Mohon tunggu...
Dewi Shinta
Dewi Shinta Mohon Tunggu... Lainnya - Belum bekerja

Seorang remaja yang uda lulus sma dan suka baca au, nonton drakor

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suratin, S.Pd

14 Desember 2022   10:01 Diperbarui: 14 Desember 2022   10:13 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Suratin adalah seorang guru Taman Kanak Kanak yang mengajar sejak ia duduk dibangku sma hingga saat ini. Ia lahir di Surabaya tepatnya pada tanggal 30 Maret 1968 dari pasangan maria dan subakri. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Saudaranya perempuan dengan mana sulastri.

Ia tinggal dengan nenek dan kakenya di Kemayoran Surabaya. Orang tuanya bercerai saat ia masih sangat belia. Kasih sayang orang tua tidak ia dapatkan sejak dini hingga sekarang.

Nenek dan kakenya juga tidak memberikannya uang saku. Sehingga untuk itu, ia bekerja membantu orang cina membuat minuman anak anak, seperti es lilin. Ia juga berjualan coklat yang ia ambil dari sisa produksi coklat yang gagal dipabrik. Di rumah, ia berjualan martabak mie rumahan. Itu semua ia lakukan agar bisa memberikan uang jajan untuk adiknya yang masih kecil.

Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Kebon Rojo Surabaya, sekolah SD yang sekarang telah berganti nama menjadi SDN Kemayoran Surabaya. Kemudian ia lanjutkan ke jenjang smp di SMPN 14 Surabaya dengan melalui tes sebelum diterima di sekolah tersebut. Saat menginjak bangku menengah tengah atau SMP, ia mulai pergi dari kebayoran dan pindah ke kandangan untuk pergi kerumah ibu ayahnya atau ia menyebutnya "mbok sumi".

Disini mereka hanya hidup berdua. Mbok sumi bekerja berjualan es didepan rumah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan rumah yang seadanya, ia dan neneknya tinggal hingg sekarang.

Lulus SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) di Surabaya. Namun tidak punya uang untuk membayar baju dan buku senilai 50.000 rupiah, ia buang mimpinya jauh jauh untuk menjadi perawat. Ia memilih untuk menjadi guru di suatu taman kanak kanak di desa kandangan tanpa diberi gaji atau upah. Semua itu ia jalani hingga 5 tahun. Pada tahun ke 6, ia mulai diberi gaji. Ia lalu mulai menabung dan mulai hidup lebih baik dari pada sebelumnya.

Saat umurnya masih 16 tahun, ibunya menikahkannya dengan orang kaya dari desa sebelah. Namun pernikahan itu tidak berjalan lama dan mereka bercerai. Setelah bercera dengan sang mantan suami, ia melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi Tritunggal Surabaya dengan biaya dari mengajar di taman kanak kanak. Pagi hari ia mengajar dan sor hingga malam ia akan kuliah.

Suratin menjanda selama 6 tahun hingga bertemu sang pujaan hati dan mereka menikah hingga mempunyai 2 anak laki laki dan 1 anak perempuan. Kuliahnya tidak tuntas dan harus putus ditengah jalan karena biaya yang seharusnya untuk biaya kuliah harus direlakan untuk biaya kebutuhan hidup keluarga. Ia tidak pantang menyerah dan terus menjadi guru. Suaminya bekerja sebagai tukang las di salah satu bengkel di desa kandangan. Dengan hidup hemat dan menabung, Suratin bisa kembali kuliah serta membiayai kebutuhan hidup keluarga.

Ia lulus pada tahun 2012 dengan gelar Sarjana Pendidikan S1 saat anak anaknya telah menginjak umur remaja. Saat lulus, ia dan suami mendapatkan musibah. Tiba tiba usaha yang dibangun suaminya dirusak olah orang tidak dikenal. Alhasil alat-alat yang sudah ada kini menjadi rusak dan tidak biaa digunakan lagi. Bisnis tersebut akhirnya berhenti sejenak.

Suaminya bekerja ikut dengan salah satu juragan mikrolet dan menjadi tukang las mobil disana. Itu semua dijalani dengan ikhlas sambil menabung untuk membeli alat-alat yang digunakan untuk membuka usahanya lagi.

Suratin adalah sosok yang pandai menabung dan hemat, ia bisa mengelolah uang untuk menabung biaya removasi rumah, biaya serta uang saku sekolah anak, dan juga kebutuhan sehari-hari. Itu karena ia sadar bahwa penghasilannya dan sang suami tidaklah banyak, sehingga ia tidak berfoya-foya dalam menggunakan uang.

Dengan berjalannya waktu, ia masih setia mendedikasikan ilmu, waktu, dan tenaganya untuk mengajar anak-anak di Taman Kanak-kanak. Ia biasanya dipanggil dengan sebutan "Bu Ten" sudah 37 tahun saat ini ia menjadi pendidik di Taman Kanak-Kanak sejak remaja hingga sekarang saat memiliki 4 cucu perempuan. Saat ini hidupnya sudah lebih dari bahagia dan dapat memenuhi kebutuhan lebih dari cukup. Mempunyai rumah, kendaraan, tabungan, dan juga masih mendapat gaji dari pekerjaanya. Kedua anak laki-lakinya sudah menikah dan tanggungan pendidikan anaknya hanya 1 orang.

Saat ini ia selalu mencoba makan, membeli barang, hingga liburan dimana dulu ia tidak dapat membeli, mencoba, dan pergi ke tempat tersebut karena tidak memiiki uang yang cukup. Setiap hari ia bilang kepada anaknya untuk selalu menabung agar dapat dinikmati saat masa tua. Masa muda jangan dihancurkan dengan foya-foya namun tidak ada modal sehingga mencoba meminjam uang dan akhirnya terlilit hutang, karena hutang sangatlah membuat kecanduan dan melunasinya akan seperti tutup lubang dan galih lubang. Suratin sendiri tidak pernah berhutang ataupun sekedar meminjam uang ditemannya dari remaja hingga sekarang diumur 54 Tahun. Kini hidupnya tinggal menikmati gaji dari pekerjaan tanpa ada hutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun