"Tell  Miss Venable I hope her neck is okay." (Aaron Stampler)
Saya lupa, kapan saya menonton film ini tapi sepertinya sudah lama tepatnya setelah saya menyaksikan Fight Club. Di Fight Club inilah, saya kesengsem dengan akting Edward Norton hingga memutuskan untuk melihat beberapa filmnya yang lain seperti The Italian Job, Painted Veil, Gran Budapest Hotel, dan Primal Fear. Dari deretan film tersebut, saya paling terkesan dengan akting Edward Norton di Primal Fear meski di film-film lain permainannya juga sangat baik. Menurut saya, film ini juga termasuk kategori  plot twist thriller movies yang memorable.
Oke, kembali ke Primal Fear. Film yang tayang tahun 1996 ini dibuat berdasarkan novel William Diehl's tentang seorang pengacara ambisius bernama Martin Vail (Richard Gere). Â Sebagai pengacara yang menyukai publisitas, ia memutuskan untuk menjadi pembela seorang remaja yang menjadi anak altar berusia 19 tahun , Aaron Stampler (Edward Norton), yang dituduh membunuh Uskup Agung Rushman. Â Pertemuannya dengan Aaron di penjara membuat Martin makin yakin jika kliennya memang tida bersalah.
Baca juga : Resensi Film Horor The OmenÂ
Layaknya film bergenre hukum, Martin pun berusaha menyelidiki kasus ini termasuk keterlibatan Uskup Agung Rushman dalam suatu kasus. Namun, saat pergi ke apartemen sang uskup, Martin  justru menemukan sebuah rekaman tentang Uskup Agung Rushman yang melakukakan perbuatan senonoh terhadap Aaron beserta dua temannya yang lain. Martin pun menjadi dilema antara mengungkapkan kasus pelecehan yang dilakukan Rushman atau tidak mengungkapkannya karena hal ini justru bisa menjadi alasan utama mengapa Aaron membunuh sang uskup agung dan memberatkannya.
Martin memutuskan untuk mengkonfrontasikan hal ini kepada Aaron di penjara. Hal tak terduga terjadi! Muncul sosok Roy dari dalam diri Aaron. Karakter Roy ini berbeda 180 derajat dengan Aaron yang cenderung pemalu dan pendiam. Roy bahkan sempat menyerang Martin. Tentu saja, kejadian tersebut membuat Vail terkejut. Mengetahui jika kliennya memiliki kepribadian ganda, ia pun percaya hal ini tentu akan menguntungkan bagi Aaron.
Di pengadilan, Martin harus berhadapan dengan jaksa sekaligus mantan kekasihnya Janet Venable (Laura Linney). Janet yang terus mencecar Aaron membuat remaja itu tertekan hingga memunculkan sosok Roy. Tanpa diduga, Roy menyerang  Janet sampai petugas keamanan berhasil memisahkan Roy dari Janet. Melihat kejadian itu, hakim pun memutuskan jika Aaron tidak bersalah  dan mengirimnya ke rumah sakit jiwa.
Baca juga : Sinopsis Film 'One Day'
Demikian garis besar cerita Primal Fear, yang jelas saya tidak akan memberitahu bagaimana ending film ini. Namun, sungguh, seusai mengetahui endingnya, saya mengumpat dalam hati. Film yang oleh Rotten Tomatoes diberi rating 76% ini membuat saya menyakini jika memang bukan Richard Gere yang menjadi bintang dari film ini walau perannya di sini tetap meninggalkan kesan berkharisma sebagaimana saat ia bermain di Pretty Woman Lupakan juga Frances McDormand sebagai neuropsikolog yang memeriksa Aaron  meski di tahun yan sama ia meraih Oscar (Fargo) atau juga Laura Linney. Bintang dari Primal Fear tak lain bukan adalah Edward Norton. Berperan sebagai Aaron Stampler remaja serta Roy, aktingnya di film ini sangat memukau.  Norton berhasil menunjukkan sosok Aaron yang tak berdosa  melalui wajah dan geriknya. Sementara sebagai Roy, Norton berhasil menunjukkan sosok agresif tanpa ampun.
Selain itu, melihat poster Primal Fear, mengingatkan saya terhadap Roman Holiday (1953). Bagaimana tidak, kesamaan kedua film ini adalah pencantuman tunggal nama pemainnya. Jika di Primal Fear, Richard Gere menjadi jualan utamanya maka di Roman Holiday, nama Gregory Peck-lah yang menjadi unggulan. Padahal, justru masing-masing pemain pendukung dari dua film tersebut yakni Edward Norton dan Audrey Hepburn yang membetot perhatian. Audrey Hepburn bahkan meraih Oscar sebagai aktris terbaik di film perdananya itu. Oh iya, ngomong-ngomong, saya hampir lupa mengatakan jika Primal Fear ini adalah debut Edward Norton di Hollywood.
Sayangnya, film perdana Edward Norton ini belum mampu membawanya meraih Oscar untuk kategori aktor pembantu terbaik. Meskipun ia sukses menyabet Golden Globe untuk kategori yang sama. Entah, apa yang membuat juri Oscar lebih suka memberikan piala tersebut kepada  Cuba Gooding Jr (Jerry Maguire). Padahal beberapa komentar yang saya baca di youtube, penampilan suami Shauna Robertson di film ini seharusnya diganjar Oscar selain di American X History. Sampai saat ini bahkan saya berandai-andai, jika saja Norton nyemplung di dunia akting lebih dini (saat debut filmnya ini, ia berusia 27 tahun) bisa jadi ia kesempatannya untuk meraih Oscar sudah dari dulu.
Baca juga : Resensi Film Jennifer Lawrence 'No Hard Feelings'
Saya merekomendasikan film ini bagi pencinta film dunia  hukum. Di era 1990-an, beberapa film yang yang diadaptasi dari novel bergenre hukum memang cukup banyak dirilis di dekade itu seperti The Juror, Pelican Brief, A Time To Kill, The Firm, a Few a Good  Man, dan The Client. Tidak semua film-film itu saya tonton. Seingat saya selain Primal Fear, saya menonton A Time To Kill, The Firm, dan a Few a Good Man. Menurut saya, film-film yang bersetting persidangan memang bagus-bagus. Namun, jika anda menginginkan efek kejut di akhir film, saya menyarankan untuk nonton Primal Fear.
Judul film       : Primal Fear
Sutradara       : Gregory Hoblit
Penulis skenario : Steve Shagan, Ann Biderman
Pemain         : Richard Gere (Martin Vail), Edward Norton (Aaron Stampler/Roy), Laura Linney (Janet Venable), Frances Mcdormand (Dr. Moly Arrington)
Durasi          : 130 menit
Rilis             : 3 April 1996
Perusahaan     : Rysher Entertainment
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H