Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Mimpi Isa Meilia Yang Terwujud Setelah 30 Tahun Terpendam

20 Juni 2023   16:50 Diperbarui: 20 Juni 2023   17:28 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majelis Taklim Murni Indah Noorsyamsi di kawasan Mampang, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat

'Orang yang paling berbahagia adalah  yang pahala amalnya  terus bertambah, padahal mereka sudah meninggal dunia'. Intisari dari penggalan hadist diatas   sejatinya  telah  menghujam di  dalam dada  Isa Meilia.

Dibesarkan dalam kesederhanaan hidup oleh  sang ayah yang berprofesi sebagai hakim, membuat Isa Meilia  begitu memaknai hadist ini.

Sebagaimana pada hadist dari Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: 'Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya'.

Sehingga  sebagai tanda baktinya, wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai notaris di Depok, Jawa Barat ini  senantiasa ingin menghadiahi ayahnya dengan sedekah jariah  sembari tak pernah lupa menderaskan  doa-doa  terbaik bagi laki-laki, cinta pertamanya.

"Dulu mamaku meninggal sewaktu aku dan kedua adikku masih kecil. Adik yang paling kecil  baru berumur 4 tahun, aku masih duduk di bangku SMP kala itu. Selanjutnya aku dibesarkan oleh ayah. Sejak itu ayah adalah segalanya bagi kami," kenang Lia, begitu dia biasa disapa.

Peresmian Majelis Taklim Murni Indah Noorsyamsi dihadiri Lurah Mampang, Bpk. Darmawansyah (dok pribadi)
Peresmian Majelis Taklim Murni Indah Noorsyamsi dihadiri Lurah Mampang, Bpk. Darmawansyah (dok pribadi)

Agar  lebih terurus,  ayah Lia  memutuskan untuk menikah lagi dan dari pernikahan kedua tersebut lahirlah 3 orang anak. Namun  kapan ajal seseorang akan tiba  tentu tak  seorang pun yang  mengetahui. Karena tidak lama kemudian, sang ayah  tutup usia.

Selepas ayahnya  meninggal, otomatis  tanggung jawab menafkahi keluarga jatuh ke pundak Lia, sebagai anak tertua. Kala itu sebagai hakim yang hidup sederhana, Lia beserta ibu dan adik-adiknya tidak ditinggalkan harta  yang banyak oleh ayahnya.

Kini setelah  ketiga orang tuanya (mama, ayah maupun ibu sambung)  berpulang,  sebagai anak  Lia  tetap ingin menunjukkan baktinya.  Tidak sekedar doa , tapi juga dalam bentuk lain, yaitu  dengan kegiatan sedekah jariah. Hal ini kerap diwujudkan dengan menyumbang untuk pembangunan masjid atas nama orang tuanya , menyantuni anak yatim dll.

Belakangan Lia juga  mendirikan sebuah yayasan sosial  dan majelis taklim  yang diberi nama dari ketiga nama orang tuanya, yaitu Murni Indah Noorsyamsi.

"Aku membangun yayasan ini   sebagai  dedikasi  kepada  orang tua  yang telah tiada.  Untuk Murni mamaku, Indah ibu sambungku dan Noorsyamsi papaku, Aku  ingin pahala dari sedekah ini mengalir kepada mereka. Aku bersyukur Islam memiliki cara yang begitu  indah. Bagaimana  kita tetap dapat berbakti kepada orang tua yang sudah tidak ada," ujar Lia.

Yayasan dan majelis taklim Murni Indah Noorsyamsi dibangun diatas lahan seluas 320 m2, terletak di kawasan Mampang, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.  

Lia mengisahkan, terbangunnya majelis taklim  berawal dari keprihatinan dia dan suaminya, Zul Efrizal  atas permintaan warga di sekitar kantor notaris miliknya.

 "Jadi seorang ustadz curhat ke suami saya, bangunan TPA dan ibu-ibu pengajian terancam tidak ada, karena lahannya mau dijual oleh pemiliknya. Akhirnya aku dan suami berusaha merespon, kita segera carikan lahan untuk membangun majelis taklim yang dibutuhkan warga. Alhamdulillah prosesnya berjalan lancar, Oktober 2022 kemarin dapat lahannya dan lanjut pembangunan," tambah Zul.

Dengan disupport dana yang cukup, dalam waktu tak terlalu lama, bangunan yang diinginkan segera terealisasi.  Dari lahan seluas 320 meter, untuk sementara telah berdiri dengan kokoh sebuah bangunan berukuran 150 meter.

"Saat ini kegiatan yang sudah berjalan  pengajian kaum ibu dan anak-anak.  Mungkin ke depan dapat digunakan   sebagai tempat persemayaman jenazah. Kebetulan disini banyak lahan  rumah warga yang  sempit. Sehingga ketika ada anggota keluarganya yang meninggal dunia, dapat melakukan prosesi memandikan, mengkafani dan menyolatkan bisa dilakukan di sini," ujar Zul.

Saat peresmian yayasan dan majelis taklim   yang  dihadiri oleh Lurah Mampang, Darmawansyah dan sejumlah tokoh masyarakat, Lia menegaskan ke depan dia berharap kebermanfaatan yayasan semakin besar.

Isa Meilia (dok pribadi)
Isa Meilia (dok pribadi)
bersama suami, Zul Efrizal dan anak semata wayang 

"Dalam bayangan saya ke depan yayasan ini   dimanfaatkan  untuk  berbagai kegiatan yang bersifat syiar Islam dan pemberdayaan masyarakat. Aamiin Ya Rabb. Insya Allah hal ini sejalan dengan  prinsip  saya bahwa hidup harus bermanfaat untuk orang lain. Dengan mindset  itu pula saya menjalankan pekerjaan sebagai notaris sejak tahun 2005 silam," imbuh Lia.

Di kalangan anak buahnya, Lia dikenal sebagai seorang pekerja keras.  Dari Senin hingga Minggu, Lia tidak pernah santai. Bahkan tidak jarang dia harus membawa file-file pekerjaan ke rumah. Saat ini dia dibantu sekitar 20 karyawan untuk menyelesaikan  sekitar 3000 produk hukum setiap tahun.

Menurut Lia, setiap orang bebas menentukan jalan hidup seperti apa yang akan dipilihnya. Hidup berkecukupan atau hidup apa adanya.

"Saya pilih sibuk bekerja keras agar  bisa memberikan manfaat besar untuk keluarga,   masyarakat. Konsekwensinya memang saya sibuk luar biasa, tapi sejujurnya saya sangat bahagia. Kebahagiaan saya adalah dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada banyak orang ," urai Lia.

Salah satu kebahagiaannya baru-baru ini dapat diwujudkan  dengan  membangun majelis taklim  dan taman pengajian al qur'an (TPA) .

Ternyata mimpi tersebut telah dirangkainya sejak remaja. Kala itu , saat rutin  mengajar mengaji anak-anak di sekitar tempat tinggalnya, Lia pernah menyampaikan sebuah nazar akan membangun tempat ibadah berupa TPA atau sebuah majelis taklim.

"Alhamdulillah terealisasi di usia 49 tahun. Masya Allah, ini benar-benar kuasa Allah, bisa terwujud  membangun majelis taklim. Insya Allah pahalanya saya dedikasikan untuk ketiga orangtuaku," ucap Lia,  haru.

Terkait yayasan Murni  Indah Noorsyamsi,  sementara waktu  ditujukan untuk mengurus penyaluran dana sosial yang disalurkan oleh kantor notaris miliknya.

Sebelumnya Lia rutin menyumbang  sejumlah uang  ke panitia pembangunan masjid atau mushalla.  Baru-baru ini, Lia kembali membantu pembangunan sebuah mushala  diberi nama Murni Al Izzah  di area kantor Magnifying Corporate University (MCU)  di kawasan Depok.

"Dari sekian banyak masjid itu   memang ada  yang diberi nama orang tuaku. Insya Allah nanti bisa membangun sendiri,"  pungkas Lia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun