Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Para Ibu (Juga) Butuh Ruang Ekspresi di Panggung Runaway

2 September 2022   16:29 Diperbarui: 2 September 2022   17:06 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi salah satu peserta  fashion show 'Perdep Fashion Day Challenge  2022' (foto: istimewa)

Hipnotis  Citayam Fashion Week memang sudah tidak sekuat diawal kemunculannya beberapa bulan lalu. Namun paling tidak  aksi kreatif Bonge-Jeje dkk itu  menjadi pendobrak sekaligus pemantik  semangat berekspresi seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai strata social.

Bermula dari viralnya aksi  fashion show ala-ala yang digagas sekelompok anak muda dari kota penyangga Bojong Gede, Citayam, Depok di zebra cross area stasiun Dukuh Atas-Sudirman yang dialih fungsikan sebagai runaway, telah memancing orang berduyung-duyun datang untuk merasakan ambiencenya.

Akibatnya kerumunan massa  terus membludak di area stasiun Dukuh Atas-Sudirman. Sebagai antisipasi  agar tidak mengganggu ketertiban umum,  petugas gabungan dari kepolisian, Dinas Perhubungan, dan Satpol PP  membubarkan kegiatan tersebut pada awal Agustus lalu.

Rupanya meski telah dibubarkan,   aksi berlenggang lenggok  di runaway bak model itu menjadi inspirasi masyarakat  pada saat momen perayaan Hut RI ke-77 lalu. Ruang-ruang ekspresi itu telah  berpindah tempat ke berbagai   perayaan 17 -an di pemukiman warga.

Para pemenang berswa foto bersama  panitia  (foto: istimewa) 
Para pemenang berswa foto bersama  panitia  (foto: istimewa) 

Salah satunya di Perumahan Permata Depok, Citayam, Depok, Jawa Barat, Rabu, 31 Agustus 2022 lalu sukses menggelar ajang fashion show bertajuk Perdep Fashion  Day Challenge.

Menurut Nuri Erni Yanita, Ketua panitia pelaksana, persiapan fashion show yang diikuti 52 model dadakan itu berlangsung kurang 1 minggu.

Layaknya sebuah event pencarian bakat di bidang model, para peserta juga  membawa supporter  dari setiap sektor perumahan. Sorak sorai para supporting ini kian memeriahkan suasana.  Beberapa dari mereka membawa bucket bunga untuk diberikan pada saat peserta jagoan mereka berada di runaway.

"Hanya 5 hari  menjelang pelaksanaan, kami nggak menduga antusias peserta yang begitu banyak. Setiap sektor mengirimkan calonnya paling sedikit 4 orang. Di perumahan ini ada 12 sektor dan semuanya  antusias mengikuti," ungkap Nuri Erni Yanita.

Nuri tidak memungkiri event yang mereka gelar  terinspirasi dari Citayam Fashion Week.

Meski baru pertama kali digelar, event yang digelar di Taman Pirus Permata Depok itu berjalan sukses.

Para peserta yang didominasi ibu muda itu berlenggak-lenggak bak peragawati professional, menampilkan  busana  batik bergaya casual.

"Wah seru banget tadi, gak kalah dengan peragawati professional deh.  Ternyata pesertanya ada yang mantan model lho. Makanya ketika beliau lagi jalan, langsung menjuri perhatian para  juri ," papar Nuri.

Ditambahkan  Puji Rahayu, salah satu panitia dari sie acara sekaligus fashion stylist untuk Sektor Safir di Perumahan Permata Depok mengatakan meski event ini hanya  sekedar seru-seruan, namun persiapan yang dilakukan para peserta patut diacungi jempol.

"Persiapan mulai dari memilih bahan, rancangan dan menjahit dilakukan dalam waktu beberapa  hari saja. Intinya para peserta itu nggak mau asal-asalan tampil. Mereka mikirin sendiri , kira-kira busana seperti apa yang akan dikenakan. Saya   amazed banget  ketika melihat mereka  jalan di runaway," ujar Puji, mantan wartawan yang kini beralih profesi sebagai designer ini. 

Ida
Ida
Ruwaida Noor di acara Nina Nugroho Solution  yang dibawakan host sekaligus Desainer Nina Septiana (foto: dokpri)

Nuri menambahkan 'Perdep Fashion Challenge Day' merupakan salah satu bukti bahwa sebagai makhluk social, perempuan  utamanya para ibu juga butuh media 'pelepasan'. Dengan profesi sebagai ibu rumah tangga,  pekerjaannya jauh lebih beragam ketimbang pekerjaan kantoran yang terfokus pada satu bidang.

"Maka setiap kali ada kegiatan yang diadakan tim PKK, para ibu disini selalu antusias. Terutama  untuk kegiatan fashion challenge ini. Mungkin nggak berhenti sampai disini, insya Allah akan ada kegiatan serupa tahun depan. Karena kami melihat dari sini kita bisa melihat potensi-potensi  para ibu yang  mungkin saja bisa dikembangkan lagi," kata Nuri, lagi.  

Sementara  di tempat terpisah, Sosiolog Universitas Indonesia, Ida Ruwaida Noor mengapresiasi  hadirnya berbagai kegiatan yang terinspirasi dari Citayam Fashion Week. Dia mengatakan Citayam Fashion Week adalah  istilah yang  sangat organic, artinya spontanitas. Tapi kita bisa melihat, munculnya fenomena ini karena tata kota di Indonesia  yang bias kelas.

"Ruang untuk berekspresi untuk anak muda, terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sangat terbatas. Dampaknya mereka mencoba mencari sendiri, sebagian dari mereka harus 'jalan-jalan' mencari keluar.  Salah satunya lahir yang namanya Citayam Fashion Week," ungkap  Ida Ruwaida saat menjadi narasumber di program Nina Nugroho Solution, belum lama ini.  

Nina Nugroho Solution adalah program live IG @ninanugrohostore yang diinisiasi oleh desainer busana kerja Nina Septiana sejak tahun 2020 lalu.

NN Solution digelar sebagai program Corporate Social Responsibility untuk memberikan asupan informasi, yang diharapkan akan dapat memberikan solusi berbagai tantangan yang dihadapi oleh wanita dengan multiperan.

Berbeda dengan di lingkungan-lingkungan perumahan yang memang sudah tersedia tempat memadai, mudah saja untuk melakukan kegiatan semacam 'Perdep Fashion Day Challenge'.

Dikatakan Ida, idealnya sebuah lingkungan  terdapat ruang ekspresi  yang memungkinkan melakukan kegiatan bersama antar komunitas.

"Idealnya setiap kelurahan itu  mengakomodasi ketersediaan ruang ekspressi. Seperti di Jakarta ada RPTRA-RPTRA, semuanya diprioritaskan untuk anak-anak di lingkungan terdekat. Ini jauh lebih minim dari konflik, karena  anak-anak mudanya tidak perlu keluar jauh. Mereka sudah terfasilitasi di lingkungan tempat tinggalnya sendiri," pungkas Ida.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun