Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masih Ada Orang Jujur

15 April 2023   16:13 Diperbarui: 15 April 2023   16:14 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya sudah berjanji ke anak-anak mengajak mereka ke Museum Zoologi. Sesampainya di sana, saya bertanya kepada petugas keamanan yang berjaga di depan gerbang. 

Kurang beruntung! Ternyata museum sedang tutup karena ada kegiatan. Petugas itu memberitahu kalau museum buka lagi Hari Senin. Walah, padahal jarak dari museum ke rumah lumayan jauh, pikir saya.

Agar anak-anak tidak kecewa, sebagai gantinya, saya pun menawarkan mereka untuk pergi ke alun-alun Kota Malang. Mereka setuju.

Berhubung bensin motor saya hampir habis (ya, meskipun masih bisa untuk pulang), saya memutuskan untuk mampir ke SPBU. Ndilalah, sudah antri lumayan lama (tinggal 3 motor lagi sebelum giliran saya) lha kok ada trouble alias enggak bisa isi bensin dari mesinnya. Ya, sudahlah, akhirnya saya keluar barisan antrian.

Saya pun melanjutkan perjalanan menuju alun-alun di tengah matahari yang makin terik. Begitu sampai, saya langsung memarkirkan motor dan menuju area permainan. Enggak ingat sama sekali kalau saya naruh uang 50 ribu rupiah di motor.

Sembari menunggu anak-anak naik tossa hias, saya pun duduk lalu membuka tas. Begitu tangan saya membuka kantong depan tas yang ada isinya; selembar 50 ribu. Deg, saya baru ingat kalau ada lembaran lain yang saya taruh di motor. Uang itu rencananya tadi buat beli bensin.


Tanpa pikir panjang, dengan tergopoh-gopoh disertai pikiran yang enggak karuan, saya menuju parkiran. Dalam hati, saya sudah rela kalau uang itu hilang. Saya langsung melihat bagian motor yang biasanya buat tempat minum itu, sudah enggak ada.
Lalu, datanglah laki-laki paruh baya berompi hijau yang biasa dipakai tukang parkir.


"Mbak, mbak, sampeyan seng duwe motor iki ta (mbak, mbak, kamu yang punya motor ini)?," tanya tukang parkir itu.
Saya mengangguk.


"Iki duwite sampeyan berarti (ini uangnya kamu berarti)?" ucapnya dengan mengulurkan tangan. Sebuah lembaran biru mencolok yang terlipat disertai lembaran pecahan dua ribuan berada di genggaman tangan tukang parkir itu.


"Oh, inggih, Pak (Oh, iya, Pak)," jawab saya dengan tangan terulur bermaksud menerima uang tersebut.


"Piye toh, Mbak, sampeyan iki. Engko duwite ilang, sampeyan ngarani aku seng njipuk (gimana toh, Mbak, kamu ini. Nanti kalau duitnya ilang, kamu nuduh saya yang ngambil uangnya)," ujar tukang parkir lagi.

Padahal saya sudah merelakan kalau uang itu beneran hilang. Bagaimanapun itu terjadi karena keteledoran saya. Kemudian, saya pun menjelaskan ke beliau kalau saya baru saja teringat naruh uang di motor makanya buru-buru balik ke parkiran.

Alhamdulillah, masih banyak orang baik dan jujur. Saking masih enggak percaya, saya tidak ingat apa saya sudah berterima kasih ke tukang parkir tersebut. Bahkan untuk melebihkan bayar parkir juga tidak terlintas di benak saya saat itu (mohon maaf bapak).

Ngomong-ngomong tentang naruh uang di motor, sebenarnya sudah menjadi kebiasaan saya. Mengapa? Untuk memudahkan saja, misal untuk bayar bensin atau ketika mau memberi polisi cepek karena saya memang jarang pakai jaket. Biasanya, saya menyediakan pecahan seribu atau dua ribuan.

Sebenarnya, kebiasaan saya ini seringkali menuai kritik dari suami yang menyebut saya teledor. Jujur saja, saya anggap angin lalu ucapan suami saya. Namun, sepertinya saya harus mulai memerhatikan omongan suami pasca kejadian tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun