Kau pernah di sini. Duduk bersamaku menyusuri kata. Kau nyanyikan harap dalam untaian petuah. Kujadikan lentera penerang jalanku.Â
Tawa bergema di setiap sudut hati. Iringi hadirmu yang bagai cahaya hari. Unjuk tauladan dalam setiap langkah. Bebaskan jiwa dalam setiap santun perilaku.Â
Berjuta angan belum sempat tergenggam. Namun, langkahmu harus usai. Berat hati melepasmu dalam perjalanan yang berikutnya abadi. Aku menggenggam kenangan akan sosokmu hingga hari ini. Dalam kasih yang tetap akan utuh hingga nanti. Melangitkan doa  pada pemilik jiwa. Memohon ampunan dan kasih sayang-Nya bagimu.Â
Anak kecil yang dulu kau gendong di pundak, kini telah dewasa, Ayah. Telah pula berputra. Mengikat hati pada janji, meneruskan juang hingga teraih mimpi. Mimpimu, Ayah.Â
Kekasihmu masih disini. Bidadari yang lembut membuai hatiku dalam setiap tarikan napas. Kujaga Ibu untukmu, Ayah. Hingga pertemuan di surga nanti.Â
Tenggarong, 22 Agustus, 2018
De Maharani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H