Komunikasi massa adalah sebuah bentuk komunikasi yang penting dalam masyarakat, dengan banyaknya model komunikasinya. Pada kesempatan kali ini kita akan memebahas mengenai beberapa jenis model komunikasi masasa yaitu komunikasi  satu tahap dan komunikasi dua tahap beserta penerapannya
MODEL KOMUNIKASI SATU TAHAP
Model ini mengungkapkan bahwa sebuah komunikasi tejadi secara langsung dari media massa kepada khalayak ramai tanpa harus melewati opinion leaders. Model komunikasi ini hampir sama dengan model hypodermic needle, namun terdapat perbedaan diantara keduaanya yaitu bahwa model komunikasi satu tahap mengakui bahwa media mempunyai kekuatan yang tidak sama sehingga menimbulkan efek yang berbeda pada sang penerima meskipun pesan-pesan yang disampaikan kepada seluruh penerima komunikasi sama.Â
Menurut Husseyn Umar dalam buku Selendang Merah pilihan cerpen (2000) model ini hadir sebagai bentuk revisi terhadap two-step flow dan sebagai hasil penyempurnaan dari model hypodermic needle, sehingga terdapat beberapa asumsi model komunikasi satu tahap ini sebagai berikut:
- Model one-step flow mengakui bahwa media massa tidak all-powerfull, dan tidak semua media mempunyai kekuatan yang sama
- Aspek-aspek seleksi penyaringan dari khalayak, seperti selective exposure, selective perception, dan selective retention mempengaruhi dampak pesan
- Model one-step flow mempengaruhi kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda dikalangan audiens terhadap pesan media yang sama.
Kelemahan:
- Komunikasi menjadi tidak efektif, ini disebabkan tidak ada feedback yang ditimbulkan dari komunikan kepada komunikator
- Informasi kurang jelas sehingga dapat menimbulkan kesalah fahaman dan prasangka buruk
- Komunikan hanya sebagai informan bagi komunikator
Kelebihan:
- Dapat membuat rasa kepuasan dalam diri komunikator, karena komunikan tidak ada kesempatan untuk merespon
- Lebih cepat dan efisien
PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI SATU TAHAP
Mungkin secara tidak sadar, kita telah terkena pengaruh dari komunikasi satu tahap ini. Di Indonesia yang mayoritas para penduduknya sudah tidak asing dengan media massa, ketika kita sedang melihat atau mendengar siaran di media bisa saja kita langsung terpengaruh oleh media tersebut. Berikut ini adalah contoh-contoh penerapan model komunikasi satu tahap yang terjadi di negara ini:
A. SitUS WEB PEMERINTAH
Pemberintaaan yang ditayangkan dalam situs ini menerapkan model komunikasi satu tahap dimana para komunikan langsung menerima informasi dari media tanpa ada opinion leader. Seperti situs web KOMINFO yang memberikan informasi mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat Indonesia dan situs web Kementrian Kesehatan yang memberitakan mengenai sebuah penyakit, gejala, pencegahan bahkan informasi lain mengenai kesehatan lainnya.
B. IKLANÂ
Iklan adalah sebuah tayangan yang dapat mempengaruhi audiens akan sebuah produk atau jasa. Maka berlakulah model satu tahap ini, seperti ketika kita sedang mononton sebuah tayangan iklan makanan kita seolah-olah dapat merasakan rasa makanan tersebut, dan timbul rasa ingin membeli. Hal ini dapat berdampak buruk bagi seseorang yang hidup konsumtif, bahkan dilansir dari pajak.com bahwa generasi milenial Indonesia terkenal sebagai generasi konsumtif sesuai data dari (BPS) Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia mencapai 8.269,8 triliun.
MODEL KOMUNIKASI DUA TAHAP
Komunikasi model dua tahap, yaitu teori yang diperkenalkan oleh Paul Lazarfeld, Bernard Barelson dan H Gudet dalam People's Choice (1944). Model dua tahap ini merupakan sebuah pengaruh yang tidak langsung terjadi antara media dan audiens (memerlukan perantara). Mengapa dua tahap? Karena model ini terjadi atas dua tahapan, dimana tahapan pertama bahwa pesan-pesan dari media diterima oleh para tokoh (opinion leader) yang bertugas sebagai gatekeeper, setelah itu baru pesan media akan diteruskan kepada audiens sebagai tahapan kedua. Biasanya yang dijadikan opinion leader adalah orang yang pendapatnya berpengaruh dalam masyarakat setempat.
Berikut adalah prinsip-prinsip dari komunikasi dua tahaup ini:
- Model ini menganggap bahwa media tidak dapat mempengaruhi audiens
- Pendapat para pemuka lebih bisa mempengaruhi pemikiran auidens
- Pendapat para pemuka dijadikan rujukan atas sebuah informasi.
- Terjadi dua tahap komunikasi antara media, para pemuka, dan audiens
- Berlaku bagi audiens yang cenderung pasing akan media massa
PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI DUA TAHAP
Penerapan model komunikasi dua tahap di Indonesia pun sudah ada dan masih berkembang sampai saat ini, dimana para masyarakat lebih mudah terpengaruh akan pendapat tokoh sebagai penuatan informasi dari media. Seperti masyarakat yang tinggal dipedalaman, yang masih pasif akan media massa ini lebih cenderung terpengaruh dengan pendapat atau pembicaraan para pemuka akan sebuah informasi dari media.
Di Indonesia sendiri opinion leader masih berlaku sangat kuat. Melihat dari kasus kebelakang akan munculnya sebuah virus Covid19, sangat banyak berita hoax yang berlalu lalang di media, maka sangat diperlukanlah model komunikasi dua tahap ini dalam penyebaran informasinya. Begitu pula dalam pencegahannya, dimana para pemerintah bekerjasama dengan para opinion leader (pemuka daerah) untuk melakukan edukasi mengenai pencegahan virus ini, yang mana pendapat dari para pemuka setempat akan menguatkan informasi yang diberikan untuk menyadarkan para masyrakat akan bahayanya virus ini.
Oleh Dewi Suryaningsih
Ilmu Komunikasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI