bisa rekaman sendiri dan mendistribusikan single atau album mereka sendiri. Atau seperti cara Rigby, mereka membuat video di youtube sebagai bahan demo sekaligus audisi di ajang kompetisi Meet The Labels. Masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing, ujarnya. Kelebihan utama musisi di jalur indie adalah bebas bermusik tanpa mengindahkan selera pasar, sedangkan musisi di jalur label mayor diuntungkan oleh kanal distribusi label mayor yang sangat luas.

Menghilangkan Batas Antara Musisi Daerah,Nasional, dan Mancanegara
Oleh karena berasal dari daerah, Rigby merasa terbantu dengan adanya kanal musik seperti youtube saat mulai berkarier. Single mereka dapat dinikmati oleh pendengar dari berbagai kota di seluruh Indonesia.

Iman sependapat dengan nilai lebih dari era digital dimana batas antara musisi lokal, nasional, dan mancanegara semakin tipis. “Artis Indonesia juga sudah menancap di pasar mancanegara, seperti /Rif yang akan konser dengan Tommy Lee di Amerika,” jelasnya.

Membantu Promosi Lagu Secara Viral
Selain membantu dalam hal memberikan demo ke pihak label, era digital membantu mereka dalam mempromosikan single mereka. Rigby menggunakan media sosial seperti twitter dan facebook. Ketika di-posting di status dan wall, banyak rekan mereka yang penasaran dan kemudian membelinya. Rekan mereka kemudian membantu menyebarkan secara viral melalui media sosial. Media sosial ini selain menjadi kanal untuk mengenalkan musik mereka, juga dimanfaatkan Rigby dan Universal Music Indonesia untuk mendekatkan diri kepada fans.

Iman yang telah berkecimpung di industri musik bertahun-tahun meyakini keberadaan fans sangat menopang karir musisi di industri musik, Terutama fans diehard yang rajin mengoleksi single dan album dari musisi idolanya, rajin menonton konser dan mengikuti perkembangan bermusik idola mereka.

Potensi Pasar yang Masih Besar
Ryo, basis, memandang positif imbas era digital pada penjualan single mereka. Kami merasa terbantu karena banyak masyarakat yang telah menggunakan fasilitas dan perangkat digital, tuturnya.

Untuk pemasaran secara online, Rigby dan Universal Music Indonesia menggandeng berbagai toko musik online baik tingkat nasional maupun mancanegara. Untuk saat ini mereka bekerja sama dengan iTunes, Amazon, dan pihak Meet The Labels. Ke depannya mereka akan menggandeng lebih banyak toko musik online seperti LangitMusik, Melon, dan sebagainya.

Untuk mengantisipasi kesulitan pembelian single melalui toko musik online bagi mereka yang tidak memiliki kartu kredit, Universal Music Indonesia dan label lainnya tengah menjajaki kerja sama dengan operator seluler dan toko musik lokal untuk melakukan pembelian dengan pulsa dan voucher. Hal ini menurut Iman akan sangat membantu karena pemilik kartu kredit di Indonesia masih terbatas.

Selain berjualan musik lewat toko musik online, musik Rigby juga bisa dinikmati secara streaming melalui situs seperti Deezer dan Guvera. Dengan streaming, pendengar tidak perlu melakukan unduh lagu, cukup mendengar musik lewat speaker atau headphone seperti mendengar radio.

Ring back tone (RBT) juga masih mereka andalkan untuk distribusi. RBT ini masih memiliki prospek yang cerah dan laris di kalangan pendengar di daerah.

Selain melalui kanal online dan seluler, Rigby dan Universal Music Indo juga masih menggunakan cara konvensional untuk berpromosi dan memasarkan single. Yaitu, bekerja sama dengan 500 radio senusantara, toko musik fisik, stasiun televisi, media cetak, restoran cepat saji, dan dari mulut ke mulut.

Agar single itu tetap laris baik dari RBT, unduh dan streaming secara online ataupun dalam bentuk CD, maka Universal Music Indonesia menekankan pentingnya memperpanjang masa life time lagu kepada tiap musisi dengan memberikan nyawa pada musik mereka. Nyawa pada lagu tersebut bisa dari kekuatan lirik, penjiwaan, dan aransemen yang menarik.

Masyarakat Masih Tetap Memerlukan Musik Sebagai Hiburan
Meskipun industri musik cukup lesu dibandingkan masa kejayaan tahun 1990-2000, namun banyak artis pendatang baru bermunculan. Hal ini disebabkan konten musik tetap diperlukan, kata Iman. “Mau bagaimanapun masyarakat tetap mendengarkan musik, baik sedih maupun senang,” jelasnya. Musik telah menjadi hiburan di masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Oleh karena itu, Rigby memiliki pandangan positif tentang karier bermusik mereka.

[caption id="attachment_406720" align="aligncenter" width="207" caption="Iman Abdillah dari Universal Music Indonesia"]

14277699831557858126
14277699831557858126
[/caption]

Edukasi Masyarakat agar Menghindari Pembajakan

Pembajakan di dunia musik tidak bisa dihindari. Dari jaman bentuk musik fisik seperti kaset hingga dalam bentuk digital, pembajakan sulit diberantas dan malah semakin marak di era digital.

Pembajakan saat ini jauh lebih mudah dilakukan dengan adanya situs unduh musik secara ilegal, saling tukar file mp3, hingga maraknya penjualan CD dengan harga murah di lapak-lapak pinggir jalan. Hal ini juga dikeluhkan Iman. “Mau larang orang membajak itu susah. Makanya penjualan CD drop, harga CD Rp35 ribu di pinggir jalan bisa Rp5 ribu,” terangnya sambil tertawa getir.

Untuk itu, Rigby hanya bisa mengedukasi fans agar membeli karyanya lewat toko offsite maupun online. Saat ini pihak Meet The Labels masih memfasilitasi untuk mengunduh musik mereka secara cuma-cuma dengan jumlah yang terbatas dengan berkunjung langsung ke situs mereka. Bagi Rigby dan label, hal tersebut tidak masalah karena cara tersebut legal dan sebagai ajang untuk lebih mengenalkan musik mereka.

Banyak teman dan fans yang meminta unduh gratis, ujar Ryo. Kami memberikan unduh gratis yang legal di situs MeetTheLabels atau link komersil di  iTunes, lanjutnya.

Iman sendiri berkeyakinan dukungan pemerintah adalah solusi mujarab untuk pembajakan. Di luar negeri, pusat perbelanjaan, bioskop, dan restoran yang memutar lagu dikenakan royalti. “Di sini yang sedang kami dorong bekerja sama dengan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) adalah pengenaan royalti di tempat karaoke,” urai Iman. Saat ini beberapa restoran di Indonesia juga mulai menghubungi langsung ke pihak label ketika hendak memutar lagu di restoran mereka, tambahnya.

Selain mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah, Universal Music Indonesia dan Rigby belajar mengedukasi masyarakat tentang musik. Musik bukan sekedar lagu yang bisa didengarkan sesuai mood tanpa mempedulikan kualitas rekaman. Di dalam musik ada komposisi, kualitas rekaman, dan proses produksi yang cukup melelahkan. Iman bercerita jika Rigby merekam lagu Tuhan Jangan Lama-lama dari 10 pagi hingga pukul 1 dinihari. Take bisa diulang hingga 60 kali dan mereka melaluinya dengan susah payah bercampur sukacita.

Selain itu, ada perbedaan besar antara single bajakan dan versi asli. Kualitas tersebut terlihat dari kejernihan, mixing, mastering, dan komposisinya yang detail. Apalagi dalam bentuk CD, kualitas CD jauh lebih baik dari versi mp3, tambah Iman. Jika masyarakat sudah memahami perbedaan kualitas, ia yakin penjualan musik fisik dalam bentuk CD masih tetap dinikmati terutama bagi fans diehard.

Sekilas tentang Rigby

Band asal Yogyakarta ini dibentuk pada 14 Februari 2012. Band ini terdiri atas Akhsan Haspalian (Lian-keyboard), Andy Akbar (Andy-drum), Andika Yusuf (Dika-vokal), Kristian Satriyo Arwanto (Ryo-bas), dan Tedy (gitar). Band yang mengaku terpengaruh oleh gaya bermusik Beatles dan Eric Clapton ini menggunakan nama Rigby yang berarti penguasa dalam bahasa Inggris kuno. Maksud penguasa di sini, adalah masing-masing personel dapat menguasai egonya dan menciptakan musik yang harmonis.

Para personelnya saat ini masih berkuliah di tingkat akhir. Tentang single Tuhan Jangan Lama-lama, mereka berujar jika ini adalah pengalaman pribadi si gitaris, Tedy (berhalangan hadir di Kompasiana Ngulik) yang saat itu sedang jomblo dan berharap cepat menemukan kekasihnya dengan berdoa tiap malam ke Tuhan.

Bagi pihak Universal Music Indonesia, alasan mereka memilih Rigby di Ajang Meet The dikarenakan singlenya yang easy listening, bergaya anak muda, juga judul lagunya yang menarik. Saat ini lagu mereka telah mewarnai radio tanah air dan bisa ditemui di berbagai kanal musik. Jika ingin lebih mengenal Rigby bisa berkunjung ke laman facebook dan twitter  atau menghubungi via BBM di:

Twitter     : @Rigbyband
Facebook: https://id-id.facebook.com/pages/Rigby/395451343806779
BBM           : 532B4575
Label         : @universal_indo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun