Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memasuki Mesin Waktu Era Kolonial Belanda di Hotel Niagara (bagian 1)

20 Mei 2024   11:26 Diperbarui: 20 Mei 2024   16:19 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan Hotel Niagara (dokpri)

*tulisan ini telah dimuat di telusur.id  pada Bulan Maret 2024

Saya masih ingat betul. Beberapa tahun lalu saat Jalan Tol Karanglo dan Tol Lawang belum ada, setiap kali saya menaiki bus hendak pulang ke kampung halaman atau balik ke Malang, perhatian saya pasti akan tertuju ke sebuah bangunan bertingkat sewaktu melewati Kecamatan Lawang di Kabupaten Malang.

Ketika itu saya hanya tahu bahwa bangunan bertingkat tersebut bernama Hotel Niagara.  Hotel ini merupakan bangunan tua yang sudah ada sejak era kolonial Belanda. Apakah saya penasaran? Tentu saja. Sayangnya, bertahun-tahun saya hanya mampu menyimpan perasaan itu sembari membayangkan bagaimana isi Hotel Niagara.

Baca juga : Zine Amor 25, Memahami Rumah Tua Kolonial

Begitu Indonesia Colonial Heritage (ICH), sebuah komunitas pencinta bangunan era kolonial mengadakan acara menginap di hotel tersebut, saya pun tak ingin melewatkannya.

Berawal dari Villa Liem Sian Joe

 (dokpri)
 (dokpri)

Perasaan saya campur aduk begitu motor yang saya kendarai memasuki halaman Hotel Niagara. Seorang pekerja hotel mengarahkan saya untuk memarkir kendaraan di teras rumah tua bergaya kolonial yang berada tepat di samping hotel.

Ibarat orang yang sudah lama tak bertemu dengan pujaan hati, mungkin itulah yang bisa mewakili hati saya ketika itu.  Dengan hati berdebar, saya memasuki lobi hotel.  Tulisan Niagara  dari kayu tergantung di dinding dekat meja resepsionis. Suasana jadul menjadi hal pertama yang saya rasakan begitu tiba.

Baca juga :Berkunjung ke Kuburan Sukun Kota Malang

Seorang perempuan berjilbab di bagian resepsionis melempar senyum ketika saya menghampirinya. Saya memberitahunya bahwa saya peserta tur ICH. Ia kemudian mempersilakan saya untuk duduk. Beberapa peserta telah tiba terlebih dahulu termasuk seorang pria yang duduk di samping saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun