Mohon tunggu...
Dewi Arsita
Dewi Arsita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menulis mulai dari menulis cerpen, artikel maupun jurnal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Sendang Grojogan Telu (Pemandian Warga) di Kalangan Masyarakat Cangkringan di Era Modern

13 Juli 2022   17:02 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:12 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Cangkringan merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali yang memiliki luas tanah sebesar 18.0079 ha. Desa Cangkringan juga tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Boyolali yakni berjarak 10 km. Desa Cangkringan terdiri dari 2 dusun yang terbagi dalam 4 wilayah RW da 16 RT. 

Mayoritas penduduk desa Cangkringan bermata pencaharian peternak ayam. Adapun profesi yang lain penduduk Cangkringan meliputi petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pengrajin, pegawai negeri sipil dan pedagang.

Desa Cangkringan memiliki jenis tanah kategori aluvial, jenis tanah ini cukup sesuai dengan kegiatan pertanian tetapi cukup labil. Sehingga permasalahan lingkungan hidup yang mencolok yakni peternakan ayam potong dan pengembangan ikan tawar (jenis lele) yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. 

Meskipun masalah pengaruh polusi (bau), namun masalah tersebut bisa dikendalikan secara khusus dengan pengendaliannya maka tidak mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Pola sosial yang sekarang berkembang diwilayah Desa Cangkringan adalah kehidupan masyarakat pedesaan. Dalam bertahan hidup, masyarakat sekitar memanfatkan lingkungan untuk diolah dan dikembangkan. 

Menurut Kluckhohn, perlunya memahami karakteristik dari lingkungan alam dan sekitarnya adalah modal utama untuk beratahan hidup dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Adaptasi yang dilakukan manusia semakin berkembang melalui proses belajar dalam perjalanan hidupnya, 

sehingga manusia dapat menggunakan simbol-simbol yang bermakna dan mengembangkannya. Melalui simbol manusia mampu menghimpun pengetahuan dengan memilih sikap dan tindakan yang dianggap memberi keuntungan dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

Untuk tetap mempertahankan kebudayaan yang ada harus bersifat fungsional supaya tidak hilang oleh waktu (Kluckhohn, 1996:85). Kepercayaan dan tradisi kekuatan merupakan salah satu ciri agama yang berupaya untuk mengendalikan hal-hal yang tidak mampu dikendalikan dengan memanjatkan doa, hingga melakukan ritual upacara (Saebani, 2012:243). 

Dari kedua pendapat tokoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memanfaatkan, menjaga lingkungan sama halnya dengan melestarikan alam. 

Di masa modern ini masyarakat desa Cangkringan masih menggenggam erat tradisi nenek moyang, dengan melestarikan pemandian warga atau disebut sendang. Hal ini menjadi fungsional serta pemanfaatan alam dengan bijaksana. 

Namun, desa ini memiliki keunggulan tersendiri. Adapun potensi yang menjadi sorotan bernama sendang grojogan telu (pemandian warga). Sendang grojogan telu merupakan pemandian warga yang masih digunakan sampai sekarang. 

Sendang atau yang lebih dikenal era modern saat ini bernama umbul. Sendang  grojogan telu (pemandian warga) merupakan salah satu potensi wisata yang ada di desa Cangkringan Rt 11 Rw 03 kecamatan Banyudoni kabupaten Boyolali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun