[caption id="attachment_375384" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu Peringatan"][/caption]
Pulau Bangka bukan hanya memiliki panorama pantai yang cantik. Pulau ini juga menyimpan catatan sejarah nasional. Ada jejak para pendiri bangsa di sini ketika mereka diasingkan oleh pihak Belanda pada Agresi Militer II.
Informasi dari warga setempat ini kontan menarik perhatian saya. Saya belum pernah mendengar atau mungkin lupaakan cerita Bung Karno pernah diasingkan di pulau timah. Maka meluncurlah kami menuju rumah pengasingan para bapak bangsa ini.
Rumah pengasingan ini berada di luar kota Pangkal Pinang, tepatnya di Muntok, Bangka Barat. Kompleks bangunan ini dikenal dengan nama Pesanggrahan Muntok tapi ada juga yang menyebutnya Wisma Ranggam, sesuai dengan nama yang diberikan PT Timah. Ada halaman yang luas dengan ditandai oleh tugu peringatan. Di depannya nampak kompleks bangunan rumah yang berbentuk U dan masih terawat rapi.
[caption id="attachment_375349" align="aligncenter" width="400" caption="Pesanggrahan Muntok"]
Pesanggrahan ini memiliki beberapa kamar dimana tiap tokoh yang diasingkan menghuni satu kamar. Ada foto di atas pintu menandakan penghuni kamar masa itu. Selain kamar tidur, ada juga ruang tamu di bagian paling depan, ruang duduk untuk berkumpul, dan bagian teras samping.
Saya pun memasuki satu-persatu ruangan yang berubin cokelat itu. Masih ada kursi dan meja sederhana. Dinding dihiasi foto bung karno yang dipigura dan jam dinding. Dan ada beberapa papan yang menjadi tempat untuk menyimpan catatan sejarah.
[caption id="attachment_375352" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan Pesanggrahan Muntok"]
Ketika saya perhatikan baik-baik papan nama penghuni kamar, rupanya bukan hanya Bung Karno yang diasingkan di sini. Ada beberapa tokoh nasional, mulai dari Ali Sastroamidjojo, KH. Agus Salim, dan Mohammad Roem. Para tokoh nasional ini tidak sampai setahun diasingkan di sini, yaitu berkisar tahun 1948-1949. Masa pengasingan ini digunakan mereka untuk menyiapkan materi perundingan yang kemudian menghasilkan perjanjian Roem-Royen pada 7 Mei 1949.
[caption id="attachment_375355" align="aligncenter" width="250" caption="Foto Bung Karno di Papan Dokumentasi"]
Gedung ini dibangun Belanda sejak tahun 1827. Sudah beberapa kali bangunan ini digunakan sebagai tempat pengasingan karena lokasinya yang terpencil. Sebelum Bung Karno, ada pangeran asal Solo, Hario Pakuningprang yang pernah diasingkan di sini. Setelah digunakan untuk pengasingan tokoh nasional, gedung ini digunakan sebagai asrama pegawai PT Timah dan kemudian dibiarkan terbengkalai hingga tahun 2001.
[caption id="attachment_375358" align="aligncenter" width="261" caption="Kamar Bung Karno di Pesanggrahan"]
Ketika hendak memasuki kamar yang pernah digunakan bapak pendiri bangsa, Bung Karno, saya melepas alas kaki. Di dalamnya ada beberapa barang seperti senjata api kuno yang tertutup debu. Konon ada beberapa pengalaman mistik yang dialami pengunjung yang menginap di sini. Mungkin juga sih, pikir saya, ruangan ini pernah terbengkalai bertahun-tahun. Kunjungan saya pun berakhir di bagian teras samping yang memiliki beberapa kursi dan papan dokumentasi yang menjelaskan denah gedung.
Setelah Pesanggrahan Muntok, tuntas sudah pengalaman berwisata ke Bangka Barat. Ada beragam pengalaman menarik di sana, bukan hanya pantai yang indah, ada juga mercusuar, dan jejak pendaratan sekutu dan Jepang. Wonderful Indonesia bukan hanya panorama menawan tapi juga catatan sejarahnya yang juga menjadi bagian dari sejarah dunia.
Ketika memandang kembali foto meja dan kursi yang masih terawat di Pesanggrahan Muntok, saya membayangkan bagaimana para bapak bangsa tersebut duduk berjam-jam sibuk menyiapkan strategi untuk perundingan Roem-Royen. Saya jadi teringat dengan lontaran Mohammad Roem yang terkenal, van Bangka begint de Victorie, dari Bangka kemenangan itu berawal.
[caption id="attachment_375374" align="aligncenter" width="300" caption="Meja Kursi Pesanggrahan"]