Seorang Deddy Mulyana pernah bercerita dalam bukunya yang berjudul "Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar", di sana ia bercerita banyak hal tentang pengalaman dia ke luar negeri dan mengalami beberapa kejanggalan karena perbedaan makna isyarat. Pernah ketika ia dan kawannya pergi ke Dubai dan berniat membeli dua puluh jam tangan dengan penjual di sana.Â
Penjual di sana memang kebanyakan keturunan India. Ketika temannya itu tertarik untuk membeli dua puluh jam tangan di sebuah toko, sehingga terjadilah proses tawar-menawar menggunakan bahasa Inggris gado-gado dan sebisanya. Setelah si penjual memperlihatkan kalkulatornya yang berisi angka sejumlah uang yang harus dibayar, ternyata ia masih keberatan dengan harga tersebut dan masih meminta diskon lagi.Â
Si penjual kembali menghitung-hitung kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Temannya Deddy Mulyana ini menganggap bahwa penjual keberatan dengan permintaan diskon tadi, sehingga mereka berdua pergi dari toko dan berniat beli jam tangan di tempat lain.Â
Saat ingin pergi, si penjual berteriak "Hey, Mister, where are you going? Be serious!" kemudian ia juga menambahkan bahwa ia menyetujui permintaan diskon tersebut lantas bertanya mengapa Deddy Mulyana dan kawannya pergi.Â
Sambil sedikit jengkel, teman Deddy Mulyana menjelaskan bahwa ia pergi karena si penjual menggelengkan kepalanya yang ia anggap sebagai tidak. Namun, si penjual menjelaskan bahwa gelengan kepala itu berarti "Iya".
Dari cerita itu, apa yang dapat kamu simpulkan? Jadi dari beberapa contoh pengalaman di atas apat kita simpulkan bahwa perbedaan isyarat antar negara itu sebenarnya merepotkan dan membuat bingung. Apalagi banyak sekali orang yang lebih dipercaya bahasa tubuhnya daripada bahasa lisannya.Â
Pernah ada ngga, sih teman kamu yang berbicara tentang pengalaman dia berjalan-jalan dan membeli barang-barang mahal tetapi kamu tidak percaya dengan dia dengan alasan dia bicara sambil melihat ke arah lain atau tidak menatap matamu secara seksama. Kita sendiri tidak bisa memastikan apakah cerita teman kita itu benar atau hanya halu belaka, tetapi jika dilihat dari cara dia bercerita kita menyimpulkan bahwa dia bohong.Â
Padahal memang bisa saja dia melihat ke arah lain sambil bercerita karena ia sambil membayangkan hal-hal yang sudah ia lakukan kemarin ketika ia pergi jalan-jalan.
Maka untuk menghindari miss komunikasi antar orang yang berbeda negara, gunakanlah bahasa verbal secara jelas. Dengan begitu, apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik dan sesuai apa yang ingin kita maksudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H