Desa Cangkringan merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali yang memiliki luas tanah sebesar 18.0079 ha. Desa Cangkringan juga tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Boyolali yakni berjarak 10 km. Desa Cangkringan terdiri dari 2 dusun yang terbagi dalam 4 wilayah RW da 16 RT.Â
Mayoritas penduduk desa Cangkringan bermata pencaharian peternak ayam. Adapun profesi yang lain penduduk Cangkringan meliputi petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pengrajin, pegawai negeri sipil dan pedagang.
Desa Cangkringan memiliki jenis tanah kategori aluvial, jenis tanah ini cukup sesuai dengan kegiatan pertanian tetapi cukup labil. Sehingga permasalahan lingkungan hidup yang mencolok yakni peternakan ayam potong dan pengembangan ikan tawar (jenis lele) yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk.Â
Meskipun masalah pengaruh polusi (bau), namun masalah tersebut bisa dikendalikan secara khusus dengan pengendaliannya maka tidak mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Pola sosial yang sekarang berkembang diwilayah Desa Cangkringan adalah kehidupan masyarakat pedesaan. Dalam bertahan hidup, masyarakat sekitar memanfatkan lingkungan untuk diolah dan dikembangkan.Â
Menurut Kluckhohn, perlunya memahami karakteristik dari lingkungan alam dan sekitarnya adalah modal utama untuk beratahan hidup dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Adaptasi yang dilakukan manusia semakin berkembang melalui proses belajar dalam perjalanan hidupnya,Â
sehingga manusia dapat menggunakan simbol-simbol yang bermakna dan mengembangkannya. Melalui simbol manusia mampu menghimpun pengetahuan dengan memilih sikap dan tindakan yang dianggap memberi keuntungan dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
Untuk tetap mempertahankan kebudayaan yang ada harus bersifat fungsional supaya tidak hilang oleh waktu (Kluckhohn, 1996:85). Kepercayaan dan tradisi kekuatan merupakan salah satu ciri agama yang berupaya untuk mengendalikan hal-hal yang tidak mampu dikendalikan dengan memanjatkan doa, hingga melakukan ritual upacara (Saebani, 2012:243).Â
Dari kedua pendapat tokoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memanfaatkan, menjaga lingkungan sama halnya dengan melestarikan alam.Â
Di masa modern ini masyarakat desa Cangkringan masih menggenggam erat tradisi nenek moyang, dengan melestarikan pemandian warga atau disebut sendang. Hal ini menjadi fungsional serta pemanfaatan alam dengan bijaksana.Â
Namun, desa ini memiliki keunggulan tersendiri. Adapun potensi yang menjadi sorotan bernama sendang grojogan telu (pemandian warga). Sendang grojogan telu merupakan pemandian warga yang masih digunakan sampai sekarang.Â
Sendang atau yang lebih dikenal era modern saat ini bernama umbul. Sendang  grojogan telu (pemandian warga) merupakan salah satu potensi wisata yang ada di desa Cangkringan Rt 11 Rw 03 kecamatan Banyudoni kabupaten Boyolali.Â
Sendang  grojogan telu (pemandian warga) berada di sebelah barat kebun sayur dan buah desa Cangkringan. Sendang grojogan telu (pemandian warga) memiliki dua kolam pemandian, ada bagian selatan untuk laki-laki (kakung) dan bagian utara untuk perempuan serta di tengah-tengah nya ada pohon beringin. Sehingga Sendang grojogan telu meskipun siang hari akan terasa sangat sejuk karena dikelilingi pepohonan.
Setiap hari Sendang grojogan telu (pemandian warga) ini tidak pernah sepi oleh masyarakat Cangkringan. Sendang grojogan telu ini biasanya sering digunakan masyarakat Cangkringan mandi maupun mencuci pakaian.
 Sendang grojogan telu (pemandian warga) merupakan salah satu alternatif masyarakat Cangkringan yang bisa digunakan setiap hari tanpa adanya penarikan tarif bayar. Sehingga masyarakat merasa senang akan adanya Sendang ini yang bisa dilakukan dalam penghematan air listrik. Karena Sendang grojogan telu airnya sangat jernih dan segar karena saluran dari mata air asli daerah pengging.
Istimewanya Sendang grojogan telu (pemandian warga) meski musim kemarau air dalam Sendang ini tak pernah kering. Banyak ikan yang ada di dalam Sendang grojogan telu ini salah satunya adalah ikan moli. Untuk kebutuhan masyarakat Cangkringan yang ingin mandi atau berendam. Sendang grojogan telu diberi sekat sehingga tidak memungkinkan bagi ikan-ikan berenang di bagian untuk pemandian warga.Â
Masyarakat Cangkringan diperbolehkan mandi di Sendang ini, dengan ketentuan ketika masuk Sendang bagi yang putra ke Sendang kakung dan putri ke Sendang putri. Sehingga Sendang grojogan telu (pemandian warga) merupakan salah satu potensi masyarakat Cangkringan yang perlu di jaga,Â
dilestarikan dan dikembangkan sekaligus sebagai alternatif mandi dan berendam dari sumber mata air di era modern tanpa penarikan tarif tambahan. Dengan hadirnya Sendang grojogan telu (pemandian warga) tanpa tarif tambahan memungkinkan masyarakat Cangkringam merasa senang, tidak khawatir dan tidak terbebani akan air listrik yang melonjak tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H