Sebenarnya saya sudah tahu One Day ini lama sekali. Tepatnya ketika film ini edar di bioskop. Saya pyn sudah membaca sinopsisnya kala itu. Namun, entah mengapa, saya sama sekali enggak tertarik untuk menontonnya. Padahal genre romance menjadi salah satu yang saya sukai.
Hingga April 2024 pun, saya belum tersentuh untuk menonton film ini. Padahal ada nama Anne Hathaway sebagai bintang utamanya. Siapa sih yang enggak kenal Mbak Anne? Masa remaja saya pun ditemani salah satu film fenomenalnya, Princess Diaries. Beranjak menuju dewasa, The Devil Wears Prada juga menjadi film yang saya sukai.
Belum lagi ada nama Jim Sturgess yang menjadi lawan main Anne Hathaway. Saya mulai suka sama Mas Jim ini sewaktu nonton film survival, The Way Back. Gara-gara film inipula saya jadi suka sama Jim Sturgess. Namun, sekali lagi dua nama tersebut nyatanya belum mampu menggerakkan hati saya untuk menyaksikan One Day.
Maka, pada suatu hari saat saya bermain X, tanpa sengaja muncul postingan tentang seri One Day yang tayang di Netflix. Saya pun mengernyitkan dahi. Eh, ini dibikin series, ya? Begitulah saya membatin. Saya lalu membaca komentar beberapa netizen di postingan tersebut. Rata-rata bernada positif seingat saya.
Karena penasaran, akhirnya muncul ketertarikan untuk menonton One Day. Filmnya ya bukan series-nya. Jadi, di awal Mei ini, saya pun memutuskan untuk menyaksikannya.
Keterangan Film
Judul                   : One Day
Sutradara               :  Lone Scherfig
Penulis skenario        : David Nicholls
Pemain                 : Anne Hathaway (Emma Morley), Jim Sturgess (Dexter Mayhew), Rafe Spall (Ian), Romola Garai (Sylvie)
Perusahaan pembuat   : Random House Films, Film4 Productions, Color Force
Rilis                     : Agustus 2011
Sinopsis One Day
Dexter Mayhew bertemu dengan Emma Morley setelah kelulusan kuliah mereka pada 15 Juli 1988. Keduanya lantas menghabiskan malam bersama. Namun, berbeda dengan orang kebanyakan, Dexter dan Emma tidak dengan bercinta. Mereka berdua memutuskan menjalani persahabatan saja alias hubungan platonic selama 20 tahun.
Seiring waktu, Dexter dan Emma selalu bertemu setiap 15 Juli ketika tahun telah berganti. Dexter yang mulai sukses dengan kariernya bertemu dengan Emma yang bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran. Setahun berikutnya, mereka kemudian berlibur ke Prancis.
Karier Dexter sebagai presentera acara makin menanjak. Sementara itu, Emma menjalin hubungan dengan rekan kerjanya di restoran bernama Ian. Meskipun sebenarnya tidak ada chemistry, tetapi Emma tetap melakukannya.
Ibu Dexter yang sedang menderita kanker tak terkesan dengan kehidupan anaknya ketika mereka bertemu. Ia menyayangkan Dextyer belum bisa menjadi lebih baik. Hal ini juga membuat ayah Dexter marah.
Dexter dan Emma kembali bertemu. Namun, pertemuan mereka menjadi kacau. Dexter yang sedang di bawah pengaruh kokain, mencoba menggoda perempuan lain serta menghina Emma. Emma yang marah lalu meninggalkan Dexter.
Waktu terus bergulir. Emma telah berpisah dengan Ian. Sementara Dexter menjalin hubungan dengan Sylvie. Keduanya menghadiri pernikahan teman mereka. Dalam kesempatan tersebut, Emma memberitahu Dexter bahwa ia akan menerbitkan buku sedangkan Dexter juga memberitahu kepada Emma, ia akan menikahi Sylvie.
Sayangnya, pernikahan Dexter dan Sylvie berakhir dengan perceraian. Dexter mengunjungi Emma yang telah menjadi penulis sukses dan tinggal di Paris. Dexter pun mengetahui bahwa Emma memiliki pasangan.
Dexter memutuskan untuk pergi dan tidak bertemu dengan pacar Emma. Tak berselang lama, Emma berubah pikiran lalu mengejar Dexter. Keduanya lantas mulai menjalin hubungan serius lalu menikah.
Bersama, Dexter dan Emma membesarkan anak Dexter bersama Sylvie. Emma menginginkan anak, tetapi tak belum berhasil untuk hamil. Kebersamaan Dexter dan Emma harus berakhir karena Emma meninggal setelah mengalami kecelakaan. Hidup Dexter menjadi berantakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H