Mohon tunggu...
Dewi Yuliyanti
Dewi Yuliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis sesegera mungkin apapun yang ada di benak

Seorang ibu dua anak dan abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Oase, Sebuah Langkah Baru Iprahumas

25 Agustus 2021   11:46 Diperbarui: 25 Agustus 2021   11:54 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humas pemerintah sebagai sebuah bagian manajemen komunikasi yang dimiliki pemerintah saat ini tampaknya mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dalam hal jumlah personel maupun dalam hal peminatan, menyusul kebijakan pemerintah untuk mengalihkan jabatan dari struktural ke fungsional dan menghapus eselon III dan IV. Banyak sekali ASN yang tertarik dan beralih menjadi Pranata Humas. 

Ini menandakan bahwa jabatan fungsional Pranata Humas memiliki daya tarik tersendiri selain kemudahan yang diberikan dari lembaga pembina dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang memberi peluang jalur inpassing bagi ASN yang berminat menjadi Pranata Humas hingga tahun 2021 ini. 

Selain itu, jumlah Pranata Humas yang masih terus dibutuhkan dalam rangka mendukung kinerja pemerintah mendiseminasikan setiap kebijakan serta menghadapi persaingan di kancah internasional. 

Pemerintah memerlukan sebanyak mungkin Pranata Humas sebagai garda depan dengan tugas dan fungsi yang juga semakin berkembang, apalagi di era digital pasca pandemi COVID-19.

Dengan berkembangnya jumlah tenaga fungsional Pranata Humas dan dinamika tugas serta fungsi kehumasan pemerintah maka kehadiran organisasi profesi seperti Ikatan Pranata Humas atau Iprahumas, sangatlah vital. Hal ini karena sebagai organisasi profesi, Iprahumas yang dibentuk tahun 2015, menjadi pengayom Pranata Humas selain lembaga pembina. 

Iprahumas ibarat sebuah oase di tengah gurun yang memberi kesegaran, Iprahumas seperti seorang ibu yang bertugas mendengarkan keluh kesah anak-anaknya, menjadi penengah atau mediator bagi setiap pergumulan para anggotanya dan jika memungkinkan menjadi sumber solusi atau jawaban atas setiap kegamangan, kebingungan para anggotanya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di dalam Iprahumas, setiap anggota terikat mematuhi kode etik baik komitmen pribadi, dengan sesama sejawat, maupun dalam hubungan dengan pihak eskternal. 

Iprahumas juga menawarkan beberapa keuntungan sebagai anggotanya, antara lain jejaring/ networking, mendapat update mengenai berbagai informasi dari kementerian/lembaga di seluruh Indonesia termasuk memperoleh klarifikasi berita/ isu yang beredar guna menangkal hoax serta peluang kerjasama dalam menyelenggarakan acara kehumasan. 

Di samping itu, Iprahumas juga menawarkan skill improvement sebagai salah satu keuntungan menjadi anggotanya melalui kelas belajar, workshop, dan seminar.

Apakah beberapa keuntungan itu benar-benar dirasakan para anggotanya? Penulis sendiri adalah anggota Iprahumas sejak tahun 2018 bahkan sempat mengikuti Konvensi Iprahumas di Bogor pada tahun yang sama. Aura kehumasan sangat terasa ketika berada di tengah rekan-rekan Pranata Humas yang berkonvensi waktu itu. 

Saya mendadak sangat bangga menjadi bagian dari Iprahumas dan dengan mantab mendaftarkan diri sebagai anggota. Memang betul, manfaat pertama menjadi anggota Iprahumas yang saya rasakan tentu memperoleh informasi lebih cepat melalui grup Iprahumas. 

Selanjutnya, fungsi jejaring diperoleh melalui pertukaran informasi antaranggota dari Kementerian/Lembaga di seluruh Indonesia. Sesuatu yang mungkin sulit jika tidak menjadi anggota forum ini. 

Pengembangan ketrampilan dan pengetahuan pun saya peroleh melalui keikutsertaan dalam workshop atau seminar, apalagi di era pandemi COVID-19 ini Iprahumas memberikan banyak sekali kelas-kelas webinar dengan menghadirkan narasumber yang cukup mumpuni di bidang komunikasi dan kehumasan. Ditambah dengan sertifikat webinar yang dapat diajukan sebagai angka kredit. 

Sungguh ibarat sebuah oase di tengah gurun. Dalam hal ini apresiasi layak diberikan pada Iprahumas yang memberikan beberapa kemudahan, peluang agar para anggotanya dapat memancing sebanyak mungkin angka kredit melalui webinar-webinar yang digelar di tengah pandemi saat ini dimana ruang gerak menjadi terbatas.

Berbicara mengenai angka kredit, rasanya ini adalah sebuah topik jamak yang tak pernah habis menjadi bahan pertanyaan, sumber kerisauan dan juga tantangan para anggota Iprahumas. Bagaimana tidak, angka kredit untuk setiap butir kegiatan Pranata Humas terbilang sangat kecil, mulai dari 0,01. 

Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya mencapai angka tambun seperti 10 dalam satu tahun dengan angka kredit sekecil itu. Mau tak mau Pranata Humas harus menggenjot bidang lain yang memiliki angka kredit besar seperti seminar ataupun menulis walaupun persentasinya harus berimbang. Belum lagi persoalan DUPAK alias Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit yang harus rutin dilakukan, seperti nilai raport. 

Saya yakin para anggota Iprahumas pernah merasakan saat-saat pertama kali menyusun DUPAK, dengan ilmu meraba-raba seperti Si Buta Dari Goa Hantu. 

Jujur saja, pada persoalan DUPAK ini, Iprahumas sebagai sebuah organisasi profesi yang menawarkan banyak keuntungan belum secara optimal memberikan pencerahan misalnya memfasilitasi konsultasi semacam coaching clinic dengan Direktorat Komunikasi Publik yang membidangi masalah Pranata Humas. 

Jika pun ada, sifatnya masih sporadis hanya dilakukan di lokasi yang dekat dengan sumber ilmu yakni Kementerian Kominfo dan belum secara rutin diselenggarakan. Sementara kami yang berada di daerah, sangat minim informasi tersebut dan sangat berharap Iprahumas mampu menjembatani kesulitan tersebut walaupun saat ini sebagain besar Pranata Humas sudah "berhasil" menyusun DUPAK perdananya. 

Dengan adanya coaching clinic penyusunan DUPAK yang rutin, Pranata Humas dapat memperkaya ilmunya mengenai kepastian aturan baku seputar DUPAK sehingga tidak lagi menyusunnya dalam model "Trial and error" alias coba-coba dulu agar tahu salahnya dimana.  

Pergumuluan berikutnya bagi Pranata Humas tentu saja soal tunjangan fungsional. Penulis rasa semua akan setuju bahwa dari segi angka, tunjangan Pranata Humas untuk level Pranata Humas Pertama seperti saya saja terbilang kecil yakni Rp 270.000,- Memang benar rasa syukur itu harus ada, di tengah pandemi dimana banyak orang terkena pemutusan kerja alias PHK, kita masih diberikan kecukupan dari negara. 

Namun tak salah rasanya bila penghargaan bagi kinerja Pranata Humas harus tetap diperjuangkan. Pranata Humas dapat dikatakan harus siap bekerja 24 jam, menyampaikan kabar bagi publik. 

Pagi, siang, malam, di lapangan dan di belakang meja, mengejar sumber berita, menulis, menyusun konten dan menyampaikan melalui kanal-kanal yang dimiliki pemerintah. Itu adalah pekerjaan lahir dan batin, fisik dan mental yang luar biasa melelahkan. 

Tidak sedikit Pranata Humas yang bertumbangan terkena COVID-19 karena tuntutan pekerjaan mengharuskan mereka dekat dengan episentrum virus misalnya harus melakukan liputan pimpinan di titik-titik yang rawan. 

Tidak cukup kita mendiamkan angka-angka tunjangan tersebut abadi di atas kertas, Iprahumas seyogyanya mampu menyatukan tekad para anggotanya untuk bersama-sama memperjuangkan nasib demi kinerja yang lebih baik tentunya.

Untuk itu sebagai anggota Iprahumas, penulis menumpukan harapan kepada para pengurus baru yang sudah dipilih melalui pemilu online beberapa waktu lalu. 

Sangat membanggakan memilih para kandidat dengan Visi dan Misi yang mulia, nantinya pemilihan akan melahirkan satu pemimpin yang diharapkan mampu membaca harapan para anggotanya. Tidak sekedar membaca namun juga menerjemahkannya menjadi sebuah rencana aksi yang nyata dan relevan. 

Para pengurus Iprahumas masa jabatan tahun 2021-2024 di bawah kepemimpinan baru harus meneruskan program yang telah apik diwujudukan oleh kepengurusan terdahulu, kegiatan yang sudah baik diteruskan bahkan diberikan sentuhan yang lebih inovatif. Iprahumas diharapkan lebih komunikatif dan dinamis melalui pemilihan event-event kebersamaan yang melibatkan anggotanya di seluruh Indonesia meskipun masih bersifat online. 

Jangan lupa, peran Iprahumas melalui pengurusnya sebagai fasilitator yang menjembatani para anggota dalam memecahkan masalah krusial seperti seputar angka kredit, DUPAK dan tunjangan jabatan fungsional. 

Dengan demikian Iprahumas betul-betul menampakkan dirinya tidak sekedar sebagai organisasi di atas kertas, namun juga solusi untuk setiap persoalan Pranata Humas di seluruh Indonesia. Tetap semangat Iprahumas, tetaplah mampu menjadi oase di tengah gurun, "ibu" pengayom anak-anaknya. Salam komunikasi. (Dewi Yuliyanti, Pranata Humas Ahli Pertama di Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun