Kita pasti suka sekali menyertai ucapan kita dengan gerak tangan. Jadi, ketika kita berbicara tubuh kita seolah ikut bergerak seperti gerak tangan maupun gelengan kepala. Â Bahkan ketika menelpon seseorang kita juga menggerak-gerakkan tangan kita meskipun lawan bicara kita tidak melihatnya.
 Dan ternyata, orang-orang dari beberapa negara seperti Prancis, Italia, Meksiko, dan Arab termasuk orang-orang yang sangat aktif menggerakan tangan mereka ketika berbicara. Saking seringnya, pernah ada sebuah ungkapan bahwa orang Italia tidak akan bisa berkata-kata jika tangannya diamputasi.
Isyarat tangan yang digunakan dalam percakapan sehari-hari ada banyak sekali. Kita ambil contoh saja seperti menyebut 'Saya'. Kalau di Indonesia, umumnya kita menunjuk dada yang berarti kata 'Saya' atau 'Saya?', tetapi di negara lain seperti Jepang mereka menunjuk hidung yang artinya juga 'Saya' atau 'Saya?'
Pasti banyak dari kita yang jika berfoto itu mengambil gaya dengan gaya dua jari. Sebenarnya dua jari itu artinya apa sih? Mungkin kalau di Indonesia memiliki arti peace atau damai. Namun, jika di Inggris gaya dua jari dengan punggung jari menghadap ke lawan bicara itu artinya sama dengan fuck you, lho.Â
Perbedaan makna isyarat terjadi juga dengan gerakan tangan melampai ke seseorang. Umumnya ketika kita memanggil teman kita di tempat umum, kita akan melambaikan tangan ke arah teman kita tersebut tetapi jika yang dipanggil adalah orang Amerika, mereka malah pergi bukannya mendekat karena bagi mereka "Melambaikan tangan untuk berpisah". Justru, memanggil teman bagi orang Amerika itu dengan  cara seperti orang Indonesia memanggil taksi.
Di Amerika, biasanya orang-orangnya menggunakan acungan jempol ke samping untuk menumpang mobil, tetapi gerakan itu dianggap melecehkan bagi orang-orang Italia.Â
Sedangkan di Indonesia dan Malaysia, acungan jempol diartikan sebagai kata "Oke", berbeda dengan di Amerika. Orang Amerika mengisyaratkankata "Oke" dengan menyatukan jari telunjuk dan ibu jari dengan ketiga jari lainnya berdiri.
Bukan hanya isyarat tangan, tetapi ada juga isyarat gerakan lain seperti gelengan kepala. Kamu tahu ngga sih kalau di Arab dan India, gelengan kepala berarti "Iya" dan mengangguk berarti "Tidak" di Bulgaria?Â
Sebenarnya hal ini sepele karena hanya perbedaan makna isyarat di berbagai negara. Namun, perbedaan arti makna isyarat ini sangatlah menggangu komunikasi antar orang yang berbeda negara dan menyebabkan miss komunikasi.
Pernah mendengar kasus Kartini? Seorang dari Indonesia yang dituduh melakukan perzinahan dengan seorang pekerja asal India di Arab. Pada saat persidangan di Arab dan menggunakan Bahasa Arab, ternyata Kartini tidak didampingi oleh penerjemah dan dia hanya bisa sedikit Bahasa Arab.Â
Atas semua pertanyaan yang diajukan oleh hakim, dia hanya menjawab dengan gelengan kepala yang artinya ia menolak semua tuduhan tersebut. Namun, semua gelengan kepala itu dianggap sebagai "Iya" oleh hakim yang merupakan orang Arab. Sebab itulah, Kartini dinyatakan bersalah.
Seorang Deddy Mulyana pernah bercerita dalam bukunya yang berjudul "Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar", di sana ia bercerita banyak hal tentang pengalaman dia ke luar negeri dan mengalami beberapa kejanggalan karena perbedaan makna isyarat. Pernah ketika ia dan kawannya pergi ke Dubai dan berniat membeli dua puluh jam tangan dengan penjual di sana.Â
Penjual di sana memang kebanyakan keturunan India. Ketika temannya itu tertarik untuk membeli dua puluh jam tangan di sebuah toko, sehingga terjadilah proses tawar-menawar menggunakan bahasa Inggris gado-gado dan sebisanya. Setelah si penjual memperlihatkan kalkulatornya yang berisi angka sejumlah uang yang harus dibayar, ternyata ia masih keberatan dengan harga tersebut dan masih meminta diskon lagi.Â
Si penjual kembali menghitung-hitung kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Temannya Deddy Mulyana ini menganggap bahwa penjual keberatan dengan permintaan diskon tadi, sehingga mereka berdua pergi dari toko dan berniat beli jam tangan di tempat lain.Â
Saat ingin pergi, si penjual berteriak "Hey, Mister, where are you going? Be serious!" kemudian ia juga menambahkan bahwa ia menyetujui permintaan diskon tersebut lantas bertanya mengapa Deddy Mulyana dan kawannya pergi.Â
Sambil sedikit jengkel, teman Deddy Mulyana menjelaskan bahwa ia pergi karena si penjual menggelengkan kepalanya yang ia anggap sebagai tidak. Namun, si penjual menjelaskan bahwa gelengan kepala itu berarti "Iya".
Dari cerita itu, apa yang dapat kamu simpulkan? Jadi dari beberapa contoh pengalaman di atas apat kita simpulkan bahwa perbedaan isyarat antar negara itu sebenarnya merepotkan dan membuat bingung. Apalagi banyak sekali orang yang lebih dipercaya bahasa tubuhnya daripada bahasa lisannya.Â
Pernah ada ngga, sih teman kamu yang berbicara tentang pengalaman dia berjalan-jalan dan membeli barang-barang mahal tetapi kamu tidak percaya dengan dia dengan alasan dia bicara sambil melihat ke arah lain atau tidak menatap matamu secara seksama. Kita sendiri tidak bisa memastikan apakah cerita teman kita itu benar atau hanya halu belaka, tetapi jika dilihat dari cara dia bercerita kita menyimpulkan bahwa dia bohong.Â
Padahal memang bisa saja dia melihat ke arah lain sambil bercerita karena ia sambil membayangkan hal-hal yang sudah ia lakukan kemarin ketika ia pergi jalan-jalan.
Maka untuk menghindari miss komunikasi antar orang yang berbeda negara, gunakanlah bahasa verbal secara jelas. Dengan begitu, apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik dan sesuai apa yang ingin kita maksudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H