Mohon tunggu...
Dewi Arisnawati
Dewi Arisnawati Mohon Tunggu... Guru - Sedang belajar menulis, walaupun kadang absurd.

Ibu, Guru yang walaupun suaranya fals, tapi tetep pede nyanyi, pecinta kopi, introvert.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menilik Rumah Masa Kecilku

26 Desember 2022   15:03 Diperbarui: 26 Desember 2022   15:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini kami bergegas menuju stasiun Bekasi, kota dimana aku tinggal sekarang. Di perjalanan ternyata  macet panjang, dan terpaksa sebelum sampai stasiun, kami harus jalan karena kendaraan kami sama sekali tidak bergerak. Kami turun dan mengemasi barang bawaan kami, lalu aku berpamitan pada bapak dan ibu mertuaku. Mereka yang mengantarkan kami ke stasiun ini. Sesampai di stasiun kami segera melakukan boarding pass, dan berjalan meuju peron 6. 

Kereta kami pun datang, banyak penumpang yang menaiki kereta tersebut, dan sebagian besar menuju arah Jawa Tengah. Ya kami merasakan sekali nikmatnya mudik di masa liburan ini, hidup di rantau membawa warna baru dalam hidup ku, yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya. Harus mencari penghidupan di tempat asing, tanpa sanak saudara, hanya bermodal nekad dan keberanian untuk mengubah hidup.

Aku menggendong balitaku yang hampir berusia 3 tahun. Sementara suamiku membawa barang bawaan kami yang cukup banyak. Kami bergegas mencari tempat duduk yang telah tertuliskan pada tiket. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menemukan tempat duduk tersebut.

Kami menata barang bawaan , agar dapat duduk dengan nyaman. Ku turunkan gari gendongan, putri kecilku yang sangat senang dalam perjalanan menggunakan moda kereta api. Stasiun demi stasiun kami lewati, menit berganti jam, tanpa terasa perjalanan kami hampir sampai di stasiun kota ku, enam jam dalam perjalanan, cukup melelahkan namun kami sangat antusias karena sudah 3 bulan kami tidak mengunjungi kota kelahiranku ini.

Kereta berhenti di stasiun Kebumen, kota kecil di sepanjang pantai selatan pulau Jawa. Sesampainya di staisun, adik sepupuku telah menunggu di kendaraannya, kami bergegas menuju rumah masa kecilku.

Sesampainya di rumah, aku disambut oleh ibuku, kami salim dan saling memeluk. Ada rasa haru, sedih, bahagia, yang tak dapat terlukiskan. Bayangan 7 tahun berlalu, saat pertama kali aku harus pergi dari kota ini,demi merajut cita-citaku. Alhamdulillah ibu masih sehat, walaupun rambutnya sudah tidak hitam lagi, sudah nampak keriput pada kulitnya, dan lutut yang sudah tak kokoh lagi seperti dulu. 

Aku niatkan kepulanganku ini, untuk merajut waktu berkualitas dengan ibu. Bercengkerama dengannya, dan mengenang kembali masa perjuangan dahulu, bagaimana ibu bersusah payah menyekolahkanku. Harus bekerja apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup dan sekolahku. 

Hari demi hari aku lalui di kota kelahiranku ini, banyak sekali hal yang berubah di sini, warung yang dahulu tempat jajan semasa kecilku dengan membawa uang Rp. 100,00 kini sudah berubah menjadi minimarket yang luas 24 jam nonstop. Pekarangan yang dulu lapang dengan tanah padat berwana coklat, kini sudah ditanami berbagai pohon, dan penuh dengan rerumputan, aku tunjukkan pada putri kecilku "Nak, di sini dulu mamah main kasti, banyak teman-teman mamah, kami main sepulang sekolah sampai sore" . Seolah bayangan itu muncull kembali, Melihat diriku di masa lalu, sangat bergembira bermain kasti bersama teman-teman sampai lupa makan siang.  Kemudian aku menuntun anakku, aku menyentuh putri malu yang kemudian menguncupkan daunnya, anakku sangat gembira melihat hal itu, kemudian dia menirukannya. Ku ambilkan hewan kecil yang ada pada rumput semak belukar, aku menyebutnya "Bapak Pucung" hewan berwarna oranye kombinasi hitam, sejenis serangga namun tidak berbahaya. dan sampai sekarang aku masih penasaran, apa makanan si "bapak pucung" tadi.

Setelah puas berkeliling aku ajak anaku pulang.

Berjuta kenangan di kampung halamanku ini, dan rumah masa kecilku ini akan selalu punya tempat tersendiri dalam hidupku, walaupun tak mewah namun cerita perjuangan dan kekuatan hidup ada di dalamnya.

Nak, semoga kamu bisa punyai masa kecil yang indah ya, semenyenangkan masa kecil  mamah dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun