Bagaimana menjalin kerjasama yang baik antara guru dan orangtua di sekolah inklusi?Â
Poin penting kerjasama adalah guru harus berhati - hati bahwa guru adalah sahabat di sekolah, tetapi tetap harus menghormati bahwa orang tua adalah sahabat utama di rumah. Menurut Santrock, JW.
 "orang tua dan sekolah harus bekerja sama. Kedua pihak harus melakukan kontak rutin untukmembahas kemajuan anak."Â
Kesamaan persepsi inklusi dengan orang tua siswa Ketika orang tuamemasukkan anaknya ke sekolah inklusi, sekolah harus pada saat yang sama mencapai kesepakatan tentangvisi dan misi lembaga. Di awal pendaftaran, orang tua dapat menandatangani kesepakatan tentang visi dan misi lembaga, salah satunya adalah mengedepankan nilai kebhinekaan.
1. Menyamakan Persepsi Inklusi dengan Orangtua Siswa
Ketika orangtua mendaftarkan anaknya untuk sekolah di sekolah inklusi, pada saat yang sama pihak sekolah perlu menjalin kesepakatan berkaitan dengan visi misi lembaga. Di awal pendaftaran, orangtua bisa menandatangani lembar kesepakatan tentang visi misi lembaga yang salah satunya adalah mengusung nilai keberagaman. Untuk itu kedepannya,kesepakatan ini dijadikan pegangan dan dasar dalam menjalin kerjasama dengan orangtua.
2. Menjalin Kerjasama antara Guru dan orangtua siswa
Dalam menjalin kerjasama anatara guru dan orangtua siswa, Â tentunya harus ada komunikasi yang terjalin secara terstruktur. Â Dimulai mengkomunikasikan pembelajaran ketika orangtua mengantar/ menjemput anak di sekolah. Â Mengkonsultasikan permasalahan kepada orang tua agar terjadi kesepakatan bersama.Â
Mengapa "Pentingnya Praktik Kolaborasi guru dan Siswa di Sekokah inklusi"
Poinpenting kerjasama adalah guru harus berhati - hati bahwa guru adalah sahabat di sekolah, tetapi tetap harus menghormati bahwa orang tua adalah sahabat utama di rumah. Menurut Santrock, JW.
 "orang tua dan sekolah harus bekerja sama. Kedua pihak harus melakukan kontak rutin untukmembahas kemajuan anak." Kesamaan persepsi inklusi dengan orang tua siswa Ketika orang tua memasukkan anaknya ke sekolah inklusi, sekolah harus pada saat yang sama mencapai kesepakatan tentangvisi dan misi lembaga. Di awal pendaftaran, orang tua dapatmenan datangani kesepakatan tentang visi dan misi lembaga, salah satunya adalah mengedepankan nilai kebhinekaan.
1. Menyamakan Persepsi Inklusi dengan Orangtua Siswa
Ketika orangtua mendaftarkan anaknya untuk sekolah di sekolah inklusi, pada saat yang sama pihak sekolah perlu menjalin kesepakatan berkaitan dengan visi misi lembaga. Di awal pendaftaran, orangtua bisa menandatangani lembar kesepakatan tentang visi misi lembaga yang salah satunya adalah mengusung nilai keberagaman. Untuk itu kedepannya,kesepakatan ini dijadikan pegangan dan dasar dalam menjalin kerjasama dengan orangtua.
Proses komunikasi dengan orangtua dijalin tidak saja melewati parents meeting, parenting, namun juga dari pertemuan harian pada saat mengantar maupun menjemput anak di sekolah.
2. Menjalin Komunikasi yang baik antar orangtua dan guruÂ
 Mengapa orangtua dalam pendampingan anak ABK di sekolah inklusi sangat penting?Â
 Dalam perkembangannya terdapat lima sistem yang sangat berpengaruh,  diantaranya :
a) Mikrosistem adalah lingkungan di mana anak tinggal seperti orang tua,
keluarga, teman sebaya, guru, dan sekolah.
b) Mesosistem mencakup hubungan antara mikrosistem seperti orang tua dan guru berinteraksi dalam sistem sekolah, keluarga dengan teman sebaya, dan sekolah dengan tempat ibadah.
c) Ekosistem, yaitu kondisi yang mempengaruhi perkembangan namun anak tidak
terlibat secara langsung. Contohnya pengalaman kerja ibu dapat mempengaruhi
hubungan dengan anaknya, sehingga mengubah pola interaksi dan komunikasi.
d) Makrosistem mencakup budaya di mana seseorang tinggal seperti adat berperilaku di
Indonesia berbeda dengan di negara barat.
e) Kronosistem mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosiokultural.
(Brofenner)Â
Beranjak dari lima sistem lingkungan di atas dapat dipahami bahwa sesungguhnya perkembangan anak akan dipengaruhi oleh serangkaian interaksi di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, sekolah dengan orang tua, sekolah dengan masyarakat, dan masyarakat dengan orang tua.
"Proses komunikasi dengan orangtua dijalin tidak saja melewati parents meeting, parenting, namun juga dari komunikasi harian pada saat mengantar maupun menjemput anak di sekolah."
  Dalam sekolah Inklusi terdapat penangan yang khusus dalam beberapa aspek pembelajaran.  Guru kelas dan guru pendamping harus mengerahkan kemampuan dan tenaga yang keras demi tercapainya tujuan pembelajaran.  Tidak hanya aspek pembelajaran saja,  namun jalinan kerjasama anata guru dan wali murid sangat diperlukan. Tidak hanya terhadap wali murid ABK.Â
Kenapa Demikian?  Beberapa siswa non ABK juga memerlukan pemahaman dan pengertian dari pihak sekolah dan orang tua  dalam menyikapi perbedaan yang mereka temui ketika bermain dan belajar dengan siswa ABK.  Hal- hal kecil seperti penyebutan kata Idiot atau bodoh.  Kata tersebut harus dijauhkan dalam pendengaran dan pikiran anak.  Karena hal tersebut berdampak penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak ABK.  Mereka akan merasa takut dan tidak berguna di lingkungan belajar mereka apabila lingkungan belajar mereka malah mengucilkan dan mencemooh mereka. Harus ada edukasi di lingkungan masyarakat terutama wali murid terkait hak dalam memperoleh pendidikan yang sama baik siswa ABK maupun Non ABK. Â
"Tidak ada manusia yang ingin dilahirkan dengan keadaan yang kurang baik fisik maupun non fisik, Â namun disini tuhan mencoba menunjukan keajaiban lain dengan adanya mereka"
Tujuan pembelajaran Inklusi dapat tercapai apabila kerjasama dari berabagai pihak dapat terjalin dengan baik. Â Pendampingan orang tua di terhadap murid selama di rumah, sangat penting bagi kelangsungan perkembangan anak.Â
REFRENSI
Nazarudin, 2018. Pola Kerja sama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang.Â
Jurnal Intizar Vol. 24, No. 2,
http://jurnal.radenfatah.ac.id
Santrock, J. W. (2007). Child Development. (M. Rachmawati & A. Kuswanti, Penerj.).
Jakarta: Erlangga
Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm. 35.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H