Mohon tunggu...
Dewi Yuliyanti
Dewi Yuliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis sesegera mungkin apapun yang ada di benak

Seorang ibu dua anak dan abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

SOS: Orangtua Murid SD Kelas 1 di Era Zoom

15 September 2021   14:06 Diperbarui: 15 September 2021   14:10 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Baik anak-anak, nanti halaman 100-105 kalian pelajari di rumah dan dikerjakan minta bantuan orang tua ya," ucap bu Guru di layar zoom anakku yang baru masuk kelas 1 SD. 

Ucapan itu bagi sebagian orang tua mungkin berarti sebuah kesempatan baik agar anak-anaknya mau belajar dibanding bermain gadget. Rata-rata yang merasakannya pasti orang tua yang anak-anaknya sudah bisa membaca. 

Sedangkan bagiku, kalimat itu seperti petir menyambar-nyambar. Kenapa sih harus pakai dikerjakan bersama orang tua lagi dan lagi. 

Seperti sebuah ujian bagi orang tua yang anak-anaknya belum bisa membaca lancar, menulis masih seperti ceker ayam. Mengerjakan bersama anak bagaikan pertemuan antara panas dan dingin. Antara harus marah tapi juga harus tenang dan sabar. Ibarat rem mobil, kaki harus siap menginjang kopling. 

Ya, anak saya masuk SD kelas 1 setelah setahun hilang masa di TK kelas besarnya. Masa ketika seharusnya anak-anak masih bisa bermain dan sedikit mengenal membaca dan menulis. 

Waktu itu saya berpikir ah, nggak apa-apa karena masih kelas 1 SD pasti masih bisa dikejar ketinggalan belum lancar baca tulis ini. Tetapi apa yang terjadi saudara? 

Begitu membuka buku paket Bupena kelas 1 SD, saya tidak menemukan soal atau bahan pelajaran dasar-dasar seperti jaman saya sekolah dulu. I-ni Bu-di. I-ni Wa-ti. 

Yang tersaji adalah bahan soal kajian, bacaan yang kalimatnya sudah panjang, di situ sudah tidak tampak lagi pelajaran untuk anak baru mbrojol dari TK! Ini mungkin yang sering digemborkan orang, sekarang udah lain jamannya. 

Maka tak ayal lagi, kelas tatap muka daring lewat zoom adalah kelas tambahan untuk orang tua juga. Dimana orang tua menjadi penyambung lidah dan tangan guru. Menerangkan, mendikte, memberitahu, bahkan mengerjakan. 

Bagaimana tidak, anak-anak sama sekali belum seluruhnya mampu membaca, minimal membaca masih dieja. Sementara bahan bacaannya sudah satu paragraf panjang-panjang dan bukan kalimat sederhana lagi. Melihat anak-anak yang sudah agak lancar, rasanya drop batin ini. 

Bagaimana caranya agar anak saya juga bisa seperti itu? Mau ikut les juga masih PPKM, belum berani juga tatap muka langsung. Les online juga sama saja dengan kelas sekolah biasa yang juga online, alias orang tua mendampingi dan ikutan les juga. Pusing pala barbie...

Saya yakin banyak orang tua bernasib sama dengan saya atau setidaknya pernah di kondisi seperti saya. Dan mereka berhasil melaluinya. Saya saja yang baru menapak, memerlukan upaya ekstra sabar dan telaten ternyata menjadi orang tua di era sekarang ini. 

Tidak cukup menyediakan sarana seperti wifi, paket data, HP atau laptop. Tetapi kehadiran orang tua dan komitmen orang tua untuk meluangkan waktu mengajari anak, adalah sebuah kewajiban. Tidak bisa lagi menyerahkan pada teknologi. 

Dulu mungkin bisa, anak kita belajar dari Youtube sendiri, tetapi sekarang semakin hari anak-anak sudah disuguhi pilihan game dan sajian youtube yang lebih entertaining atau menghibur. 

Mereka justru dihipnotis susah untuk lepas dari layar youtube atau game, sehingga belajar membaca menjadi tidak menarik lagi.  Mungkin orang tua seperti saya harus menemukan sendiri metode mengajar yang fun, seperti bermain. 

Apalagi saat ini, semakin kita keras pada anak ketika belajar semakin efek yang ditimbulkan tidak bagus. Anak jadi ketakutan dan trauma kalau mau diajak belajar. T

api ini pun pilihan, banyak orang tua masih memakai "ketegasan" sebagai cara puncak untuk mengajari anak belajar.  Saya termasuk yang tidak tega sih, saya memilih mencari metode fun  daripada memakai "ketegasan" tadi, hanya saja ini prosesnya makan waktu lebih lama, entah sampai kapan.

Waktu menulis ini, saya benar-benar sedang memerlukan masukan dari para orang tua di luar sana tentang bagaimana mengajari anak membaca dan menulis secara efektif, fun dan berhasil. 

Jika ada, saya sangat berterima kasih untuk ide dan saran tersebut. Jangan sampai kalimat "Nanti dikerjakan bersama orang tua ya" dari guru, menjadi momok saya setiap pertemuan zoom anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun