Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bedah Buku Tirta Carita: Mengungkap Cerita di Balik Sumber Mata Air di Malang

2 September 2023   08:40 Diperbarui: 4 September 2023   12:52 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, Nur Elifianita yang menjadi pembicara selanjutnya menceritakan tentang buku yang ia tulis. Fani, sapaan akrabnya mengatakan bahwa Tirta Carita  yang menjadi judul buku ini berasal dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti air suci.

Dalam penulisan buku ini, Fani memaparkan tentang fokus-fokus yang menjadi bahasan tulisannya setelah melalui beberapa rangkaian  diskusi di FGD (Focus Group Discussing). Ia juga menemui kendala saat berusaha menemui juru kunci sumber air. Selain itu, cuaca hujan menjadi salah satu halangan dalam proses riset sekaligus pembuatan film.

"Di Songgoriti karena pengelolaan masih konflik maka untuk izinnya itu kita dilempar-lempar oleh instansi terkait. Belum lagi di Selorejo yang medannya juga sulit," tambahnya.

Secara spesifik, ketertarikan Fani mengambil tema air sebagai bahasan bukunya sendiri karena peranan air yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ia menyebut bahwa tanpa disadari banyak orang, air yang digunakan sehari-hati berasal dari sumber mata air.

Melalu buku ini,  ia mencoba mengajak pembaca melihat Malang dan sekitarnya seperti  sumber mata air di Songgoriti yang sekarang kondisi debit airnya mulai berkurang karena di eksploitasi. Bahkan dalam riset terakhirnya, Fani menyebut pembangunan pemandian air panas di Songgoriti ternyata mengambil dari sumber mata air Songgoriti secara ilegal. Sementara di Kota Malang, sumber mata air ada di daerah Bandulan, Beji (dekat RRI), dan Bandulan.

Fani juga menjelaskan bahwa sumber mata air di Kota Malang  sudah dalam kategori kritis akibat dari eksploitasi. Ekploitasi ini tidak hanya berdampak pada  sumber mata air tersebut (debut air), tetapi juga hilangnya tradisi masyarakat setempat. Hal ini terjadi di sumber air Polaman  dengan hilangnya pohon besar yang tumbuh dekat mata air berganti dengan masjid. Selain itu tradisi barikan juga dipindahkan ke masjid tersebut.

Denise Resiamini selaku staf ahli Museum Zoologi Museym Frater Vianney yang menjadi pembedah buku ini mengemukakan pendapatnya tentang Tirta Carita.

"Buku ini ilmiah banget. Semua yang disebutkan dengan nama latin, benar semua. Selain itu membaca, buku ini juga membuat saya ketagihan."

Ia juga memuji buku ini sangat detail menyebutkan lokasi sumber mata air serta memuji epilog buku ini yang mengajarkan agar tidak berkata kasar sewaktu berada di tempat-tempat yang disakralkan (sumber mata air).

Dalam bedah buku tersebut, Fani pun mengajak orang-orang untuk senantiasa menjaga kelestarian sumber mata air yang ada seperti dengan tidak mendirikan bangunan di atas sumber mata air. (ds)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun